Liputan6.com, Cirebon - Kursi raksasa dari rotan itu sudah berdiri. Warga Desa Tegal Wangi, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon mempersiapkannya sekitar sebulan. Kursi itu untuk membangkitkan Raja Rotan Cirebon.
Aksi warga itu tentu saja simbolik. Pembuatan kursi raksasa itu bagian dari persiapan Karnaval dan Pameran Rotan Galmantaro.
Warga desa yang sebagian besar hidupnya dari rotan tersebut mengikuti sejumlah rangkaian kegiatan terkait rotan. Beragam hasil kerajinan rotan diarak mengelilingi desa hingga berakhir di suatu tempat sebagai puncak acara.
Advertisement
Karnaval itu diketahui sebagai bagian dari ritual dan upaya warga desa membangunkan kembali Raja Rotan yang sudah lama tertidur. Sebutan Raja Rotan diambil dari sebuah cerita legenda rakyat sebagai asal usul desa pengrajin rotan.
Baca Juga
Sebagian warga pun bergotong royong membuat kursi raksasa sebagai simbol kebangkitan kembali "Raja Rotan" Cirebon. Selama satu bulan lamanya, warga dengan sepenuh hati membuat kursi raksasa yang akan menjadi ikon Cirebon dan kerajinan Rotan Indonesia.
"Karnaval ini bagian dari ritual membangunkan Ki Ageng Rotan. Atas semangat warga membangkitkan kembali kejayaan rotan dimana kalau berbicara rotan ya Indonesia dan adanya di Cirebon," kata inisiator pembuat kursi Rotan Raksasa, Djaso, Selasa 14 Maret 2017.
Kursi raksasa yang dibuat warga di perkampungan wisata rotan itu memiliki berat 1 ton, dengan bahan baku penunjang 400 sampai 500 kilogram rotan hasil sumbangan warga baik pengrajin rumahan maupun pengusaha besar di desa tersebut. Selanjutnya, kursi rotan raksasa ini akan dipasang di sebuah titik strategis di Cirebon.
Momen itu dianggap tepat dan penting karena situasi perekonomian Indonesia yang memiliki peluang ekonomi, khususnya di dalam negeri. Djaso mengakui belakangan ini usaha kerajinan rotan agak terpuruk bahkan cenderung naik turun.
"Salah satu penyebab usaha rotan menurun adalah kebijakan pemerintah mengenai buka tutup ekspor bahan baku rotan. Tapi, kami masih memiliki semangat dan optimisme dalam membangkitkan kembali usaha kami dengan membangunkan Ki Ageng Rotan," kata dia.
Sumartja, salah seorang penggagas kampung wisata Rotan Cirebon, mengatakan nama Ki Ageng Rotan atau Raja Rotan dalam perhelatan ini hanya sebatas sebutan sebagai penyemangat. Sebab, dia nama tersebut sudah mengakar di masyarakat Desa Tegal Wangi, Kabupaten Cirebon.
"Ini kan hanya semacam slogan makannya tidak disebutkan nama orangnya. Disebutkan raja atau ki ageng karena kami membuat kursi raksasa," kata dia.
Pembuatan kursi raksasa dari rotan, lanjut Sumartja, berpengaruh bagi warga desa. Kursi raksasa dibuat sebagai simbol kebangkitan rotan Cirebon, sementara kursi tersebut dibuat model kursi raja karena berada di starata tertinggi.
Selain strata tertinggi, tanaman dan kerajinan rotan hanya ada di Indonesia. Oleh karena itu, filosofi sepele dari kursi raja yang dibuat warga agar masyarakat kembali bersemangat untuk menjadikan kerajinan rotan Indonesia sebagai raja furnitur di dunia.
"Rotan ini hanya ada di Indonesia dan kita harus menjadi raja di dunia. Kita ini rajanya rotan makanya harus tetap semangat," kata Sumartja.