Perjuangan Nenek Rawat Putri Disabilitasnya di Gubuk 2x2 Meter

Sang nenek perawat putrinya yang disabilitas menolak untuk meminta-minta.

oleh Ola Keda diperbarui 06 Feb 2017, 09:30 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2017, 09:30 WIB
Nenek penghuni gubuk
Regina Wahi (75) hidup bersama sang anak yang menderita disabilitas, Yeni Wahi (46), di sebuah gubuk kecil, Kota Kupang, NTT. (Liputan6.com/Ola Keda)

Liputan6.com, Kupang - Di tengah kehidupan kota, ternyata masih ada seorang nenek malang yang hidup telantar di sebuah gubuk. Meski begitu, ia tetap berjuang dalam ketidakmampuan.

Rumah sejatinya tempat yang nyaman bagi keluarga. Namun tidak demikian bagi nenek Regina Wahi. Tempat tinggal nenek berusia 75 tahun dan anaknya saat ini jauh dari kata layak.

Ruangan sempit dan pengap digunakan untuk memasak dan menyimpan barang-barang mereka. Ruangan itu juga dipakai untuk makan sekaligus sebagai tempat melepas lelah.

Keduanya menempati gubuk kecil berukuran sekitar 2x2 meter dengan dinding dan atap yang terbuat dari seng bekas serta lantai tanah tanpa jendela. Hunian tak layak ini berada di RT 5 RW 2, Kelurahan Fatululi, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Nenek Wahi telah bertahun-tahun hidup menjanda bersama anak semata wayangnya, Yeni Wahi (46), yang menderita disabilitas (buta dan bisu). Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, nenek Wahi harus bekerja keras.

Walau usia sudah uzur, nenek Wahi tidak patah arang. Di sisi gubuk tempat tinggal mereka, sang nenek menanam sayuran dalam beberapa bedeng. Hasil bercocok tanam itu menjadi sandarannya untuk menyambung hidup.

"Nenek siram sayur di samping rumah. Nanti kalau sayur bisa dipanen, nenek jual ke rumah-rumah warga. Terus uangnya buat beli beras," ucap nenek Wahi, Sabtu, 4 Februari 2017.

"Kadang-kadang sayur tidak laku dan kami tidak makan, nenek biasanya menangis karena lihat Yeni lapar. Ya, mau bagaimana lagi? Kalau besoknya ada rezeki, baru kita makan," nenek Wahi menambahkan sembari menitikkan air mata.

Regina Wahi (75) hidup bersama sang anak yang menderita disabilitas, Yeni Wahi (46), di sebuah gubuk kecil, Kota Kupang, NTT. (Liputan6.com/Ola Keda)

Nenek Wahi menuturkan, deritanya semakin sempurna ketika beberapa waktu lalu gubuk hunian bersama anaknya ludes dilalap api. "Kita sudah miskin tambah lagi rumah hangus terbakar. Gubuk yang kami tinggal sekarang ini bantuan dari tetangga," sang nenek mengenang.

Ia pun tak berharap yang muluk-muluk, cukup mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan. Meski menderita, nenek tua ini menolak meminta-minta.

"Nenek tidak mau minta apa-apa, nenek malu untuk minta-minta, nenek hanya bekerja dan berdoa saja semoga selalu ada berkat dari Tuhan. Nenek mensyukuri karena Tuhan masih menjaga saya dan anak saya," nenek penghuni gubuk tersebut memungkasi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya