Keumamah, Kuliner Ikan Warisan Pejuang-pejuang Aceh

Keumamah atau ikan kayu, kuliner yang jadi bekal pejuang Aceh sampai jamaah haji.

oleh Liputan6 diperbarui 16 Jun 2016, 04:05 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2016, 04:05 WIB
Maksi: Ikan Kayu Eungkot Keumamah Khas Aceh
Ikan Kayu ini diolah sedemikian rupa hingga bisa bertahan lama. Hal ini juga dikarenakan bahan-bahannya awet, tahan lama, tidak mudah basi

Liputan6.com, Lhokseumawe - Keumamah adalah sebutan populer untuk jenis ikan olahan yang ada di Aceh. Bentuknya persis seperti kayu dan keras, sehingga dikenal juga dengan istilah ikan kayu.

keumamah ternyata menyimpan perjalanan sejarah yang panjang terkait Perang Aceh. Sengitnya perjuangan para tokoh Aceh pada masa lalu dalam melawan penjajah, hingga harus bergerilya di hutan-hutan dalam waktu lama, menuntut pasokan logistik.

Oleh para pejuang Aceh pada masa lalu, ikan kayu diolah sebagai bahan lauk pauk yang bisa tahan lama hingga berbulan-bulan guna mencukupi kebutuhan gizi pejuang sekaligus nikmat untuk lauk pauk.

"Maka dari itulah muncul keumamah," kata pemerhati sejarah Aceh, Tengku Matang di Lhokseumawe, seperti dilansir Antara, Rabu 15 Juni 2016.

Keumamah pun menjadi bekal yang praktis dan berguna untuk pasukan yang harus berpindah-pindah di hutan dalam waktu lama. Biasanya selain keumamah ada lagi bahan masakan yang dibawa, yaitu asam sunti atau yang lebih dikenal dengan asam Aceh. Belimbing wuluh yang dijemur kemudian diasinkan, serta memiliki daya tahan yang lama juga.

"Keumamah ini selain bisa dinikmati tanpa diolah lagi, juga sering sering diolah dengan asam sunti. Sehingga menimbulkan selera makan pejuang saat itu. Oleh karena itu, dua bahan ini tak dapat dipisahkan saat itu," tutur Matang.

Tak hanya jadi bekal pejuang, pada zaman dahulu jemaah haji Aceh yang hendak berangkat ke Tanah Suci dengan kapal layar yang memakan waktu lama sampai di Mekah, juga menyiapkan keumamah sebagai salah satu lauk pauknya selama dalam perjalanan.

Bagi orang Aceh, keumamah merupakan jenis lauk pauk yang praktis dan mudah serta dapat diolah dengan berbagai bahan masakan khas Aceh lainnya, sehingga menimbulkan selera makan. Meski lahir di medan perang, namun kelestariannya terjaga hingga sekarang.

Resep keumamah

Bagaimana cara membuat keumamah? Seorang pemilik usaha ikan olahan di perkampungan nelayan Pusong Lhokseumawe, Tengku Rusli mengatakan, ikan yang khusus diolah untuk keumamah adalah ikan tongkol.

Ikan tongkol yang masih segar direbus hingga matang. Kemudian dibelah empat dan dibuang tulang serta kepalanya, selanjutnya baru dijemur di bawah matahari hingga beberapa hari.

"Jika semakin lama dijemur, maka kadar airnya akan semakin berkurang dan daging ikannya akan semakin keras, persis seperti kayu," tutur dia.

Menurut Rusli, jika sudah keras seperti kayu, maka untuk mengonsumsinya, badan ikan diiris tipis-tipis hasilnya seperti irisan kayu. Lalu direndam sebentar untuk melembutkan dagingnya, baru dimasak.

Dia mengatakan, permintaan ikan keumamah tinggi saat sedang sepi hasil tangkapan ikan nelayan. Alasannya, karena salah satu alternatif masyarakat untuk mencukupi gizi dari ikan, salah satunya dengan mengonsumsi ikan keumamah tersebut yang diolah dengan berbagai jenis masakan.

"Bila sedang tidak musim ikan, karena sulitnya nelayan melaut atau berkurangnya hasil tangkapan ikan di laut, maka permintaan ikan keumamah tersebut, lebih tinggi dari biasanya," ujar dia.

Begitu juga sebaliknya, jika sedang banyak hasil tangkapan ikan oleh nelayan, maka tingkat permintaan ikan keumamah juga menurun. Akan tetapi, menurut penuturan pemilik usaha pengolahan ikan tersebut, bahan baku untuk ikan keumamah lebih mudah didapatkan jika sedang musim ikan, terutama untuk jenis ikan tongkol.

"Jika sedang musim ikan tongkol, maka banyak jenis ikan tersebut diolah dijadikan Ikan keumamah. Selanjutnya setelah diproses dijual ke pasar kepada pedagang ikan asin," ucap Rusli.

Sementara itu, pasaran ikan keumamah sendiri, menurut dia, lebih banyak terserap untuk kebutuhan pasar di dalam daerah Aceh sendiri. Sedangkan untuk keluar daerah sangat kurang, kecuali jika ada warga Aceh yang tinggal di luar daerah dikirim dalam skala kecil.

Begitulah proses pembuatan keumamah menurut perajin ikan olahan di Lhokseumawe. Sedangkan bagaimana cara mengolahnya, seorang pemilik warung makanan khas Aceh di Lhokseumawe Yuna mengatakan, bahwa ikan keumamah dapat diolah dengan berbagai varian masakan khasnya.

Dia menjelaskan bumbu dasar keumamah tetap cabai kecil, cabe merah, bawang merah, bawang putih, kunyit, ketumbar, dan asam sunti.

"Itu merupakan bumbu dasarnya, selanjutnya disesuaikan untuk jenis masakan apa sesuai dengan selera," tutur Yuna.

Namun masakan untuk keumamah tersebut, di Aceh lebih dikenal dengan ditumis hingga bentuk seperti kering basah. Proses pembuatanya pun sederhana asalkan ada bumbu-bumbu dasar tadi sebagaimana disebutkan. Jika ingin dicampurkan dengan bahan-bahan lain, seperti kentang juga enak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya