Ayah Taruna TNI AU Sebut Putranya Tewas dengan 3 Tulang Iga Patah

Ayah taruna TNI AU itu mendapati Serda Septian dalam kondisi koma sejak pertama kali tiba di rumah sakit.

oleh Fajar Abrori diperbarui 06 Jun 2016, 12:01 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2016, 12:01 WIB
Taruna TNI AU Tewas
Ayah taruna TNI AU itu mendapati jika Serda Septian dalam kondisi koma sejak pertama kali tiba di rumah sakit.

Liputan6.com, Kendal - Serda Septian Wahyu Sarjono, taruna TNI AU yang tewas dalam masa orientasi Sejursarlislek A-42 Skadik 203 Lanud Sulaiman, mengalami patah pada tiga tulang rusuknya. Hal itu disampaikan ayah Septian, Gono Sardjono.

Menurut Gono, dalam kondisi tubuh putranya secara kasat mata memang tidak terlihat adanya luka. Gono tidak menyebutkan sumber informasi yang dimaksud. Namun ia diberitahu bila anaknya mengalami patah tulang di bagian iga. Diduga, Septian mengalami tindak kekerasan dari seniornya selama pelatihan.

"Itu ada tiga tulang yang patah. Sedangkan bukti CT Scan dan rekam medis semua masih berada di RS Salamun," kata dia ketika ditemui di rumahnya, di Kendal, Jawa Tengah, Sabtu, 4 Juni 2016.

Gono yang juga prajurit TNI AU itu mengungkapkan sempat menemui Septian sebelum meninggal. Kondisi Septian sudah koma saat itu. Ia bahkan diberitahu jika Septian telah koma sebelum dibawa ke rumah sakit.

"Anak saya koma begitu peristiwa itu terjadi, detik itu juga serta di TKP itu," ujar Gono.

Meski begitu, keluarga tidak putus harapan. Gono bahkan sempat mengajukan permintaan pemindahan Septian ke rumah sakit lain agar putranya mendapat perawatan yang lebih baik. Apalagi, pihak medis sempat menyebutkan ada harapan meski kecil.

"Begitu saya datang ke rumah sakit, saya tanya ke pihak rumah sakit apakah ada perubahan selama dirawat. Pihak rumah sakit mengatakan ada sedikit perubahan," kata lelaki yang bertugas di Semaba Skadik 403 Lanud Adi Soemarmo Solo itu.

Berdasarkan keterangan dari sumber yang diperoleh sang ayah, kondisi Septian sehat saat siang sebelum kejadian. Padahal, ia mengikuti kegiatan lapangan yang menguras fisik siang itu. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh kesatuannya.

Saat malam tiba, pihak pimpinan kesatuan memerintahkan para siswa beristirahat. Septian menurut, tapi ternyata ada kegiatan lain yang tidak diketahui pimpinan.

"Namun ternyata setelah itu, ada kegiatan yang katanya pembinaan. Tapi, pembinaan itu di luar kontak satuannya," ucap Gono.

Saat pembinaan gelap itu, Septian diduga mengalami penganiayaan oleh seniornya. Ayah Septian sangat menyesalkan kejadian mengenaskan yang dialami anaknya di luar konteks pendidikan satuannya tersebut.

"Ini rumah saya dan aturan saya yang buat. Tiba-tiba sampeyan masuk tanpa permisi dan tetangga saya tahu. Kalau seperti itu, boleh kan Anda dibilang pencuri, bisa kan?" ujar Gono kesal.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya