Perjuangan Bayi Pengidap Hidrosefalus Usai Ditinggalkan Kembaran

Bayi pengidap hidrosefalus bernama Husen ditinggalkan kembarannya, Hasan, yang meninggal lebih dahulu saat dilahirkan.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 18 Sep 2017, 12:02 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2017, 12:02 WIB
Usaha Hidup Bayi Pengidap Hidrosefalus Usai Ditinggalkan Kembaran
Bayi pengidap hidrosefalus bernama Husen, ditinggalkan kembarannya Hasan yang meninggal lebih dahulu saat dilahirkan. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Muhamad Husen Abidin, bayi berusia lima bulan, didiagnosis menderita penyakit hidrosefalus. Anak pasangan Apat dan Karyati (44) itu mengalami penumpukan cairan pada rongga otak hingga kepalanya membesar sebesar bola sepak.

Ibu bayi yang merupakan warga Kampung Pasirgoong, Desa Cibatu, Kecamatan Cibatu, Garut, Jawa Barat, mengatakan penyakit yang dialami Husen diketahui sejak pertama kali dilahirkan. Saat itu, Husen terlahir kembar bersama Hasan yang terlebih dulu meninggal dunia.

"Saya awalnya bingung ketika mau memasukkan anak ke RSU Garut, lantaran tidak memiliki biaya. Namun akibat terus membesar, ya bagaimana lagi," ujarnya, Sabtu, 16 September 2017.

Dengan keterbatasan yang ada, ia berusaha mencari peluang untuk kesembuhan sang putra. Kepala desa setempat tersentuh atas perjuangan ibu sang bayi hingga bersedia membantu merujuk pengobatan Husen ke Bandung.

"Sejak Subuh kemarin, anak saya sudah berada di RSHS Bandung untuk mendapatkan perawatan," ujarnya.

Ia mengaku bantuan dari pemerintah desa bisa meringankan beban biaya pengobatan penyakit yang diderita anaknya. Meski begitu, ia kini kebingungan menutupi besarnya biaya hidup selama anaknya berobat di rumah sakit.

"Sekarang tinggal berusaha bagaimana buat makan dan kebutuhan sehari-hari kami selama pengobatan anak saya," ujarnya.

Ia berharap anaknya bisa sembuh total dan kembali ceria. "Semuanya sudah saya serahkan sama Allah, tinggal menunggu hasilnya setelah perawatan ini," kata dia.

Sementara itu, Kepala Desa Cibatu, Dadang Sulaeman, mengatakan awalnya kedua orangtua pasangan tidak mampu itu, kebingungan melihat kondisi kepala anaknya yang terus membesar setiap hari. Namun, dengan bekal Kartu Indonesia Sehat (KIS), Husen bisa dirujuk ke RSHS Bandung.

"Karena memang membutuhkan biaya yang sangat besar, kami pun pemerintah desa memiliki kewajiban meringankan beban keluarganya. Tadi Subuh kita berangkat bersama keluarganya," ujar Dadang.

Ia mengakui, selama ini orangtua pasien tergolong warga tidak mampu. Sang ayah hanya seorang buruh dengan penghasilan tidak menentu.

"Setelah didiagnosis, selain menderita penyakit hidrosefalus, Husen juga mengidap komplikasi hernia, yang setiap hari mengalami pembesaran. Jadi, biayanya cukup besar," kata dia.

Dengan kondisi itu, Dadang berharap ada uluran tangan pihak lain untuk meringankan beban salah satu warganya itu. "Mungkin dari pemirsa dompet SCTV yang mau membantu, tentu sangat berarti bagi mereka," kata Dadang yang ditujukan untuk salah satu warganya itu.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya