Kisah Nenek Sebatang Kara Lawan Penyakit Aneh Selama 20 Tahun

Sejak 20 tahun lalu, perut sang nenek membesar hingga sekarang seperti orang hamil 9 bulan.

oleh Eka Hakim diperbarui 06 Feb 2017, 18:32 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2017, 18:32 WIB
Kisah Nenek Sebatang Kara Lawan Penyakit Aneh Selama 20 Tahun
Sejak 20 tahun lalu, perut sang nenek membesar hingga sekarang sebesar orang hamil 9 bulan. (Liputan6.com/Eka Hakim)

Liputan6.com, Gowa - Tuhan tidak akan memberi cobaan kepada hambanya di luar batas kemampuan. Keyakinan itulah yang membuat seorang nenek yang tinggal sebatang kara di daerah Tama'la'lang, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, bersabar menghadapi penyakit aneh yang menggerogoti tubuhnya selama 20 tahun.

Nenek yang belum pernah menikah itu bernama Kamariah Daeng Caya. Hingga usianya ke-50 tahun, penyakit aneh yang bersarang di tubuhnya belum juga terobati.

Perutnya terus membengkak sebesar orang hamil 9 bulan sejak penyakit aneh menyerangnya pada 1996 lalu dan masih dirasakan hingga saat ini.

"Ia tak bisa beraktivitas dengan normal ,apalagi bekerja. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, ia hanya berharap belas kasih dari para tetangga yang iba terhadap kehidupannya," kata Mallingkai Ilyas, relawan Komunitas Sosial Berbagi Literasi Peduli Masyarakat (LPM) Indonesia, Minggu, 5 Februari 2017.

Nenek Caya yang tinggal di sebuah gubuk reyot berukuran 3x4 meter tersebut, kata Mallingkai, sangat membutuhkan uluran tangan para dermawan agar dapat menjalani proses pengobatan untuk mengangkat penyakit aneh yang masih bersarang di tubuhnya.

"Kondisi perut yang semakin membesar setiap hari membuat Nenek Caya tak bisa bekerja normal," ujar dia.

Meski bantuan belum berjalan maksimal, Nenek Caya bersyukur karena mendapat dampingan dari Komunitas Sosial Berbagi Literasi Peduli Masyarakat (LPM) Indonesia. Ia sudah berobat di Rumah Sakit (RS) Labuang Baji Makassar dengan menggunakan biaya dari hasil arisan yang sempat dibelikannya kalung emas.

"Beberapa kali nenek bolak-balik RS Labuang Baji dan pada akhirnya harus berhenti berobat karena tak ada lagi biaya," kata Mallingkai.

Pada 2007, lanjut Mallingkai, Nenek Caya mencoba pergi ke Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Gowa untuk menanyakan jenis penyakitnya. "Tapi ketika itu, ia ditolak karena tidak ada biaya," tutur Mallingkai seperti diceritakan sang nenek.

Sejak 2007 hingga 2016, nenek Caya terpaksa pasrah dengan keadaan yang menimpanya. Ia melalui hari-harinya tanpa pengobatan berarti untuk penyakitnya.

"Menurut Nenek Caya, waktu kami ke rumahnya, ia katakan hingga saat ini penyakitnya belum diketahui jenisnya. Yah kemungkinan tumor tapi tidak ketahuan jenisnya apa," kata Mallingkai.

Terlepas dari itu, Mallingkai melalui akun Facebooknya mencoba mencari bantuan dan berharap ada uluran tangan para dermawan maupun pemerintah agar bisa membantu meringankan beban Nenek Caya.\

"Di tengah ujian yang menimpanya, beliau selalu menjalankan salat lima waktu dan selalu berdoa memohon keajaiban ilahi. Mudah-mudahan dengan ikhtiar yang maksimal disertai doa kepada Allah yang Maha Kuasa, kita bisa membantu kesembuhan Nenek Caya," kata Mallingkai.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya