Malam Lailatul Qadar di Ternate, Bakar Ela-Ela hingga Meriam

Selain ternate, tradisi bakar ela-ela juga dilaksanakan warga Halmahera Barat. Bahkan,panjang ela-ela mencapai 1.000 meter.

oleh Hairil Hiar diperbarui 03 Jul 2016, 06:36 WIB
Diterbitkan 03 Jul 2016, 06:36 WIB
Malam Lailatul Qadar
Warga Kota Ternate dan Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara, menyambut malam Lailatul Qadar dengan menggelar beragam atraksi dan permainan. (Liputan6.com/Hairil Hiar)

Liputan6.com, Ternate - Masyarakat Kota Ternate dan Kabupaten Halmahera Barat (Halbar), Maluku Utara, menyambut malam Lailatul Qadar dengan menggelar beragam atraksi. Selain pembakaran ela-ela usai Salat Tarawih, Jumat malam, 1 Juli 2016 tadi, ada pula lomba bunyi meriam bambu dan permainan gula gau.

Ela-ela dalam bahasa setempat berarti obor. Tradisi khas masyarakat Ternate dan Halbar ini dilaksanakan setiap tahun pada malam 27 Ramadan. Malam itu diyakini merupakan waktu datangnya Lailatul Qadar atau malam seribu bulan.

Pantauan Liputan6.com, suasana akrab antar-masyarakat terjalin saat tradisi digelar. Hampir di setiap rumah warga di masing-masing kelurahan, terdapat ela-ela. Masing-masing rumah menyediakan tiga sampai empat ela-ela, baik yang terbuat dari bambu ataupun botol bekas minuman. Ela-ela yang disiapkan warga ini untuk dinyalakan usai salat Tarawih.

Salah satu tokoh masyarakat Ternate, Husen Yusuf mengatakan, pelaksanaan tersebut merupakan kegiatan dari salah satu budaya Maluku Utara yang dilestarikan.

"Karena ini sudah ada dari zaman dahulu kala. Dan inilah budaya asli masyarakat kita. Sehingga, kita generasi yang ada sekarang ini hanya mengembangkan dan mempertahankan kelestariannya," kata Husen, yang juga Lurah Kelurahan Ubo-Ubo, Ternate Selatan, di sela bunyi meriam bambu pada Liputan6.com.

Selain pembakaran ela-ela, Husen mengatakan pihaknya menampilkan beberapa atraksi lomba bunyi meriam, dan permainan gula gau. Menurut dia, kedua permainan itu merupakan permainan generasi para pendahulu sehingga dilestarikan.

"Ini supaya dikenal oleh anak-anak muda generasi sekarang. Bahwa inilah permainan nenek moyang kita yang merupakan salah satu ciri khas daerah Maluku Utara dan Kota Ternate pada khususnya, yang sudah turun-temurun kita jaga sampai sekarang," ujar Husen.

Warga Kota Ternate dan Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara, menyambut malam Lailatul Qadar dengan menggelar beragam atraksi dan permainan. (Liputan6.com/Hairil Hiar)

Dia mengharapkan adanya kepedulian Pemerintah Kota Ternate untuk memperhatikan budaya dan tradisi-tradisi tersebut supaya tidak hilang ditelan zaman. "Bila perlu, di seluruh kelurahan melaksanakan kegiatan seperti ini. Karena yang saya lihat tahun ini dan kemarin itu sudah menurun," Husen menambahkan.

Ela-Ela Terpanjang

Sementara itu, pembakaran ela-ela di Masjid Asirajd Jarakore, Sahu, Halbar, Malut, lebih semarak. Kegiatan yang diprakarsai oleh pemuda dan remaja Masjid Desa Jarakore ini membakar ela-ela sepanjang 1.000 meter dengan jumlah 1.500 sumbu.

Ketua Pemuda Desa Jarakore, Bastian Tomahito, saat dihubungi Liputan6.com, melalui telepon, mengungkapkan pelaksanaan kegiatan tersebut untuk menyambut malam Lailatul Qadar. Selain itu, kata dia, tradisi tersebut dikembangkan agar tidak hilang.

"Sehingga hal ini kami lakukan, karena melihat tradisi ela-ela saat ini sudah mulai hilang. Karena itu tradisi seperti ini harus diangkat dan dilestarikan," Bastian menjelaskan.

"Ela-ela terpanjang ini merupakan ide dan gagasan dari pemuda desa yang didukung oleh masyarakat Jarakore. Alhamdulillah ini berlangsung lancar," kata Bastian.
​

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya