Mereka yang Selalu Disapa Banjir Jelang Cap Go Meh

Jelang perayaan Cap Go Meh, hujan turun tiada henti di wilayah Semarang hingga menyebabkan banjir.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 14 Feb 2017, 11:29 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2017, 11:29 WIB
Banjirsemarang
Seperti militer, warga kampung Sawah Besar Semarang menumpuk karung berisi pasir sebagai tanggul, Senin (13/2/2017) (foto : Liputan6.com/edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Semarang - Menandai perayaan Cap Go Meh, seperti biasanya hujan turun tiada henti sejak Senin sore, 13 Februari 2017 di wilayah Semarang dan sekitarnya. Sejak terdengar azan ashar, beberapa warga kampung Sawah Besar Semarang rajin menengok tinggi permukaan sungai Banjir Kanal Timur.

Mereka juga menyiapkan karung-karung berisi pasir untuk menghadang banjir. Selepas salat maghrib, permukaan air di Banjir Kanal Timur Semarang mulai naik.

Tidak sampai meluap, namun debitnya yang tinggi justru berbalik masuk ke perumahan warga melalui selokan yang terhubung. Semarang timur diterjang banjir.

"Tadi pulang dari mushola selepas isya, jalanan sudah tergenang cukup dalam. Mungkin sekitar enam puluh senti," kata Agus, salah satu warga Sawah Besar kepada Liputan6.com, Senin, 13 Februari 2017.

Genangan air kali ini tak hanya masuk di kampung, tapi juga menggenangi akses jalan yang menuju kampung mereka. Kedalaman banjir bahkan ada yang hingga satu meter.

Sepeda motor yang nekat menerobos banjir, akhirnya mogok dan terjebak, tak terbilang banyaknya. Mobil-mobil jenis city car yang rendah, memilih mengambil jalur memutar.

"Selain dalam, arus airnya lumayan deras. Tadi sudah tarik gas besar, tapi air masuk lewat knalpot," kata Santi, salah satu pengendara sepeda motor.

Berani nekad menerjang banjir, artinya berani mogok. (foto : Liputan6.com/edhie prayitno ige)

"Sebenarnya, sejak kemarin-kemarin warga sudah mulai bersiap dengan menyiapkan karung-karung berisi pasir untuk dijadikan tanggul. Namun banjir menyapa kami dengan sangat cepat," ucap Agus.

Kabar mengenai air di Banjir Kanal Timur yang mampu menerobos pemukiman di Sawah Besar segera sampai di Basarnas dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Dengan sigap para petugas Basarnas dibariskan berjajar, lengkap dengan perahu karet. Merekalah yang dikirim ke garda terdepan genangan air.

Sementara kaum laki-laki di Sawah Besar mencoba membuat tanggul dengan karung-karung pasir, istri mereka di rumah membereskan peralatan rumah tangga agar tak tergenang air. Siti Fatimah salah satunya.

Selain berusaha membuat anak-anaknya nyaman dan tenang, tangannya juga mengangkat barang-barang yang rawan rusak jika terkena air. "Buku sekolah anak-anak sudah ditaruh atas. Kebetulan Mas Affan, anak sulung saya sudah bisa membantu," kata Siti Fatimah.

Alhasil, rumah Siti Fatimah yang berada lebih rendah dibanding jalan, tergenang hingga sekitar 80 sentimeter. Keluarga yang memiliki balita inipun mengungsi ke masjid yang berada di sebelah rumah mereka.

Fatimah mengaku beruntung karena masjid itu memiliki ketinggian memadai, sekitar 1,5 meter dari permukaan jalan.

Sementara itu, kesibukan petugas BPBD dan Basarnas tak kalah padat. Selain ikut berusaha menanggul limpasan air, mereka juga berkeliling mencari warga yang seharusnya mengungsi, tapi terkendala.

Banjir dan Longsor

Banjirsemarang3
Genangan yang cukup tinggi setiap hujan, membuat warga Sawah Besar Semarang, seperti mengakrabi banjir. (foto : Liputan6.com / edhie prayitno ige)

Wakil Wali Kota Semarang Hevearita G. Rahayu yang baru saja tiba dari tugas luar kota menyebutkan bahwa banjir kali ini memang tergolong besar. Barangkali, ada ribuan rumah yang ikut tergenang air. Tentu saja dengan kedalaman genangan bervariasi.

"Saya sudah monitor, teman-teman BPBD sudah berjibaku membatasi pergerakan air. Selain di Sawah Besar, di kawasan Kaligawe dan kampung-kampung yang berada di pinggir Banjir Kanal Timur juga terendam. Barangkali jumlahnya ribuan," kata Ita kepada Liputan6.com.

Ketika laporan ini ditulis, debit air di Banjir Kanal Timur masih sangat tinggi. Genangan di Sawah Besar dan kampung-kampung lain juga belum berkurang.

Petugas BPBD masih terus berusaha memompa genangan air dan membuangnya ke badan sungai Banjir Kanal Timur. Meskipun sangat pelan, upaya itu mulai terlihat.

"Mudah-mudahan nggak ada lagi hujan deras. Ini penyebabnya barangkali kawasan atas hujan deras. Karena di daerah Banyumanik juga ada laporan longsor," kata Ita.

Berdasarkan laporan yang diterima Wali Kota Semarang, selain banjir ada pula peristiwa tanah longsor di Kecamatan Banyumanik. Peristiwa terjadi ketika hujan deras berada pada puncaknya.

"Longsor menimpa rumah bapak Bisri Hanadi. Beliau beralamat di perumahan Griya Mandiri Blok A1 No 7, di desa Bumirejo Kelurahan Pudak Payung. Sedihnya, di peristiwa ini ada korban luka, yaitu dik Ekfar. Saya sudah minta teman-teman BPBD membawa dik Ekfar ke Rumah Sakit," kata Hendi kepada Liputan6.com.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya