Liputan6.com, Malang - Dua bocah asyik bermain di tempat tidur gantung yang terikat di pohon. Tak jauh dari keduanya, beberapa anak tampak mencoba flying fox. Ratusan Topeng Malangan beragam warna tergantung rapi di sekeliling mereka, dengan pepohonan rindang menambah sejuk suasana.
Lokasi itu mirip lereng perbukitan. Tangga berundak penuh payung cantik, melindungi diri dari paparan langsung sinar matahari. Taman bermain itu ada di Kampung Topeng Desaku Menanti atau dikenal dengan Kampung Topeng di Kelurahan Tlogowaru, Kota Malang, Jawa Timur.
"Sebagian di antara mereka yang bermain itu ya anak kampung sini, sebagian lagi dari kampung sebelah," kata Arif, seorang pekerja di Dinas Sosial Kota Malang, Rabu, 24 Januari 2017.
Advertisement
Baca Juga
Dua topeng raksasa setinggi 7,5 meter dengan lebar 5 meter seolah menyambut siapa pun yang datang. Topeng itu merupakan tokoh Panji Asmorobangun dan Dewi Sekartaji, karakter dalam wayang topeng cerita Panji yang menjadi seni dan tradisi masyarakat Malang.
Di dalam kampung, ada Omah Topeng yang menjual cendera mata topeng. Di tempat itu pula, pengunjung bisa belajar membuat dan langsung mewarnai topeng. Sehingga kampung ini tak hanya layak menjadi lokasi berfoto dan bermain, tapi juga belajar membuat topeng.
"Warga kampung sudah dilatih, sehingga mereka bisa memandu wisatawan yang datang untuk belajar membuat topeng," ujar Arif.
Akhir pekan jadi hari yang sibuk di kampung ini. Sebab, saat itulah puncak kunjungan wisatawan. Rombongan pelajar taman kanak-kanak dan sekolah dasar paling sering datang pada hari biasa. Apalagi wahana bermain anak bakal terus ditambah.
Pengunjung dikenai biaya hanya sebesar Rp 5 ribu untuk tiket masuk ke taman bermain Kampung Topeng. Jika ingin bermain flying fox, pengunjung harus mengeluarkan uang sebesar Rp 20 ribu per orang. Namun, satu tiket bisa dipakai dua orang sekaligus jika itu dalam rangka kunjungan sekolah.
"Pemberlakuan tarif itu sejak 20 Januari lalu, beberapa hari setelah peresmian wahana flying fox," ucap Arif.
Kampung Rehabilitasi Sosial
Kampung Topeng berada di lahan seluas 5 ribu meter persegi milik Pemerintah Kota Malang. Kampung ini didirikan lewat program Desaku Menanti dari Kementerian Sosial dan diresmikan langsung oleh Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa pada 2016 silam.
Ada 40 unit rumah dibangun untuk 40 kepala keluarga yang sebagian besar adalah gelandangan dan pengemis, sebagian kecil pedagang keliling. Kampung berkembang jadi Kampung Topeng sejak 14 Februari 2017. Pengelolaannya di bawah Dinas Sosial yang menerjunkan pekerja sosial sekaligus melibatkan warga.
"Awal menghuni kampung ini kami rutin menerima bantuan dana dan bahan pokok. Kalau sekarang bantuan uang sudah tidak ada," kata perwakilan warga Kampung Topeng, Heri Rusdianto.
Menurutnya, dari seluruh rumah yang disediakan, saat ini, hanya terisi 29 unit saja. Lantaran belum ada penambahan penghuni, ada rumah yang kini difungsikan untuk tempat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Termasuk, dimanfaatkan sebagai Omah Topeng, sentra suvenir.
Sebagian warga pria tiap harinya membantu membenahi Kampung Topeng. Apalagi kampung terus menyiapkan wahana bermain baru. Sedangkan ibu-ibu, membantu memproduksi keripik milik Dinas Sosial. Ada pula yang berjualan di stand makanan di dalam Kampung Topeng.
"Kalau kerajinan topeng belum banyak permintaan dari luar, baru sekadar melayani pengunjung sehingga belum bisa diandalkan," tutur Heri.
Meski demikian, Heri berharap Kampung Topeng bisa terus berkembang. Fasilitas umum dan wahana bermain terus ditambah agar Kampung Topeng bisa menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Malang yang ramai dikunjungi. Sebab, dampak positifnya bisa memengaruhi perekonomian warga.
"Anak-anak di sini sudah belajar tari topeng. Kelompok kesenian dari para pemuda juga ada. Kalau semakin ramai tentu semakin baik, usaha dagangan bisa lancar," ucap Heri.
Advertisement
Rencana Pengembangan
Sekretaris Daerah Kota Malang, Wasto mengatakan, pemerintah berupaya terus mengembangkan Kampung Topeng agar semakin menarik dan bisa mendatangkan banyak wisatawan. Sehingga warganya memiliki kesempatan berwirausaha untuk memperbaiki perekonomiannya.
"Tentu warga tetap harus didampingi, diberi berbagai pelatihan agar keterampilannya berkembang," ucap Wasto di sela peresmian wahana flying fox beberapa hari lalu.
Pemerintah kota sendiri menyiapkan anggaran untuk bantuan bahan pokok serta penambahan fasilitas. Tidak itu saja, pemkot terbuka pada perusahaan yang ingin menyalurkan program tanggung jawab sosialnya di Kampung Topeng. Wahana flying fox misalnya, sumbangan dari salah satu bank di Kota Malang.
"Pengembangan Kampung Topeng agar lebih menarik tentu tak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Kalai swasta terlibat tentu lebih baik lagi," kata Wasto.
Keberadaan Kampung Topeng di Tlogowaru ini menambah destinasi wisata di Kota Malang. Sebelumnya, sudah lebih dulu muncul kampung wisata dengan konsep warna, antara lain, Kampung Warna-Warni, Kampung Tridi, dan Kampung Biru.