Liputan6.com, Makassar - Musikus kawakan Katon Bagaskara memilih jadi barista dalam film Uang Panai atau uang mahar produksi sineas muda Makassar yang tergabung dalam Makkita Cinema Production. Syuting mulai dijalaninya pada Senin malam, 14 Maret 2016.
Pentolan KLa Project itu tertarik bermain di film itu karena tertarik dengan cerita daerah yang diangkat. Menurut Katon, uang panai sudah menjadi cerita legenda serta tradisi masyarakat Sulawesi Selatan.
"Keunikan cerita tentang uang panai itu membuat dia makin penasaran dengan karya sineas muda Makassar ini," kata Eksekutif Produser Film Uang Panai Wachyudi Muchsin di Makassar, seperti dilansir Antara, Selasa (15/3/2016).
Katon Bagaskara yakin film Uang Panai mampu mengangkat budaya Bugis-Makassar. "Film yang akan diputar Juli selepas Lebaran ini berkonsep komedi romantis," kata dia.
Pria kelahiran Magelang, Jawa Tengah, itu berharap Uang Panai karya asli sineas Kota Makassar tersebut akan dapat dinikmati masyarakat, termasuk seluruh KLanis (penggemar Kla Project) di seluruh penjuru kota di Indonesia.
Wali Kota Makassar Muhammad Ramdhan Pomanto alias Danny Pomanto mendukung pembuatan film Uang Panai sebagai sarana promosi wisata Makassar. Sabtu lalu, pemain dan kru Uang Panai diterima Wali Kota di rumah jabatan.Â
Baca Juga
"Pak Danny mengatakan ide pembuatan film uang panai sangat inspiratif buat yang ingin nikah dan orangtua yang ingin menikahkan anaknya, agar mereka bisa membedakan antara uang panai dengan mahar," kata Produser Film Uang Panai, Andi Syawal Mattuju, di Makassar, Minggu, 13 Maret 2016.
Wali Kota mengatakan dengan menggeliatnya industri kreatif, Makassar bisa menjadi salah satu kota pencetak film berkualitas bersaing dengan Jakarta, Bandung, serta kota besar lainnya.
"(Kami) Mendapat dukungan dari orang nomor satu Kota Makassar, sebagai spirit untuk bisa berkarya mengharumkan Kota Makassar," kata Andi Syawal.
Uang panai kerap menjadi momok bagi pemuda yang akan menikahi gadis Bugis sebab jumlahnya seringkali selangit. Pertengahan Agustus 2015 lalu, tersiar kabar sebuah pernikahan dengan uang panai tertinggi, mencapai Rp 500 juta, dari Bulukumba.
Dalam tradisi Bugis, uang panai adalah sejumlah uang yang diberikan oleh calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita di luar uang mahar. Uang panai digunakan untuk keperluan mengadakan pesta pernikahan dan belanja pernikahan lainnya.
Jumlah uang panai disepakati oleh kedua belah pihak atau keluarga. Tradisi uang panai ala Bugis pun menuai pro-kontra antara berbagai pihak lantaran diperdebatkan sebagai pendukung atau penghambat pernikahan.
Advertisement