Derita Penyakit Langka, Impian Jadi Calon Dokter Pupus

Remaja berusia 18 tahun tak menyangka didiagnosis mengidap penyakit langka.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 16 Nov 2016, 16:00 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2016, 16:00 WIB

Liputan6.com, California, Amerika Serikat Selama 1,5 tahun, Julia Gordon rutin memeriksakan diri ke rumah sakit. Ia dibiopsi dan menjalani transfusi darah untuk mengetahui penyakit yang dideritanya. Remaja berusia 18 tahun asal Riverside, California, Amerika Serikat itu pun tak menyangka didiagnosis mengidap penyakit langka, sindrom uremik-hemolitik.

Penyakit langka tersebut menyebabkan penderita mengalami anemia dan gagal ginjal akut. Padahal, ia termasuk mahasiswa tahun pertama University of California, Los Angeles (UCLA) yang tengah menuntut ilmu saraf. Ia berharap menjadi calon dokter di masa mendatang.

Saat didiagnosis mengidap penyakit langka, harapannya menjadi calon dokter sempat sirna. Julia bimbang, apakah ia mampu bertahan dengan penyakitnya. Laman The Press Enterprise, Rabu (16/11/2016) menulis, Julia sudah merasakan gejala penyakitnya sejak April 2012.

"Waktu itu aku muntah. Dan tidak berpikir banyak, aku pikir hanya mual dan sakit perut biasa. Anehnya, beberapa hari kemudian nyeri yang amat menusuk aku rasakan di bawah dada. Lalu orangtuaku langsung membawaku ke rumah sakit," ungkap Julia.

Ia menambahkan, nyeri yang dialaminya tidak pernah dirasakan sebelumnya. Ada kalanya, nyeri itu akan mereda sendiri. Pada awal pemeriksaan, dokter juga tidak mengetahui penyakit langka yang diderita Julia. Tatkala Julia kembali memeriksakan diri, dokter pun mulai curiga.

Jalani Rawat Inap

Jalani Rawat Inap

Kian lama kesehatan Julia menurun, kehidupan normal yang dijalaninya menjadi terbalik. Ia sering menjalani rawat inap dan badannya makin kurus. Seluruh aktivitas di kampus--seperti berkemah--dibatalkannya. Padahal berkemah merupakan salah satu hobi favoritnya.

Pemeriksaan medis menunjukkan, hemoglobin Julia sangat rendah dan kondisi ginjalnya cukup parah. Tapi tidak ada satu pun dokter nephrologis, ahli onkologi, dan spesialis penyakit menular yang mampu mendeteksi penyebab terjadinya sindrom uremik-hemolitik.

Julia mendapat perawatan berupa pemberian antibodi tiap dua bulan sekali. Meskipun Julia akan mengidap penyakit langka itu seumur hidupnya, ia tetap kuat karena orangtua dan adiknya mendukungnya terus-menerus.

"Aku tahu kondisi ini sangat sulit bagi mereka. Tapi mereka memasang wajah berani dan selalu mendukungku," ujarnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya