Yogyakarta - Pemerintah Daerah (Pemda) Daerah Istimewa Yogyakarta akan mulai mengoperasikan parkir bus di luar wilayah perkotaan paling cepat pada 2019. Apabila kebijakan itu sudah berjalan, maka keberadaan Trans Jogja akan dioptimalkan sebagai moda transportasi utama di kota pelajar itu.
Kepala Bidang Angkutan Darat Dinas Perhubungan Yogyakarta Hari Agus Triyono mengutarakan, dinas saat ini sedang mengkaji lokasi kantong parkir bus pariwisata yang tepat. Kajian perlu dilakukan untuk mengetahui lahan-lahan mana saja yang berpotensi digunakan sebagai tempat parkir.
Advertisement
Baca Juga
Dari hasil kajian, sambung Agus, ada beberapa tempat yang sudah dibidik seperti Terminal Jombor, tempat parkir Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta dan sebuah lahan di Ambarketawang. Bahkan, untuk lokasi yang disebutkan terakhir sudah dibuat tempat parkir.
Namun, untuk parkir di Ambarketawang kapasitasnya tidak terlalu banyak, maksimal hanya 10 bus. Agus mengatakan kemungkinan kantong-kantong parkir bus baru bisa dioperasikan pada 2019.
"Paling cepat 2019 atau 2020. Soalnya kan bandara baru pindah pada April 2019. Untuk lokasi di daerah selatan juga masih dicari terus, karena penumpang bus tidak hanya datang dari utara dan timur," ucapnya melalui sambungan telepon, Kamis (8/2/2018) kepada Solopos.com.
Baca berita menarik lainnya dari Solopos.com di sini.
Awal Mula Kebijakan Pelarangan Bus Wisata Masuk Yogyakarta
Seperti diberitakan sebelumnya, Pemerintah Kota Yogyakarta menyatakan kepadatan lalu lintas di Kota Pelajar karena banyaknya kendaraan besar yang melintas di jalan, seperti bus pariwisata dan kendaraan barang.
Solusi yang perlu diambil salah satunya adalah dengan menyediakan kantong parkir untuk bus pariwisata. Kemudian disiapkan kendaraan dengan dimensi lebih kecil untuk mengantarkan turis menuju objek wisata.
Saat tempat parkir sudah bisa digunakan, sambung Agus, Pemda DIY akan menjadikan Trans Jogja sebagai shuttle bus.
Ia menyatakan hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mengoptimalkan angkutan umum yang dilaunching pada 2008 silam. Selama ini Trans Jogja dianggap kurang optimal, padahal sudah dibiayai sedemikian rupa oleh pemerintah.
Dengan dijadikannya Trans Jogja sebagai shuttle bus, maka keberadaanya diharapkan bisa bermanfaat bagi masyarakat dan wisatawan. Hanya saja, kata Agus, skema pemanfaatannya masih terus dipikirkan supaya nantinya wisatawan tidak merasa dibebani dengan tambahan biaya.
"Misalnya, ada kartu khusus, tapi enggak berbayar. Nanti penumpang akan kami kasi kartu saat naik dan dikembalikan saat sudah balik. Itu salah satu opsi saja karena Trans Jogja sudah diakomodasi Pemda [DIY]. Untuk rencana itu masih perlu rembukan dengan pihak terkait," ujar Agus.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement