Meski Status KLB Asmat Sudah Berakhir, Bantuan Tetap Mengalir

Status KLB campak dan gizi buruk di Asmat menjadi perhatian berbagai pihak. Tidak hanya pemerintah, warga juga ramai-ramai mengirim bantuan.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Feb 2018, 10:03 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2018, 10:03 WIB
Papua
Tim kesehatan yang menyisir 224 kampung di Asmat. (Liputan6.com / Kataharina Janur

Liputan6.com, Asmat - Bupati Asmat, Elisa Kambu, telah menyatakan jika kejadian luar biasa (KLB) campak yang melanda kabupaten uang dipimpinnya telah berakhir beberapa waktu lalu. Elisa mengumumkan pencabutan KLB campak Asmat pada 5 Februari 2018. Kendati demikian, bantuan ke Asmat mengalir deras.

Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) mengirim 10 ton bantuan kemanusiaan untuk meringankan beban warga Kabupaten Asmat yang menghadapi musibah wabah campak dan gizi buruk.

Sekretaris Eksekutif LPMAK, Abraham, ketika menghubungi Antara di Timika, Selasa, mengatakan bantuan berupa bahan makanan seperti beras, bahan makanan bergizi, dan air mineral sebanyak 17 item itu diangkut dengan kapal dari Pelabuhan Paumako Timika menuju Asmat pada Senin, 5 Februari 2018.

Selanjutnya, bantuan itu diserahkan kepada Keuskupan Agats untuk dapat didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan.

"Akhir Desember 2017, LPMAK langsung melakukan survei ke Asmat. Pengiriman bantuan kali ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan survei awal itu sebagai bentuk dukungan dan perhatian dari masyarakat Amungme dan Kamoro yang bertetangga langsung dengan Asmat," kata Abraham sebagaimana dilansir Antara.

Menurut dia, bantuan berupa bahan makanan yang disalurkan LPMAK diharapkan dapat membantu keluarga-keluarga yang anak-anaknya mengalami masalah kekurangan gizi di Asmat.

LPMAK mengapresiasi dukungan dan perhatian dari berbagai kalangan, terutama pemerintah pusat yang segera tanggap terhadap masalah campak dan gizi buruk di Asmat sehingga status Kejadian Luar Biasa/KLB campak dan gizi buruk di wilayah itu sudah dicabut.

Wabah campak dan gizi buruk meluas di seluruh Asmat sejak September 2017 hingga awal Januari 2018 dan menelan korban jiwa hingga 72 anak.

"Kami berharap ke depan perlu ada penanganan serius oleh Pemerintah Kabupaten Asmat bersama pihak-pihak terkait lain agar masalah ini tidak terjadi lagi di kemudian hari. Persoalan kesehatan tentu tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tapi yang lebih utama bagaimana keluarga dan masing-masing individu memperhatikannya," ujar Abraham.

Ia menambahkan, pendistribusian bantuan melalui Keuskupan Agats semata-mata lantaran sejak awal LPMAK telah membangun komunikasi dengan Uskup Keuskupan Agats Mgr Aloysius Moerwito.

"Sebagai pelayan umat, tentu pihak Keuskupan Agats lebih mengetahui situasi dan kondisi yang dihadapi oleh masyarakat di Asmat. Bersama Pemkab Asmat tentu Keuskupan Agats dapat mendistribusikan bantuan ini langsung ke sasaran yang dituju," kata Abraham.

Warga Siak Salurkan Bantuan ke Asmat

Campak
Penderita menurun, status KLB Campak di Asmat dicabut. (Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI)

Kalangan warga dan pemerintah Kabupaten Biak Numfor, Papua telah menyalurkan bantuan untuk penanganan wabah campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat.

Pelaksana tugas Bupati Biak Herry Ario Naap di Biak, Selasa mengatakan penyaluran bantuan Asmat dilakukan relawan warga Biak dari berbagai komunitas berangkat dari Biak pada Selasa 6 Februari 2016.

"Secara bertahap tim relawan Asmat dan pemkab Biak Numfor akan memberikan bantuan penanganan campak dan giri buruk untuk balita di kabupaten Asmat," ungkap Plt Bupati Herry Naap.

Ia mengakui wabah penyakit campak untuk balita di Asmat menjadi kepedulian semua elemen masyarakat, instansi pemerintah, kalangan swasta, institusi TNI/Polri serta organisasi keagamaan sosial kemasyarakatan.

Bupati Herry Ario Naap berharap penanganan wabah penyakit campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat segera teratasi sehingga tidak menimbulkan korban balita anak-anak Papua.

Menyinggung masalah gizi buruk di Biak, menurut Bupati Herry Naap, hingga sejauh ini belum ditemukan karena gencarnya pelayanan kesehatan dilakukan dari kampung ke kampung.

"Masalah kesehatan menjadi program prioritas pemerintah daerah sehingga setiap warga Biak Numfor mendapatkan layanan kesehatan yang berkualitas mulai di Puskesmas, Pustu hingga rumah sakit," tegas Bupati Herry Ario Naap.

Penyaluran bantuan relawan Asmat dari Kabupaten Biak Numfor dari hasil penggalangan dana amal, makanan, peralatan medis serta obat-obatan.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan jumlah korban meninggal dunia akibat wabah campak dan gizi buruk balita di Kabupaten Asmat sebanyak 71 orang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya