Liputan6.com, Cirebon - Sebuah sudut di lahan eks Pabrik Gula (PG) Gempol terdapat sejumlah kuburan Belanda tak terurus. Lokasi kuburan itu tepatnya berada di Desa Balerante, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon.
Makam yang disinyalir sudah ada sejak 1907 itu kini dalam kondisi yang tidak terawat. Meski dalam penelusuran ada tiga makam yang terbilang baru karena dibangun pada 2010 dan 2012, sebagian besar bangunan makam tertutup oleh ilalang dan rumput liar. Â
Salah seorang warga Desa Balerante, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon, Raka mengaku area makam itu sudah mulai tak terurus sejak 1990.
"Mungkin sejak PG Gempol tutup dan diambil alih oleh PG Rajawali RNI. Area pabrik semakin tidak terurus, apalagi setelah adanya lelang. Termasuk di makam ini, berubah total dari yang waktu saya kecil melihatnya masih bagus dan terawat," ujar Raka, Kamis 20 Oktober 2016.
Dia menuturkan, sebelum PG Gempol diambil alih oleh PG Rajawali, banyak keluarga dari Belanda berkunjung ke area pabrik. Selain berziarah ke makam, mereka juga menghadiri acara tradisi Pesta Giling Tebu.
Baca Juga
Dalam acara budaya tersebut, warga bersama keluarga dari Belanda beramai-ramai membersihkan seluruh area PG Gempol. Termasuk, areal pemakaman yang di dalamnya terdapat simbol Ilmunati.
Namun, kondisi berubah setelah tradisi itu tidak lagi dilangsungkan. Bahkan, sejumlah prasasti maupun simbol yang menandakan pemakaman Belanda tersebut juga hilang. Dia juga tidak ingat lagi jumlah kuburan Belanda di areal itu saat ini.
Raka menyayangkan tidak adanya perhatian dari pihak yang berwenang terhadap keberadaan makam tersebut. Padahal jika dikelola dengan baik, akan berpotensi menjadi salah satu objek wisata sejarah.
"Dulu waktu saya kecil, dari pintu gerbang makam Belanda saja sudah terlihat bagus dan terawat. Desain gerbang pintu makamnya unik dengan arsitek masih asli dari Belanda dan tulisan berbahasa Belanda. Sekarang malah terkesan angker," ujar Raka.
Sementara itu, sejak peralihan pabrik PG Gempol menjadi milik PG Rajawali RNI, keadaan sudah berubah total. "Tradisi pesta giling juga sudah tidak ada. Aset PG Gempol juga sudah dilelang dan sebagian besar diruntuhkan. Termasuk makam Belanda yang tidak terurus," kata Raka.
Advertisement