140 Sumur Ambles di Lereng Gunung Kelud

Sementara, 110 sumur warga di lereng Gunung Kelud lainnya mulai keruh dan menunggu ambles.

oleh Yanuar H diperbarui 16 Mei 2017, 14:04 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2017, 14:04 WIB
140 Sumur Warga di Lereng Gunung Kelud Ambles dalam 2 Bulan
Koordinator Magister Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta Eko Teguh Paripurno menerangkan kemungkinan penyebab ratusan sumur ambles di lereng Gunung Kelud. (Liputan6.com/Yanuar H)

Liputan6.com, Yogyakarta - Sedikitnya tercatat 140 sumur warga Desa Manggis, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, ambles dalam dua bulan terakhir. Sebanyak 130 sumur sudah diuruk dan dibuat sumur bor. Sementara 110 sumur di wilayah itu mulai keruh dan menunggu untuk ambles.

Koordinator Magister Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta, Eko Teguh Paripurno, mengatakan lokasi amblesnya ratusan sumur itu berada di lereng barat daya Gunung Kelud yang erupsi pada 2014 lalu.

Ada lima dusun di Desa Manggis yang mengalami sumur ambles yaitu Dusun Dorok (240 M dpl), Nanas (280 mdpl), Jambean (280 mdpl), Manggis (260 mdpl), dan Ringinbagus (330 mdpl). Melalui pengkajian geologi, geofisika dan sosial oleh timnya pada 3-8 Mei 2017, didapatkan beberapa hipotesis awal.

"Loncat ke kesimpulan dulu, ternyata amblesan itu terjadi karena dinding sumur tidak stabil. Penyebabnya muka air tanah yang naik drastis. Dugaan orang karena turunnya tanah-tanah karena pembangunan hotel, dan lain-lain, tapi justru muka air tanah naik," kata Eko di Rektorat UPN, Senin, 15 Mei 2017.

Eko mengatakan di lima dusun itu ada perbedaan perubahan Muka Air Tanah (MAT). Kedalaman MAT Dusun Dorok semula 10-20 meter meningkat menjadi 1,5 - 8 m. Dusun Jambeyan dari 13-20 meter menjadi 5-15 m, di Dusun Manggis dari 23-27 m saat ini menjadi 9-13 m.

Sementara, Dusun Nanas naik dari 14-19 meter menjadi 3-14 m, sehingga tinggal 2-12 meter. Dusun Ringinbagus pada sumur dengan kedalaman 27-29 m MAT naik menjadi 16 meter.

"Dikaji perubahan muka air tanah. Yang di Dorok, sumur 10-20 meter tiba-tiba dalam hitungan minggu, naik sampai 5 meter. Bahkan, candi yang dulunya kering nggak pernah basah, sekarang tergenang air banjir," ujarnya.

Eko menjelaskan naiknya muka air tanah hingga mencapai di bibir sumur jadi beban gravitasi sehingga menjadi ambles. Efek amblesan tergantung dari struktur dan tingginya muka air. Warga diminta segera menguatkan sumur lewat batu bata atau beton.

"Begitu dia basah, dia jugrug (runtuh), airnya kayak air susu lantas bikin lubang sumur jadi beban dan rumah di sekitar ambles masuk di dalamnya. Dua tahun lalu ada kejadian di Jambeyan tapi warga nggak mikir," ujarnya.

Eko mengatakan saat ini pihaknya masih terus meneliti penyebab muka air tanah bisa naik antara 10 - 20 meter. Selama ini, belum pernah ada fenomena muka air tanah naik terjadi di kaki gunung api.

Sementara ini, menurut dia, ada dua hipotesis awal penyebab sumur ambles. Pertama, penjenuhan akifer (lapisan bawah tanah yang mengandung air dan dapat mengalirkan air) oleh hujan tempatan karena naiknya MAT sehingga penambahan air berlebih menyebabkan ketangguhan dinding hilang.

"Morfologi masa lalu yang dibatasi sungai purba atau patahan, artinya di tempat itu ada hujan, kira-kira gitu. Kedua, dulu nggak pernah terjadi. Itung-itung erupsi 2014 itu, jadi akifer yang terbuka di atas sehingga musim hujan itu jadi pengisi terbaik," ujar Eko.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya