Ironi Air di Kantin Sehat yang Jadi Sumber Virus Hepatitis A

Sebanyak 41 siswa SMP tempat kantin berlabel sehat berada itu terjangkit virus Hepatitis A.

oleh Musthofa Aldo diperbarui 27 Jan 2017, 10:30 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2017, 10:30 WIB
Ironi Air di Kantin Sehat yang Jadi Sumber Virus Hepatitis A
Sebanyak 41 siswa SMP tempat kantin berlabel sehat berada itu terjangkit virus Hepatitis A. (Liputan6.com/Musthofa Aldo)

Liputan6.com, Bangkalan - Penyebab wabah Hepatitis A yang menjangkiti 41 siswa SMP Negeri 5 Kabupaten Bangkalan mulai terkuak. Hasil uji laboratorium BBTKL Surabaya menyimpulkan sumber air bersih dari sumur bor di sekolah itu tidak memenuhi standar kesehatan.

Hasil penyelidikan epidemologi tim kesehatan gabungan dari Dinas Kesehatan Bangkalan dan Provinsi Jawa Timur juga menyimpulkan lingkungan sekolah SMP 5, terutama toilet dan kantin, dikategorikan kotor.

"Sampel air yang diuji positif mengandung bakteri E Coli," kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan Bangkalan, Walid Yusufi, Kamis, 26 Januari 2017.

Sumber air berbakteri inilah, kata Walid, yang diduga jadi awal virus hepatitis A menjangkiti siswa. Pasalnya, media utama penularan virus hepatitis melalui air dan makanan yang dikonsumsi. Penyebaran virus kemudian menjadi masif karena salah satunya disebabkan buruknya kondisi sanitasi di sekolah.

Penyelidikan epidemologi oleh tim kesehatan gabungan, tutur Walid, antara lain menyebut di SMP 5 tidak disediakan wastafel untuk cuci tangan, kondisi toilet kotor dan berbau. Begitu pun kondisi kantin.

Tujuh pedagang yang berjualan di sana tidak punya tempat cuci piring yang baik, barang-barang habis pakai hanya dicelup dalam ember yang sama dan es batu disimpan dalam styrofoam yang kotor. Bahkan, ada penjual minuman menyediakan sedotan bekas pakai yang dibilas.

Kondisi itu, lanjut Walid, diperparah dengan kebiasaan berbagi makanan dan minuman yang biasa dilakukan siswa di sekolah. Sehingga, virus hepatitis yang semula menjangkiti satu siswa cepat menjalar ke siswa lainnya.

"Tapi kami sudah lakukan langkah pencegahan dan laporan terakhir para penderita telah sembuh," kata dia.

Wabah hepatitis A di SMP 5 Bangkalan pertama kali dideteksi oleh petugas surveilant medis pada 24 September 2016 lalu. Mereka mendapat laporan ada dua remaja dirawat di Puskesmas Socah dengan gejala mirip hepatitis, yaitu demam, mual, lemah, muntah dan nyeri perut.

Dua pasien itu menarik perhatian petugas surveilant karena berasal dari dusun yang sama dan satu sekolah yang sama yaitu SMP 5. Temuan itu lantas dilaporkan ke Puskesmas Kota Bangkalan.

Laporan itu kemudian dikonfirmasi ke pihak Puskesmas Socah. Ternyata, jumlah penderita suspect Hepatitis A bertambah enam orang, sehingga total ada delapan penderita. Semuanya berasal dari sekolah yang sama dan tinggal di dusun yang sama.

Dua hari berselang, tim kesehatan mengunjungi tempat tinggal dan sekolah para pasien. Sampel air dan makanan diambil untuk diperiksa. Kian hari, jumlah siswa terduga Hepatitis A bertambah mencapai 41 orang dan semuanya siswa SMP 5, tapi bukan dari satu dusun yang sama.

Sebelumnya, Kepala SMP 5 Bangkalan Solehuddin ragu jika virus hepatitis menyebar di sekolah. Apalagi, menurut Soleh, sekolah yang dipimpinnya sangat menjaga kesehatan lingkungan. Salah satu buktinya SMP 5 meraih Anugerah Adiwiyata.

"Bahkan, kantin di sini berlabel kantin sehat, setiap bulan petugas dari Puskesmas Kota datang memantau," kata Soleh.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya