Liputan6.com, Pekanbaru - Panti asuhan maut, Yayasan Tunas Bangsa milik Lili Rachmawati menjadi sorotan setelah salah satu penghuninya, M. Ziqli (18 bulan) meninggal secara tak wajar. Lili sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh Polresta Pekanbaru, Riau.
Banyak pihak berharap Lili dijerat dengan pasal berlapis dan mendapat hukuman berat. Untuk mempermudah proses hukum dan guna mempertanggungjawabkan perbuatannya, Lili tak diperkenakan pulang ke rumah. Dia ditahan dan harus merasakan dinginnya lantai sel tahanan Mapolresta Pekanbaru.
Sejak kasus terungkap, Lili diketahui punya empat panti. Dua di antaranya merupakan panti asuhan, satu panti lanjut usia, dan satu lagi merupakan panti pengidap gangguan jiwa.
Advertisement
Baca Juga
Penghuni panti asuhan di dua lokasi berbeda, dihuni oleh 12 orang anak. Panti jompo diisi tiga orang dan panti pengidap gangguan jiwa sebanyak 33 orang. Semuanya sudah dievakuasi ke panti milik Dinas Sosial Riau dan Rumah Sakit Jiwa untuk pengidap keterbelakangan mental, meski polisi mencari kemungkinan ada anak lain yang disembunyikan.
Namun di balik itu semua, fakta-fakta mencengangkan terus terungkap sejak Lembaga Perlindungan Anak Riau, Dinas Sosial, dan Dinas Kesehatan Riau melakukan inspeksi mendadak. Ditambah lagi dengan pengusutan oleh Polresta Pekanbaru, makin saja terbuka tabir miris terkait panti asuhan milik Lili.
Berikut fakta-fakta keberadaan panti asuhan maut Yayasan Tunas Baru yang dirangkum Liputan6.com di Pekanbaru.
Beroperasi Ilegal
Izin yayasan ini sudah berakhir sejak tahun 2011. Dengan demikian sampai awal tahun 2017, panti asuhan maut ini beroperasi secara ilegal dan selalu menerima bantuan dari donatur. Bantuan ini terlihat dari tumpukan makanan dan minuman dari salah satu ruangan di panti asuhan di Jalan Lintas Timur Kilometer 13.
Dinas Sosial Riaumengaku sudah tak mengawasi panti asuhan tersebut sejak izin yayasan mati. Dinas tersebut menganggap panti sudah tak beroperasi.
Baca Juga
Ditambah lagi terkait kewenangan antara dinas sosial kabupaten/kota dengan provinsi. Dinas Sosial Provinsi Riau mengaku baru punya kewenangan mengawasi panti sosial sejak 2016, sebelumnya dilakukan dinas kabupaten.
"Panti ini ilegal. Sejak izinnya mati tahun 2011, kita menganggap pantinya sudah tak beroperasi lagi. Nyatanya masih beroperasi," kata Fauzi, salah seorang perwakilan Dinas Sosial Riau ketika menyambut kedatangan Ketua Komnas PA Seto Mulyadi atau Kak Seto
Akibat tidak diawasi ini, salah satu penghuni panti asuhan maut mengalami penganiyaan hingga berujung maut. Sementara, puluhan penghuni lainnya terlantar dan diperlakukan tak manusiawi.
Advertisement
Kotor Layaknya Tempat Sampah
Ketua Komnas PA, Seto Mulyadi atau Kak Seto menyempatkan diri melihat panti asuhan maut di Kecamatan Tenayanraya, Kota Pekanbaru itu. Dia pun mengibaratkan panti ini seperti tempat sampah.
"(Seperti) tempat sampah. Makanan dan sampah berserakan di mana-mana, sangat kotor sekali. Ini tidak layak, dan kondisi ini merupakan pelanggaran berat terhadap hak anak," kata Kak Seto usai melihat kondisi panti.
Dia menyebut kondisi panti asuhan itu sangat tidak layak untuk ditinggali anak, apalagi dijadikan sebagai panti asuhan. Dia prihatin bagaimana kondisi seperti ini bisa dilakukan pengelola dan pemilik panti, Lili Rachmawati.
Dia menyebut di panti asuhan maut itu, tak ada satupun benda yang dikategorikan bersih dan sehat. Mulai dari tempat bermain anak, kamar mandi, toilet, dapur atau tempat makanan semuanya sangat kotor.
Makanan Bekas Gigitan Tikus dan Kedaluwarsa
Sejak kematian M Ziqli dilaporkan ke Polresta Pekanbaru pada 26 Januari 2017. LPA Riau dan Dinas Sosial Riau langsung melakukan pengecekan ke panti asuhan maut Yayasan Tunas Bangsa pada Jumat, 27 Januari 2017.
Selain menemukan kondisi bangunan lembab dan toilet yang masih berserakan sisa kotoran manusia, kedua instansi itu juga kaget melihat ruangan penyimpanan makanan di panti asuhan itu.
Tak hanya berserakan, sebagian besar makanan yang diperuntukkan bagi anak-anak penghuni panti asuhan, sudah digigit tikus.
"Jumlah banyak sekali, memang tidak dihitung satu per satu. Tapi jumlahnya banyak," kata Ketua LPA Riau Esther Mulyani usai mengecek kondisi panti tersebut.
Selain gigitan tikus, makanan yang tersisa juga sudah tidak layak konsumsi karena sudah kedaluwarsa dan tidak punya nilai gizi.
Meski belum ada pernyataan medis apakah makanan ini turut menyebabkan kematian M Ziqli, namun pihak rumah sakit menyatakan korban yang telah tinggal dalam waktu lama di panti asuhan maut itu sempat mengeluarkan cacing dari mulutnya.
"Perut korban mengalami pembesaran hingga dibantu dengan alat pernapasan. Tak lama kemudian, mulut korban keluar cacing. Pasien diduga menderita cacingan," jelas Yuni selaku Kepala Ruang Rawat Anak RSUD Arifin Achmad.
Advertisement
Anak-Anak Panti Disuruh Mengemis
Lili Rachmawati disebut menyembunyikan tujuh anak pasca panti asuhan maut miliknya menjadi sorotan. Setelah ditahan pada Selasa 31 Januari 2017, dia kemudian menyerahkan lima anak melalui suaminya Idang sekitar pukul 19.00 WIB.
Sekarang masih ada dua anak yang kabarnya disembunyikan Lili. Meski dia menyatakan tidak ada lagi, karena mengaku sudah diserahkan kepada keluarga di Dumai, kepolisian tetap mencarinya.
Lima anak yang diserahkan itu rata-rata sudah berusia tujuh tahun, terdiri dari satu laki-laki dan empat perempuan. Ketika dimintai keterangan, para anak ini mengaku selama tinggal di panti asuhan dipaksa Lili untuk mengemis.
Menurut pengakuan anak-anak ini, ada beberapa lokasi yang jadi tempat mengemis. Misalnya di beberapa lokasi pusat keramaian di Pekanbaru.
Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru Komisaris Bimo Ariyanto dikonfirmasi tak menampik pengakuan anak tersebut. Dia menyebut akan mendalami pengakuan itu sebagai salah satu bukti telah terjadinya eksploitasi anak oleh Lili sebagai pemilik panti asuhan maut.
"Nanti akan didalami lagi dengan memeriksa saksi lainnya, dari pihak panti dan warga sekitar," kata Bimo.
Pengakuan Soal 6 Anak Tewas Dikubur di Kamar
Penyidik Polresta Pekanbaru sudah memeriksa sembilan saksi dalam kasus terkait panti asuhan maut ini. Jumlah saksi itu di luar Lili sebagai pemilik yayasan.
Pengakuan salah seorang saksi, sudah ada enam anak yan tewas di panti tersebut. Saksi ini menyebut anak yang meninggal dikubur di dalam salah satu kamar yang ada di panti.
Penyidik kepolisian langsung membongkar salah satu ruangan di kamar dengan kedalaman 1 x 1 meter. Memang sejauh ini tidak ditemukan adanya tengkorak ataupun tulang belulang dalam ruangan rahasia tersebut di panti asuhan Yayasan Tunas Bangsa.
Kasat Reskrim Bimo Ariyanto menyebut setiap keterangan saksi akan didalami. "Ada saksi yang menyebut sudah ada enam anak yang meninggal di sana, ini akan didalami," katanya.
Meskipun nantinya ditemukan tulang belulang di lokasi panti asuhan maut itu atau jika memang kesaksian itu benar, Bimo menyebut akan sulit mengungkap penyebab kematian mereka.
"Kalau itu tergolong sulit karena harus mundur ke belakang, dengan rentan waktu yang sudah lama. Namun, akan tetap dijadikan bukti nantinya, jika pengakuan saksi itu benar," sebut Bimo.
Advertisement
'Penjara' Panti Jompo dan Gangguan Jiwa
Selain memiliki panti asuhan maut, Yayasan Tunas Bangsa milik Lili juga memiliki panti jompo dan pengidap gangguan jiwa di Jalan Cendrawasih dan Jalan Lintas Timur Kilometer 20 Pekanbaru.
Tiga anak sempat dilarikan Lili ke lokasi ini dari panti asuhan. Itu dilakukan setelah dua anak diambil penyidik Polresta Pekanbaru usai penyegelan panti asuhan di Kecamatan Tenayan Raya itu, Jumat 27 Januari 2017 malam.
Panti jompo dan pengidap gangguan jiwa ini memang jauh dari pemukiman warga. Tembok dibuat tinggi, dilengkapi dengan pagar dan terali besi.
Di dalamnya, terdapat sebuah lapangan yang sudah ditumbuhi rumput tak terurus. Di sana terdapat bangunan panjang yang saling berhadapan.
Bangunan panjang itu dilengkapi dengan pintu dan jendela yang terbuat dari besi mirip sel. Penghuninya dikunci dari luar dengan tempat tidur seadanya yang terbuat dari kayu.
Lalu terdapat kamar mandi yang tak dibatasi antara toilet dengan ruangan tidur. Kondisi lembab menimbulkan bau yang menyengat dan tak sehat. Kondisinya sungguh tak ubahnya penjara.
Adapun 33 penguni panti yang terdiri dari pengidap gangguan jiwa dan tiga orang jompo sudah dievakuasi ke Rumah Sakit Jiwa Tampan dan panti sosial milik Dinas Sosial Riau.
Sementara tiga anak yang ditemukan di sana sudah dibawa ke panti sosial milik Dinas Sosial untuk pemulihan. Kondisi mereka tertekan dan mengalami trauma diduga akibat kekerasan selama tinggal di panti asuhan maut.