Liputan6.com, Malang Perajin tasbih "bertuah" berbahan sembilan jenis kayu di Desa Simo, Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung, Jawa Timur, terpaksa membatasi produksinya. Penyebabnya, bahan baku kayu kerajinan ini semakin langka, sedangkan peminat tasbih itu cukup banyak.
Rekso Yuwono, salah seorang perajin tasbih, mengaku terpaksa membatasi pembuatan tasbih sembilan kayu meski sebenarnya banyak pesanan dari dalam dan luar daerah.
"Sebenarnya banyak pesanan karena dianggap unik. Tapi karena untuk memperoleh bahan bakunya semakin sulit ya membuatnya dibatasi," kata Rekso di Tulungagung, Senin, 5 Juni 2017.
Advertisement
Rekso hanya sanggup membuat maksimal 30 tasbih berdasarkan pesanan dalam satu bulan lantaran bahan bakunya langka. Sebuah tasbih berisi 99 butir dijual seharga Rp 125 ribu. Tasbih sembilan kayu juga biasa disebut tasbih kayu sanga dibuat dari sembilan jenis kayu berbeda.
Jenis kayu yang digunakan sebagai bahan baku meliputi kayu setigi, kayu dewandaru, nagasari, walikukun, cendana, liwung, secang, galih asem, dan galih johar. Bagi sebagian masyarakat Jawa, masing–masing kayu tersebut dipercaya bertuah dan memiliki bermacam khasiat.
Di antaranya sebagai penolak bala, menjaga kewibawaan, anti racun, penjaga rezeki, sampai untuk keselamatan. Tasbih sembilan kayu diminati oleh kalangan Islam tradisional sampai penggemar kayu langka sebagai benda koleksi.
Anam Bastomi, seorang penggemar tasbih kayu sanga, mengaku tertarik karena unik dan meyakini tasbih akan membawa pengaruh positif bagi pemakainya.
“Tasbih ini bertuah, membuat kita mendekatkan diri pada Allah dengan sering berzikir menggunakan tasbih ini,” ujarnya.