Polisi Akui Tembaki Nelayan Pengadang Kapal Tongkang Sesuai SOP

Kapal tongkang yang mengangkut alat berat dihadang ratusan nelayan yang tidak setuju pembangunan perusahan tambang nikel.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 15 Jan 2018, 15:31 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2018, 15:31 WIB
Kapal Tongkang
Polisi mengaku penembakan terhadap para nelayan sudah sesuai prosedur. Foto: (Ahmad Akbar Fua/Liputan6.com)

Liputan6.com, Konawe Selatan - Aksi penolakan masuknya perusahaan tambang nikel PT Gerbang Multi Sejahtera di Desa Tue-Tue, Laonti, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara berlangsung panas. Lebih kurang 300 nelayan yang menggelar aksi dengan menghadang kapal tongkang ditembaki polisi.

Kapolres Konawe Selatan, AKBP Hamka Mappaita mengatakan, penembakan terhadap nelayan sudah sesuai prosedur. Tembakan itu dimaksudkan sebagai peringatan.

"Kami hanya melakukan tembakan peringatan, tetapi kalau kena warga saat itu memang karena apa yang kami lakukan sudah sesuai standar operasional," ujar Hamka Mappaita, Senin (15/1/2018).

Menurut Hamka Mappaita, saat kejadian di TKP, warga sudah anarkistis dengan melempar bom molotov ke arah kapal tongkang. Aksi ini  nyaris membakar kapal.

"Tembakan peringatan ini, untuk membuat mereka mundur," tambah mantan Kasat Lantas Polrestabes Makassar itu.

Dia mengatakan pihaknya hanya mengawal perusahaan dan tidak ada kepentingan lain. Pihaknya menyatakan perusahan PT GMS tidak akan masuk ke Desa Tue-Tue sebelum ada pembicaraan dengan masyarakat nelayan dan pemerintah daerah.

Kabid Humas Polda Sultra AKBP Sunarto mengatakan pihaknya masih menurunkan tim yang akan melakukan penyelidikan di Desa Tue-Tue. Sehingga, belum ada kesimpulan menyeluruh terkait dugaan penembakan.

"Kami juga meminta kepada masyarakat agar menghindari sikap anarkistis, sebab anggota kepolisian tidak akan melakukan tindakan keras jika tidak dipicu sikap masyarakat, yang anarkistis," ujar AKBP Sunarto.

 

 

 

 

Dokter Angkat Proyektil Peluru

Kapal Tongkang
Korban penembakan menjalani operasi pengangkatan proyektil. Foto: (Ahmad Akbar Fua/Liputan6.com)

Tim dokter bedah RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara berhasil mengangkat proyektil peluru yang bersarang di paha bagian kanan Sarman (35), nelayan asal Desa Tue-Tue, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara, Minggu (14/1/2018) malam.

Sarman, menjadi korban penembakan aparat yang mengawal perusahaan tambang PT Gerbang Multi Sejahtera (GMS) pada hari yang sama sekitar pukul 08.30 Wita.

Proyektil yang diangkat tim dokter berwarna hitam dan berukuran sekitar 1 sentimeter. Pihak dokter yang melakukan operasi langsung menyerahkan proyektil yang berhasil diangkat ini kepada pihak Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tenggara.

"Sudah diangkat tim dokter operasi, memang itu proyektil peluru tapi kami tidak bisa berkomentar disitu," ujar Kepala RSUD Bahteramas Sulawesi Tenggara, Yusuf Hamra, Senin (15/1/2018).

Yusuf Hamra mengatakan, kondisi Sarman sudah stabil dan dirawat di ruangan khusus. Sarman belum dibolehkan keluar dan sementara berada di Ruang VVIP RSUD Bahteramas bersama sejumlah anggota keluarganya.

"Kami tidak bisa komentar banyak soal peluru," kata Yusuf Hamra.

Sementara itu, pihak RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara sudah menyerahkan peluru karet kepada pihak Polda Sulawesi Tenggara. Penyerahan ini, dilakukan langsung oleh Humas RS Bahteramas, Masita kepada anggota Propam.

"Sudah diserahkan, selanjutnya polisi yang menangani, kami hanya menyembuhkan pasien saja," ujar Masita, Senin (14/1/2018).

Kapal Tongkang Mundur

Kapal Tongkang
Kapal tongkang yang dihadang nelayan akhirnya mundur. Foto: (Ahmad Akbar Fua/Liputan6.com)

Setelah insiden penembakan di Perairan Desa Tue-tue Kecamatan Laonti, Kapal Tongkang PT GMS menjauhi wilayah itu. Kapal tongkang yang memuat empat unit alat berat itu, tidak jadi masuk dan menurunkan alat berat di Desa Tue-tue.

Kapal kemudian langsung menuju ke Kelurahan Mata Kecamatan Kendari, Kota Kendari Minggu (14/1/2018). Di lokasi yang berjarak sekitar 50 mil laut dari Desa Tue-Tue, kapal tongkang itu membongkar sejumlah alat berat yang batal dibawa ke Desa Tue-Tue karena dihadang nelayan.

"Kapal tongkang yang dihadang warga kemarin, sudah membongkar alat berat di Kelurahan Mata, tidak ada aktifitas sampai perusahan ada buat perjanjian dengan warga," ujar Yamal, tokoh masyarakat Desa Tue-Tue, Senin (15/1/2018).

Sebelumnya, ratusan warga di Desa Tue-Tue Kabupaten Konawe Selatan menghalau sebuah kapal tongkang bersama dua Speedboat yang dikawal anggota TNI dan Polri. Warga menolak perusahan nikel itu masuk di lahan warga seluas 1.005 hektar untuk melakukan eksplorasi.

Saat pengadangan, terjadi kericuhan antara warga dan pihak perusahaan yang dikawal polisi. Ratusan nelayan ini, menghalangi kapal tongkang pemuat alat berat yang hendak menurunkan alat berat di Desa itu.

Nelayan yang marah, sempat berusaha membakar kapal tongkang dengan melempari bom molotov. Kapal sempat terbakar namun berhasil dipadamkan.

"Kami larang perusahaan masuk ke wilayah kami karena belum jelas apa yang akan kami terima dari mereka. Kalau lahan kami dirusak, kami nanti mau lari mencari hidup ke mana?" Ujar Arfah, salah satu warga desa.

Anggota DPR-RI Angkat Bicara

Kapal Tongkang
Korban penembakan menjalani operasi pengangkatan proyektil. Foto: (Ahmad Akbar Fua/Liputan6.com)

Tertembaknya Sarman (35) nelayan asal Desa Tue-Tue oleh anggota polisi, ditanggapi Ridwan Bae, anggota DPR RI asal Sulawesi Tenggara. Ridwan mengatakan seharusnya aparat menjaga dan mengawal rakyat.

"Bukannya membela pengusaha. Sehingga, jika ada anggota Polda atau TNI yang terlibat, Kapolda atau Danrem bahkan Lanal harus mengambil tindakan sesuai undang undang dan peraturan yang berlaku," ujar Ridwan Bae.

Dikatakannya, pihaknya akan mengambil langkah konkrit dengan membuat surat resmi ke Komisi III dan Komisi VII DPR RI terkait permasalahan hukum dan pertambangan di wilayah itu.

Pihaknya berharap, tidak boleh lagi terjadi di Sulawesi Tenggara hal-hal seperti itu. Pihaknya juga meminta kepada Kapolda Sultra agar segera mencari oknum pelaku penembakan.

"Rakyat butuh sejahtera, bukan penembakan seperti itu. Terlalu banyak tambang di wilayah Sultra, jangan sampai sudah tidak ada jalan untuk menambang, pengusaha memanfaatkan aparat untuk menembaki warga, itu tidak boleh terjadi lagi," ujarnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya