Aneh, Gatal dan Kutu Air Diobati dengan Bantal dan Selimut

BPBD Kota Semarang sudah bertindak dengan membagikan selimut, bantal, dan bahan pangan instan. Warga gatal-gatal karena kutu air.

oleh Edhie Prayitno IgeFelek Wahyu diperbarui 20 Feb 2018, 07:30 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2018, 07:30 WIB
banjir
Ban bekas yang difungsikan sebagai perahu karet menjadi andalan untuk membantu mobilitas warga terdampak banjir. (foto: Liputan6.com / felek wahyu)

Liputan6.com, Semarang Banjir di Semarang sudah berlangsung seminggu lebih. Meskipun Wali Kota Semarang sudah mengunggah tindakan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang mengatasi banjir, masih lebih banyak yang genangannya tak terkendali.

Warga RT 1/RW 1 Kelurahan Trimulyo, Kecamatan Genuk, bahkan harus ikhlas kakinya dikerubuti kutu air. Selain gatal, ia juga merasa geli ketika sang kutu itu merayap.

Seperti diceritakan Astuti. Ia menduga gatal-gatal di kakinya akibat kutu air. Belum lama rasa gatal itu menyerang, baru dua hari.

"Banjirnya kan sudah seminggu. Kaki jadi terendam air banjir yang kotor," kata Astuti, Senin (19/2/2018).

Sebagai manusia Jawa, Astuti punya ilmu titen, ilmu berdasarkan pengalaman. Tempat tinggalnya memang sering kebanjiran. Banjir kali ini adalah banjir paling betah. Sudah sepekan tak mau surut.

Akibatnya, selain kaki gatal, anaknya juga mulai terkena diare. Tak hanya itu, sang anak pun juga mual-mual dan muntah-muntah. Sudah diobati?

"Lha keluar rumah saja berjuang menembus banjir kok berobat. Sampai saat ini Pemerintah Kota Semarang juga tak menerjunkan tim kesehatan ke wilayah kami. Tapi anak saya tetap berangkat sekolah meski kurang sehat. Daripada di rumah juga malah berendam," kata Astuti.

Astuti tak mengungsi karena tak ada tujuan ke mana harus mengungsi. Namun, banyak tetangganya mengungsi ke tempat saudara-saudaranya. Selain itu, menurutnya, Pemkot Semarang juga tak memfasilitasi pengungsi banjir kali ini.

Diberi Bantal dan Selimut

banjir
Sebuah meme yang meledek penanganan banjir di Kaligawe dan Genuk beredar di grup-grup media sosial di Semarang. (foto/meme: Liputan6.com / edhie)

Kutu air dan gatal-gatal juga dikisahkan Yuni Istiyani. Sebenarnya gatal-gatal di kaki ini sudah lebih dari tiga hari. Lagi-lagi anak kecil yang menjadi korban paling parah.

"Anak saya tiga. Sakit semua. Yang paling parah yang terkecil. Saya obati dengan obat warung sekadarnya saja," kata Yuni.

Keluhan kutu air dan gatal-gatal ini ditanggapi Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, Agus Harmunanto. Ia mengaku sudah menerima informasi jika warga terdampak banjir di Kecamatan Genuk, terserang berbagai penyakit.

"Tapi, peran saya itu hanya koordinator. Jika ada kendala atau warga butuh bantuan apa, saya teruskan ke instansi yang menanganinya. Seperti keluhan penyakit yang dialami warga, itu saya teruskan ke Dinas Kesehatan (Dinkes)," kata Agus.

Menurutnya, pemerintah Kota Semarang sudah bertindak. Mereka sudah membagikan selimut juga bantal, pembuatan dapur umum, distribusi mi instan dan bahan pangan lain.

"Jadi sudah ada pembagian tugas masing-masing. Tidak semua keluhan warga terkena banjir bisa kami tangani," kata Agus.

Nah, ini gatal dan kutu air. Bisakah diobati dengan bantal dan selimut?

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya