Liputan6.com, Cirebon - Perayaan Imlek bernuansa keberagaman di Cirebon, Jawa Barat, masih melekat di seluruh lapisan masyarakat. Terlihat dari antusiasme warga ikut serta dalam perayaan Cap Go Meh 2569 yang digelar, Jumat, 2 Maret 2018.
Warga juga membantu dalam mengawal kelancaran seluruh rangkaian perayaan Tahun Baru China itu. Namun demikian, dari seluruh rangkaian perayaan Imlek, ada satu aktivitas yang unik digelar masyarakat Tionghoa Cirebon.
Advertisement
Baca Juga
Warga Tionghoa Cirebon dan keluarga kerabat maupun keturunan Keraton Cirebon ziarah bersama di Makam Sunan Gunungjati, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon, Sabtu (3/3/2018).
Pantauan Liputan6.com di lokasi, sejak pagi warga Tionghoa Cirebon berkumpul di kompleks pemakaman Sunan Gunungjati, Cirebon.
Bersama keluarga dan kerabat keraton, mereka menggelar doa bersama di depan pintu makam Sunan Gunungjati dan istrinya, Putri Ong Tien.
"Istri Sunan Gunungjati dari Tiongkok dan beliau juga leluhur kita dan teladan di Cirebon untuk keberagaman," kata penasihat Yayasan Keratuan Singhapura Cirebon, Permadi Budi Atma, usai ziarah.
Saksikan video di bawah ini:
Mengurai Sejarah Cirebon
Budi Atma menjelaskan, ziarah tersebut bagian dari mengurai sejarah yang belum terbuka. Keratuan Singhapura menjadi inisiator untuk membuka sejarah asal-usul Cirebon.
Sejarah tersebut penting untuk menjaga martabat bangsa Indonesia, khususnya Cirebon. Salah satunya, imbuh dia, Keratuan Singhapura yang merupakan kerajaan pertama sebelum kerajaan Cirebon berdiri.
"Ada 10 program lagi yang akan kami jalankan berikutnya intinya untuk mengangkat sejarah yang belum terbuka dan agar semua orang tahu seperti apa sejarah Cirebon yang lebih lengkap," ujar dia.
Budi Atma mengatakan pula, sejauh ini, masyarakat hanya sekadar mengetahui sosok Putri Ong Tien yang merupakan istri Sunan Gunungjati saja. Namun, tidak ada yang mengetahui secara rinci seperti apa pengaruh Putri Ong Tien semasa hidupnya di Cirebon.
Jauh sebelum Cirebon berdiri, ada sejarah yang belum diketahui masyarakat mengenai asal-usul Cirebon dan peran warga Tionghoa membangun kota tersebut.
"Salah satunya kedatangan Laksamana Ceng Ho di Cirebon juga menyebarkan Islam bersama anggota rombongannya Syekh Kuro hingga mempunyai keturunan dan berperan penting di daerah Jawa," ujar dia.
Advertisement
Pengaruh Putri Ong Tien
Adapun filolog Cirebon Opan Rahman Hasyim mengatakan, akulturasi budaya di Cirebon sudah melekat dengan masyarakat Tionghoa. Apalagi, dalam perkembangannya, Sunan Gunungjati pada 1540 Masehi menikah dengan Putri Ong Tien.
"Budaya yang sulit dipisahkan khususnya di Cirebon antara Tionghoa dan Cirebon itu sendiri," ucap Opan.
Dia memaparkan, peran Putri Ong Tien dalam perkembangan Cirebon sangat besar. Setelah kepulangan dari Tiongkok, Kekaisaran China merestui pernikahan Sunan Gunungjati dengan Putri Ong Tien.
Sejak saat itu, perkembangan Cirebon cukup pesat, terutama pada pengaruh dan akulturasi budaya. Dia mengatakan, dalam dunia arsitektur, interior ruang di Cirebon selalu melekat dengan gaya arsitek China.
Dia mengatakan, sebagian besar warisan budaya yang ada di Cirebon berasal dari Tiongkok.
"Contoh nasi jamblang yang ada di Desa Jamblang itu khas Cirebon, tapi sejarahnya dulu nasi jamblang dibuat oleh ibu Tan Piau Lun, orang China juga. Karena warga sekitar sulit menyebutkan nama China jadi warga memanggilnya Nyai Pulung, sekarang nasi jamblang khas Cirebon," ujar dia.