Gunung Merapi Mulai Kalem, Ini Penyebabnya

Aktivitas Gunung Merapi mulai stabil. Gas vulkanik dari dalam gunung mudah sekali terlepas ke permukaan dan tidak ada lagi akumulasi tekanan.

diperbarui 30 Mei 2018, 12:03 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2018, 12:03 WIB
Merapi dari Pos Babadan Muntilan
Gunung Merapi mengeluarkan asap putih terlihat dari pos pengamatan Babadan Muntilan, Jumat ( 25/5). Sejak letusan terakhir pada Kamis (24/5) pukul 10.48 WIB, data pengamatan tidak menunjukkan aktivitas kegempaan yang signifikan, (Liputan6.com/Gholib)

Yogyakarta - Aktivitas Gunung Merapi relatif stabil (tidak ada perubahan signifikan) beberapa hari terakhir ini. Menurut Kepala Seksi Gunung Merapi, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Agus Budi Santoso, karakteristik aktivitas Gunung Merapi sejak dulu memang selalu fluktuatif (naik turun).

Selain itu, setiap tahapannya membutuhkan waktu yang lama. Agus Budi mencontohkan, erupsi 2006 dan 2010 yang butuh waktu 1-2 bulan untuk naik statusnya dari Waspada (level II) ke Siaga (level III).

"Kita belum tahu, apakah setelah ini akan berlanjut ke erupsi yang bisa membahayakan jiwa penduduk, atau malah tidak, peluangnya masih 50:50. Maka dari itu masyarakat harus memahami karakter Merapi ini. Status Waspada itu artinya ada peningkatan aktivitas Merapi saja, belum yang membahayakan jiwa," terang Agus Budi kepada KRJOGJA.com, Selasa, 29 Mei 2018.

Agus Budi menjelaskan, landainya aktivitas Gunung Merapi saat ini karena sumbat lava yang ada di puncak sebagian besar sudah terlontar saat letusan 11 Mei lalu. Kemudian diikuti letusan-letusan berikutnya, tetapi dengan kekuatan yang lebih kecil.

Karena sumbat lavanya sudah tidak ada lagi, maka gas vulkanik dari dalam gunung mudah sekali terlepas ke permukaan dan tidak ada lagi akumulasi tekanan. Fase selanjutnya, jika energi magma cukup kuat, magma akan bergerak ke permukan dan membentuk kubah lava.

"Di fase ini (terbentuknya kubah lava) barulah ada potensi bahaya yang bisa mengancam jiwa penduduk," katanya.

Jika merujuk pada erupsi-erupsi Merapi sebelumnya, tahun 1997, 2001 dan 2006, kecenderungan erupsi Gunung Merapi yang akan datang adalah efusif (berupa lelehan). Menurut Agus Budi, letusan eksplosif Merapi seperti tahun 2010 sangat jarang terjadi dan akan terjadi lagi dalam periode ratusan tahun.

Selain itu, kondisi magma yang diperkirakan tidak terlalu kental (encer) saat ini, tidak mengandung gas yang memungkinkan terjadinya letusan eksplosif.

Diprediksi magma Gunung Merapi nantinya hanya akan menumpuk di permukaan, kemudian longsor menjadi awan panas atau lava pijar. "Masyarakat seharusnya lebih hafal dengan erupsi Merapi yang lebih sering efusif daripada eksplosif," dia memungkasi.

 

Baca berita menarik lainnya dari KRJogja.com di sini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya