Filosofi di Balik Patung-Patung yang Bertebaran di Purwakarta

Bupati Dedi Mulyadi menjelaskan alasan banyaknya patung didirikan di Purwakarta.

oleh Abramena diperbarui 26 Jul 2017, 20:31 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2017, 20:31 WIB
Patung
Beberapa patung di salah satu sudut jalan protokol di Purwakarta, Jawa Barat. (Liputan6.com/Abramena)

Liputan6.com, Purwakarta - Bupati Purwakarta, Jawa Barat, Dedi Mulyadi, memiliki argumentasi terkait pembangunan karya seni di ruang publik. Menurut dia, sebuah karya seni memiliki energi inspiratif, sehingga jika tidak diberikan ruang, secara otomatis akan mempersempit ruang inspirasi bagi sebuah komunitas masyarakat.

"Jika ruang seni dipersempit maka energi inspiratif tidak akan ter-transendensi kepada kita. Akhirnya, manusia tidak lagi imajinatif. Kalau sudah begini, tidak ada ide, maka biasanya impor imajinasi dari luar," ucap Bupati Purwakarta dalam sebuah diskusi bertajuk "Problematika Seni Budaya di Ruang Publik" di Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu, 22 Juli 2017.

Menurut Dedi, imajinasi yang dimaksud harus berdasarkan karakter wilayah. Di Purwakarta, misalnya, ia membangun karya seni berbentuk tokoh pewayangan yang memang mengilhami penyebaran agama Islam di Tanah Sunda dan nusantara pada umumnya.

Cara ini ditempuh agar warga Purwakarta tidak berkiblat pada karakter pahlawan super hasil imajinasi impor. "Saya membangun itu agar tokoh-tokoh pewayangan di kita itu sejajar dengan Batman, sejajar dengan Superman. Masa superhero luar negeri lebih disukai, sementara superhero bangsa sendiri dilupakan," ia menambahkan.

Beberapa patung di salah satu sudut jalan protokol di Purwakarta, Jawa Barat. (Liputan6.com/Abramena)

Secara jangka panjang, papar pria yang juga menjabat pengurus cabang Nahdlatul Ulama Purwakarta tersebut, ruang publik yang memiliki nilai seni dan tertata dengan rapi dapat menjadi salah satu andalan destinasi wisata bagi daerah. Dengan demikian, dapat meningkatkan kunjungan wisata dan menggenjot pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah.

"APBD Purwakarta itu kecil, tetapi bisa membangun ruang publik yang ramai dikunjungi orang. Kita punya air mancur, kita punya taman-taman yang namanya berkarakter Sunda," ujar dia.

Selain menghadirkan Bupati Purwakarta, diskusi tersebut juga turut mengundang kalangan akademisi, seperti Profesor Dr Roos Akbar, Dr Rikrik A Kuswara, kalangan praktisi pematung, Nyoman Nuarta, dan kalangan agamawan yang diwakili Dr KH Asep Salahudin dari PWNU Jawa Barat.

Saksikan video menarik di bawah ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya