Liputan6.com, Solo - Pura Mangkunegaran Solo, Jawa Tengah menggelar jamasan atau menyucikan gamelan pusaka pada awal Bulan Ramadan. Sebanyak 11 gamelan yang diyakini bertuah disucikan dalam ritual tersebut. Salah satu gamelan tertua itu bernama Kyai Kanyut Mesem, peninggalan Kerajaan Demak pada 300 tahun lalu.
Sejumlah abdi dalem duduk bersila di Pendopo Pura Mangkunegaran. Mereka menggelar wilujengan dengan uba rambe (perlengkapan) berupa nasi gudangan, telur, bothok, ikan asin, buah-buahan, dan bunga.
Setelah dipanjatkan doa keselamatan, salah satu abdi dalem membawa bungkusan bunga mawar untuk ditaburkan di sejumlah wadah air yang akan digunakan untuk mencuci serta membersihkan perangkat gamelan.
Satu per satu alat gamelan bertuah, seperti Kyai Segoro Windu, Kyai Pamerdarsih, dan Kyai Baswara langsung diangkut untuk disucikan di tepi pendopo Pura Mangkunegaran.
Para abdi dalem terlihat sibuk mencelup ke dalam air yang telah ditaburi bunga mawar. Setelah itu, abdi dalem menggosok salah satu gamelan yang sedang dicuci berupa bendhe digosok dengan busa untuk menghilangkan kotoran.
Abdi Dalem Pariwisata dan Juru Pelihara Pura Mangkunegaran Joko Pramudyo mengatakan, jamasan gamelan pusaka di Mangkunegaran dilakukan setiap Bulan Ramadan tiba. Seperti halnya umat Islam yang menyucikan diri dengan puasa dan prihatin selama bulan puasa, peralatan gamelan pun ikut dibersihkan biar suci.
"Itu termasuk bahasa sanepa (metafora) aja. Jadi selain manusia, juga gamelan ikut dibersihkan selama Bulan Ramadan, sehingga selain orangnya menjadi suci, lingkungannya juga biar ikut suci," kata Joko di Solo, Senin (13/6/2016).
Baca Juga
Baca Juga
Jamasan atau membersihkan gamelan, kata Joko, diperlukan karena usia perangkat gamelan milik Pura Mangkunegaran sudah berusia ratusan tahun. Cara tersebut bisa memperbaiki kerusakan maupun setelan yang tidak tepat pada gamelan.
Advertisement
"Mana yang perlu dibersihkan dan diperbaiki akan ketahuan dalam proses jamasan ini supaya tetap terpelihara dan awet," ujar Joko.
Proses jamasan gamelan pusaka milik Pura Mangkunegara dilakukan mulai 1 hingga 20 bulan Ramadan. Jumlah perangkat gamelan yang dijamas mencapai 11 set gamelan.
"Dari perangkat gamelan pusaka itu yang paling tua adalah gamelan Kyai Kanyut Mesem yang konon berasal dari Kerajaan Demak dan sudah berusia sekitar 300 tahun. Gamelan itu masih dibuat dengan tangan, belum dengan alat cetak," kata dia.
Setelah dijamas, lanjut Joko, gamelan tersebut akan kembali dibunyikan pada malam selikur Ramadan untuk menyambut malam Lailatul Qadr. "Nanti akan dibunyikan lagi pada Malam Selikuran pada tanggal 27 Juli mendatang," ucap Joko.