Liputan6.com, Palembang - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Selatan (Sumsel) Sodikun menyatakan kegiatan ruwatan Sungai Musi yang digelar untuk meramaikan Festival GMT di Palembang tidak sesuai dengan budaya dan agama warga Sumsel.
"Di Palembang tidak tepat (dilaksanakan), apa yang diruwatin. Itu bisa mengundang hantu dan jin yang banyak di Sungai Musi," kata Sodikun kepada Liputan6.com, di kantor MUI Sumsel, Senin (7/3/2016).
Bahkan, kata dia, hantu-hantu dari tanah Jawa bisa kembali ke Sungai Musi, hantu dari hulu pindah semuanya, karena disanjung dan dipuja-puja.
"Air di Sungai Musi itu untuk berwudhu dan kegiatan ini bertentangan dengan agama dan kultur warga Sumsel," kata dia.
Jika kegiatan ala pulau Jawa ini masih digelar, Sungai Musi akan menjadi tempat berpesta pora makhluk halus. Salah satu jenis makhluk halus yang disebutkan Sodikun adalah Hantu Banyu (Air) Sungai Musi.
Baca Juga
Makhluk halus ini memang menjadi legenda dan dipercaya para warga Palembang, terlebih yang tinggal di pinggiran Sungai Musi.
"Nanti ada Hantu Banyu dan (hantu banyu) akan semakin merasa gagah kalau masyarakat melaksanakan ruwatan Sungai Musi. Kalau kita sampai menyembahnya, itu bisa jadi musyrik atau syirik (menyekutukan tuhan)," lanjut Sodikun.
Penolakan yang sama diungkapkan Ketua Hizbut Tahrir Indonesia Sumsel, Mahmud Jumhur. Ruwatan tersebut merupakan kegiatan perdamaian antara manusia dengan makhluk halus yang berada di lokasi ruwatan. Dampak ruwatan pun bisa mengundang syirik manusia, seperti merasa tenteram, aman, dan dilindungi setelah mengikuti ruwatan.
"Kalau diundang, melakukan perjanjian dan memohon perlindungan, mahluk halus tersebut akan merasa besar dan menjadikan Sungai Musi sebagai surga mereka," lanjut Mahmud yang juga menjabat sebagai Wakil Sekretaris MUI Sumsel.
Dampak dari ruwatan tersebut sangat banyak, selain bahaya aqidah berupa sirik dan keluar dari ajaran Islam, dampak lainnya berupa bahaya secara fisik.
"Dengan banyaknya makhluk halus yang mendiami Sungai Musi pasca diruwat jelang GMT, akan adanya banyak kecelakaan di daerah tersebut," tandas dia.
Menanggapi protes keras dari MUI Sumsel, Kepala Kesbangpol Sumsel Richard Cahyadi mengatakan bahwa pihaknya masih membahas dan mengevaluasi kegiatan Festival GMT yang akan digelar tersebut.
“Kegiatan ini tidak ada kaitannya dengan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Sumsel, ini murni kegiatan yang didukung Kementrian Pariwisata (Kemenpar). Ada 12 titik penyelenggaraan, salah satunya di Sumsel," kata dia.
"Di sini terkenal dengan kerukunan umat beragama, jadi harus saling toleransi. Pemprov Sumsel sedang membahas susunan kegiatan Festival GMT agar bisa menonjolkan kearifan Sumsel."
Advertisement
Â
*** Saksikan Live Gerhana Matahari Total, Rabu 9 Maret 2016 di Liputan6.com, SCTV dan Indosiar pukul 06.00-09.00 WIB. Klik di sini.