Liputan6.com, Kendari - Durhaka, kata yang tepat untuk menggambarkan perilaku Imran (19), warga Gunung Potong, Kelurahan Sanua Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari. Hanya gara-gara persoalan makan siang, pemuda yang sehari-hari bekerja serabutan ini tega membakar rumah milik orangtuanya.
Imran, adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Kakaknya, Indra (20) bekerja sebagai seorang buruh pelabuhan. Ayah Imran, sudah meninggal dunia beberapa tahun lalu. Kedua bersaudara itu kini dirawat ibunya yang menggantungkan hidup dengan berjualan sembako di kios kecil depan rumah.
Menurut keterangan Kapolsek Kemaraya Iptu Fajar, sebelum membakar rumah, Imran baru saja pulang setelah seharian menghilang karena alasan kerja pada salah satu rekannya. Pemuda itu mengaku sering dipanggil rekannya bekerja membuat kanopi.
Advertisement
Siang itu, sekitar pukul 13.00 Wita, Imran tiba-tiba muncul di dalam rumahnya. Saat itu, hanya ada ibunya di rumah. Kakaknya, sedang pergi bekerja di Pelabuhan Nusantara Kendari.
Baca Juga
Imran mencari ibunya dan meminta jatah makan siang dengan nada marah-marah. Ibunya hanya berusaha sabar dan menenangkan Imran.
"Mana nasi? Mana ikan?!!" ujar Iptu Fajar meniru perkataan Imran yang penuh amarah kepada ibunya.
"Hanya ada sayur dan nasi, Nak," jawab ibu Imran, Yuliati Rahman (51), berdasarkan cerita Iptu Fajar.
Mendengar jawaban ibunya, Imran langsung naik pitam. Pemuda yang dikenal bandel di lingkungannya itu kemudian mengancam akan membakar rumah dan memecahkan barang-barang di dalam rumah jika tak ada ikan.
"Ibunya langsung lari keluar dan turun ke bawah gunung berjarak sekitar 700 meter dari Polsek melaporkan ancaman anaknya ke pos penjagaan Polsek," ujar Iptu Fajar, Senin (5/3/2018).
Mendengar pengakuan ibu Imran, sejumlah petugas Polsek Kemaraya tanpa banyak tanya langsung berlari ke arah rumah pelapor. Namun, malang tak dapat ditolak, rumah berukuran 6x6 meter hasil berjualan sembako Yuliati Rahman itu sudah nyaris ludes dilalap si jago merah saat polisi tiba di TKP.
Polisi memburu pembakar rumah itu dengan melibatkan sejumlah anggota Polsek Kemaraya. Polisi akhirnya berhasil menangkap Imran di rumah salah satu rekannya di BTN Hombis Kelurahan Lepo-lepo, Kecamatan Baruga, Kendari, Senin (5/3/2018) sekitar pukul 01.00 Wita.
Imran Hanya Niat Bakar Kamar
Di depan polisi, pelaku yang terancam hukuman 15 tahun penjara sesuai pasal 187 subsider pasal 188 KUHP itu, mengaku awalnya hanya ingin membakar kamar ibunya. Tidak ada niat untuk membakar seluruh rumahnya.
"Saya hanya mau bakar rak sepatu plastik di belakang pintu kamar tidur ibu saya," ujar Imran, Senin (5/3/2018).
Namun, tindakan "sumbu pendek" Imran berubah fatal. Lelehan rak sepatu plastik milik ibunya langsung menyambar lemari pakaian yang terbuat dari kayu dan berisi kain mudah terbakar.
"Usai dia bakar rak sepatu, dia langsung lempar rak itu diatas kasur kamar tidur ibunya. Kasur terbuat dari kapuk, menyebabkan ruangan kamar cepat terbakar," ungkap Kapolsek Kemaraya.
Sejumlah tetangga yang melihat rumah Yuliati Rahman terbakar, tak bisa berbuat banyak saat api sudah mulai membesar. Lokasi sumber air yang jauh, menyebabkan warga hanya mampu menyiram rumah korban dengan beberapa ember air.
"Api yang berkobar sudah tidak mampu dipadamkan, namun warga hanya berusaha melindungi rumah di sampingnya agar tidak ikut dilalap api," terang Kapolres.
Sulitnya medan untuk mencapai rumah Yuliati Rahman di atas gunung Potong, menyebabkan pemadam kebakaran tidak mampu mencapai lokasi. Sebab, jalan menuju Gunung Potong dikenal terjal dan berbatu serta jarang dilintasi kendaraan roda empat.
Advertisement
Imran Sering Minta Uang Kepada Ibunya Secara Paksa
Imran, anak kedua dari pasangan Yuliati Rahman (51) dan Ali Rahman (59) dikenal manja oleh ibunya. Kadang, Imran berhari-hari tak pulang ke rumah karena alasan kerja.
Meskipun bekerja, tetapi ibunya tak pernah meminta penghasilannya. Malah, Imran selalu minta uang kepada ibunya secara paksa setiap kali kehabisan uang.
"Dia selalu minta uang, kadang marah dan suka memaksa, tidak tahu untuk dipakai apa," ujar Yuliati Rahman di Polsek Kemaraya.
Jika tak diberi, Imran biasanya mengamuk dan membanting barang di dalam rumah. Setelah itu, dia pun pergi meninggalkan rumah.
"Kalau dia datang kembali di rumah, ada ada saja alasan yang buat dia marah," ujar ibunya.
Kapolsek Kemaraya membenarkan perilaku Imran. Kapolsek menerangkan, saudara Imran, Indra juga pernah masuk tahanan polisi karena kasus kriminal. Indra yang bekerja sebagai buruh pelabuhan, pernah ditahan setahun lebih di Rutan Kelas IIA Kendari.
"Kakaknya pernah ditangkap pada 2017 karena memiliki senjata tajam. Jadi, memang bersaudara sudah pernah ditahan di Polsek Kemaraya," ujar Iptu Fajar yang dibenarkan sejumlah anggotanya.
Kerap menghilang dari rumahnya, Imran diduga menjalani pergaulan bebas. Sebab, Imran sudah berani hidup di luar rumah meskipun memiliki penghasilan tak tetap.
Kecurigaan keluarga bertambah, karena meskipun digaji, uang milik Imran tak jelas ke mana perginya. Yang ada, ibunya selalu menjadi sasaran amarah.
"Saat digeledah tangkap, ada anggota menemukan bong, alat pengisap sabu di rumah rekannya. Tapi, kita tidak sampai di situ," ujar salah seorang anggota polisi yang enggan disebut namanya.
Polisi hanya kasihan kepada orangtua Imran. Sebab, sejak rumahnya terbakar habis, Yuliati Rahman harus menumpang tidur di rumah salah satu keluarganya.
Saksikan video pilihan berikut ini: