Liputan6.com, Pacitan - Pasca diterjang badai cempaka, sejumlah daerah di Kabupaten Pacitan masih porak poranda akibat banjir dan longsor. Data resmi menyebutkan, ada 25 korban jiwa dan 615 rumah warga di delapan kecamatan di Kabupaten Pacitan rusak parah bahkan hanyut serta roboh.
Hingga hari Senin (4/12/2017) relawan Kepanduan PKS yang berada di lokasi menyebutkan wilayah dengan kerusakan rumah terbanyak berada di Kecamatan Nawangan dengan 196 rumah, Kebonagung 178 rumah, Ngadirojo 101 rumah, Tegalombo 24 rumah, Tulakan 45 rumah, Punung 42 rumah, Donorojo 21 rumah dan Pringkuku empat rumah.
Dwi Purnawan, salah satu relawan Kepanduan PKS Jateng mengatakan bahwa selain rumah warga rusak, sepanjang 23.130 meter jalan di Pacitan juga rusak.
Advertisement
Baca Juga
"Kerusakan masuk kategori sedang hingga cukup parah. Ada juga 820 meter tanggul rusak dan 86 meter jembatan rusak. Kalau korban meninggal saat ini di data kami ada 25," kata Dwi Purnawan.
Sementara itu, Komandan Tanggap Darurat Bencana Alam Pacitan, Letkol Kav Aristoteles Hengkeng Nusa Lawitang menyebutkan bahwa dari 25 korban meninggal, masih ada yang belum ditemukan."Detail informasi, jumlah korban banjir dan tanah longsor terdiri dari enam korban banjir, 19 orang korban tanah longsor, korban yang sudah ditemukan 20 orang dan yang belum ditemukan lima orang," kata Letkol Kav Aristoteles Hengkeng Nusa Lawitang.
Menurut Aris, korban terbanyak berasal dari Kecamatan Kebonagung, yakni 12 orang. Semua disebabkan tanah longsor. Sedangkan di Kecamatan Pacitan lima orang meninggal akibat banjir, di Tulakan tiga orang akibat tanah longsor, di Tegalombo satu orang akibat banjir, di Nawangan ada dua orang akibat bencana alam tanah longsor, di Arjosari dua korban akibat tanah longsor."Pencarian dua korban bencana alam tanah longsor di RT/RW 3/XIII Dusun Dusun Gemah Desa Ketro Tulakan hingga Minggu (3/12/2017) sore belum membuahkan hasil," kata Aris.
Upaya pencarian terhambat sulitnya medan. Dua korban yang dimaksud diperkirakan tertimbun bersama puluhan ekor kambingnya. Petugas evakuasi dan para relawan harus menyingkirkan batu-batu yang sangat besar, yang mengubur rumah kedua korban. Meski demikian, pencarian dilakukan secara manual karena alat berat tak bisa masuk lokasi.
Selain dua korban, dilaporkan bahwa bencana alam tanah longsor di kawasan tersebut menutup akses jalan menuju Juruk Bangkong dan sempat mengisolasi sekitar 15 kepala keluarga.