Liputan6.com, Jakarta Dunia perfilman Indonesia kembali bersiap menghadirkan tontonan bermakna lewat sebuah karya terbaru bertajuk Jejak Pahit Si Kembang Gula. Film hasil kolaborasi antara Bluesheep Entertainment dan Wokcop Pictures ini tengah memasuki tahap produksi yang akan berlangsung mulai 16 April hingga 3 Mei 2025, dengan latar keindahan alam di kawasan barat Yogyakarta.
Film yang menyasar penonton keluarga ini hadir tak sekadar sebagai hiburan semata. Dengan balutan petualangan remaja yang penuh aksi dan nilai emosional, cerita Jejak Pahit Si Kembang Gula membawa isu serius ke layar lebar—peredaran narkoba dalam bentuk yang mengecoh, yakni permen dan jajanan anak-anak.
Di tengah cerita, penonton akan diajak mengikuti perjalanan sekelompok murid dan seorang guru bernama Pak Wira, yang terlibat dalam pencarian teman mereka yang hilang saat kegiatan berkemah. Di balik petualangan itu, mereka justru mengungkap jaringan gelap yang menyelundupkan narkoba ke dalam kehidupan anak-anak secara tak terduga.
Advertisement
Film ini menyorot bagaimana rasa solidaritas, keberanian, dan kepekaan moral menjadi bekal utama anak-anak dalam menghadapi bahaya yang bahkan tak dikenali oleh orang dewasa sekalipun.
Dengan pendekatan yang menyentuh namun ringan, film ini diharapkan mampu membuka mata banyak orang terhadap bentuk-bentuk baru penyebaran narkoba yang semakin licik.
Deretan Pemain dan Kreator
Tokoh guru inspiratif Pak Wira diperankan oleh aktor senior Bukie B. Mansyur. Sementara itu, kehadiran pasangan kepala desa diperankan oleh komedian legendaris Unang Bagito sebagai Pak Kades, dan presenter Sarah Sechan sebagai Bu Kades, turut menambah warna cerita.
Pemeran cilik yang terlibat dalam film ini adalah talenta muda berbakat asal Yogyakarta, seperti Aradhana Rahadi sebagai Bagas, Maria Aurora Princesza Leticia sebagai Kirana, Bebe Gracia sebagai Hanna, Axandro Juliano sebagai Gerald, dan Adimas Alby sebagai Adit, seorang anak autistik yang menjadi karakter kunci dalam cerita.
Film ini digarap oleh Franklin Darmadi sebagai sutradara yang juga dikenal dari karya Ekspedisi Madewa (2005) dan Medley (2007), serta Andri Putra sebagai produser kreatif. Dedey Natalia bertindak sebagai penulis skenario, sementara Silvia Yunita dan Alfie Lim duduk sebagai produser eksekutif.
Franklin Darmadi menekankan bahwa film ini bukan semata film anak-anak, tapi sebuah sajian keluarga yang menyampaikan pesan moral tanpa terasa menggurui.
“Saya ingin film ini terasa ringan namun tetap menyentuh,” ujar Franklin. Ia juga mengungkapkan bahwa tantangan produksi terletak pada koordinasi kru dan pemain dari dua kota besar, serta pada adegan luar ruang dan aksi yang menuntut kreativitas visual tinggi.
Advertisement
Dukungan Lembaga Negara
Proyek ini mendapat dukungan penuh dari berbagai institusi, termasuk Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI, Komjen Pol Dr. Marthinus Hukom, S.I.K., M.Si. Walau tidak hadir secara langsung, beliau diwakili oleh Kepala BNN Provinsi DIY, Brigjen Pol Andi Fairan.
Dukungan juga datang dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) melalui kehadiran Prof. Warsito pada acara pemotongan tumpeng yang menandai dimulainya produksi.
Para Pemeran Bicara
Bukie B. Mansyur mengaku langsung tertarik ketika ditawari memerankan Pak Wira. “Karakter ini sangat dalam secara emosional dan menjadi tantangan baru bagi saya, terutama karena ini pertama kali saya banyak berinteraksi dengan aktor-aktor anak. Kita semua punya kenangan tentang guru yang membekas di hati kita,” tuturnya.
Ia menambahkan bahwa film ini membukakan pandangannya tentang arti keluarga dan hubungan antarmanusia, khususnya di Yogyakarta yang sarat makna.
Senada dengan itu, Unang Bagito juga merasa antusias menjalani perannya. “Setelah membaca naskahnya, saya sadar ini adalah cerita yang berbeda dan unik. Saya berharap film ini sukses dan bisa dinikmati oleh semua kalangan,” ujarnya penuh semangat.
Advertisement
Sebuah Langkah Menuju Kesadaran Kolektif
Lewat "Jejak Pahit Si Kembang Gula", tim produksi berharap dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama generasi muda, mengenai bahaya narkoba yang kini menyasar lewat hal-hal sederhana seperti makanan.
Film ini juga menjadi ajakan untuk lebih waspada, sekaligus apresiasi terhadap keberanian dan kepedulian anak-anak dalam menghadapi persoalan besar di sekitar mereka.
Jika semua proses berjalan lancar, film ini dijadwalkan menyapa layar lebar dalam waktu dekat dan siap menjadi tontonan yang tak hanya menghibur, tapi juga menyentuh dan membangkitkan kesadaran kolektif.
