20 Pendaki Ilegal Gunung Merapi Tertangkap Mendaki Dini Hari, Profesinya Pelajar sampai Pekerja

Para pendaki ilegal Gunung Merapi disebut sengaja mendaki pada dini hari agar tidak terendus kegiatannya oleh petugas maupun masyarakat.

oleh Henry Diperbarui 15 Apr 2025, 08:32 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2025, 17:30 WIB
Pendaki Ilegal Gunung Merapi yang Ditangkap Mendaki pada Dini Hari, Profesinya dari Pelajar sampai Pekerja
Pendaki Ilegal Gunung Merapi yang Ditangkap Mendaki pada Dini Hari, Profesinya dari Pelajar sampai Pekerja.  foto: (dok.Instagram @@btn_gn_merapi/https://www.instagram.com/p/DHxUo6OyMpo/Henry)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Petugas Balai Taman Nasional Gunung Merapi dan petugas kepolisian mengamankan 20 orang pendaki ilegal yang nekat naik gunung berapi tersebut. Diketahui dari laman PVMBG, saat ini Gunung Merapi berstatus siaga atau level III. Pendakian di gunung yang berada di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta itu masih ditutup.

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) Muhammad Wahyudi, mengatakan, 20 orang pendaki ilegal itu terdiri dari pelajar, mahasiswa, hingga karyawan. Berdasarkan kartu identitas masing-masing, mereka berdomisili di Sragen, Solo, Klaten, serta wilayah Yogyakarta.

Wahyudi menceritakan para pendaki ilegal ini sengaja mendaki pada dini hari agar tidak terendus kegiatannya oleh petugas maupun masyarakat. Para pendaki ini mulai naik ke Gunung Merapi pada Minggu, 13 April 2025 pukul 02.00 WIB.

Melansir laman merdeka.com, para pendaki ilegal yang ditangkap ini berasal dari berbagai latar belakang. Ada yang mahasiswa, pelajar SMA hingga pekerja. "Mereka naik pukul 02.00 WIB untuk menghindari dilihat masyarakat maupun petugas Balai TNGM. Mungkin mereka saling berkomunikasi dan sudah janjian sebelumnya," jelas Wahyudi.

TNGM sendiri telah memastikan bahwa seluruh aktivitas pendakian Gunung Merapi yang belakangan marak dan tersebar melalui berbagai media sosial adalah ilegal. Dilansir dari akun Instagram resmnya, @btn_gn_merapi, Senin (14/4/2025),TNGM menegaskan bahwa aktivitas pendakian Gunung Merapi ditutup sejak Mei 2018 sampai dengan batas waktu yang belum bisa ditentukan sesuai dengan rekomendasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) selaku otoritas pemantau aktivitas gunung api.

Wahyudi menegaskan bahwa status kegunungapian Merapi sampai dengan saat ini yaitu status Siaga (Level III), dengan potensi bahaya berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 kilometer.

Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 kilometer dan Sungai Gendol 5 kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak. Wahyudi menambahkan, jalur pendakian Gunung Merapi berada pada radius kurang dari 3 kilometer, sehingga sangat membahyakan keselamatan.

 

Menelusuri Aktivitas Pendakian Ilegal

Pendaki Ilegal Gunung Merapi yang Ditangkap Mendaki pada Dini Hari, Profesinya dari Pelajar sampai Pekerja.  foto: (dok.Instagram @@btn_gn_merapi/https://www.instagram.com/reel/DIQAPoVS_pn/Henry)
Pendaki Ilegal Gunung Merapi yang Ditangkap Mendaki pada Dini Hari, Profesinya dari Pelajar sampai Pekerja.  foto: (dok.Instagram @@btn_gn_merapi/https://www.instagram.com/reel/DIQAPoVS_pn/Henry)... Selengkapnya

Menyikapi maraknya aktivitas pendakian ilegal ini, TNGM telah melalukan berbagai upaya. Mereka menelusuri pemilik akun media sosial mengunggah aktivitas pendakian ilegal dan akan memproses sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku.

Mereka juga akan berkoordinasi dan menggencarkan sosialisasi kepada kepolisian, koramil, desa, dusun, dan kelompok masyarakat setempat perihal penutupan aktivitas pendakian, termasuk via media sosial. TNGM juga sebenarnya sudah memasang papan larangan pendakian di pintu masuk pendakian Selo dan Sapuangin. Terakhir, melakukan pengecekan jalur pendakian secara berkala.

Di awal tahun ini, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X dan beberapa elemen masyarakat menanam pohon di lereng Merapi untuk mengurangi kelangkaan air bersih usai erupsi Merapi Tahun 2010 lalu yang membakar lahan seluas 200 ha hingga menigkatnya deforestasi, betonisasi, polusi hingga global warming. Sultan HB X menanam 3 jenis pohon langka, yaitu sawo kecik, kepel, dan pronojiwo.

Kelangkaan air bersih menurut Sultan karena pertumbuhan penduduk dan pembangunan infrastruktur dengan kebutuhan pasokan air di DIY sebesar 800 liter per detik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang mencapai 27.000 liter per detik. Sementara ditambah lonjakan jumlah penduduk DIY yang diproyeksikan mencapai 4 juta jiwa pada tahun 2025-2030.

Pelestarian di Lereng Merapi

Potret pendaki Gunung Merapi (Sumber: ksdae.menlhk.go.id)
Potret pendaki Gunung Merapi (Sumber: ksdae.menlhk.go.id)... Selengkapnya

"Lereng Merapi tidak akan mencukupi seperti dulu. Sebelah barat telah terbakar beberapa tahun lalu seluas 200 hektare. Itu memang kembali, tapi tidak mungkin punya kecukupan. Oleh karena itu, penting pelestarian lingkungan di kawasan lereng Merapi untuk menjaga keberlanjutan sumber daya air," papar Sri Sultan di Nawang Jagad, Kaliurang, Sleman, Senin, 20 Januari 2025, dilansir dari kanal Regional Liputan6.com.

Melalui gerakan menanam pohon dan menjaga lingkungan di kawasan Merapi ini Sri Sultan berharap menjadi gerakan masif di masyarakat dan meningkatkan kesadaran masyarakat. Khususnya untuk lebih mencintai lingkungan dan alam sekitarnya.

"Dengan gerakan ini saya berharap, lingkungan itu tidak rusak tapi makin bagus, sehingga di lereng Merapi akan banyak tanaman. Dengan banyak tanaman tumbuh, mata air baru yang memungkinkan masyarakat itu juga di Sleman bisa menikmati dengan baik," ungkap Sri Sultan.

Sri Sultan mengapresiasi keterlibatan ormas lintas agama dalam kegiatan ini. Hal ini menjadi simbol dari persatuan dan tujuan yang sama, dalam upaya menjaga alam yang ditempati sekarang. "Itu simbol daripada kemauan yang sama, saya kira kesadaran itu juga harus tumbuh ke anak-anak muda," tutup Gubernur DIY tersebut.

Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Datu Dana Suyasa, GKR Mangkubumi mengatakan, pasca erupsi Gunung Merapi 2010, banyak sungai-sungai yang tertutup lahar ditambah aktivitas manusia yang merusak salah satunya pertambangan pasir. Menurut GKR Mangkubumi, jika alam rusak, maka akan mempengaruhi elemen-elemen yang lain, misalnya saja gumuk pasir hingga air di sekitarnya.

 

Masalah Lingkungan di Gunung

Pagi di Lereng Merapi Bersama Salak, Sungai dan Tarian
Desa wisata di lereng Merapi itu memiliki aura gaib yang kuat. (dok. Desa Wisata Pulesari))... Selengkapnya

"Kami ingin lebih banyak lagi pohon-pohon yang ditanam. Karena sejujurnya, sejak erupsi Merapi tahun 2010 yang agak besar itu banyak sekali sungai-sungai, dan aliran sungai yang tertutup. Nah, dengan penanaman yang semakin banyak ini, yang kemudian akan menimbulkan kembalinya sampai mengalir ke selatan. Mudah-mudahan dari teman-teman dari lintas agama bisa mengajak teman-teman lainnya untuk bersama-sama menanam yang lebih luas lagi," jelas GKR Mangkubumi.

Sementara itu, Kepala Bebadan Pangreksa Loka, RM Gusthilantika Marrel Suryokusumo yang menginisiasi acara ini mengatakan, ada cara antisipasi permasalahan lingkungan seperti menangani kemungkinan krisis air.  Kegiatan ini melibatkan pemuda agama lintas agama, dan bergerak di bawah Bebadan Pangersaloka untuk menanggulangi permasalahan lingkungan, di tengah tantangan dan perkembangan zaman.

"Permasalahan yang paling krusial adalah bagaimana mengembalikan gunung sebagaimana fungsinya. Sesuai arahan Ngarso Dalem, gunung bali gunung, atau gunung kembali menjadi gunung. Artinya, melestarikan lingkungan supaya kembali seperti peruntukannya. Air dan lingkungan ini adalah sumber kehidupan bersama. Permasalahan lingkungan ini biasanya tidak terlihat, sampai sudah terjadi. Ketika sudah muncul dan sudah terjadi, itu artinya sudah terlambat," ungkap Marrel.

 

Infografis Petaka Para Pendaki Saat Erupsi Gunung Marapi. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Petaka Para Pendaki Saat Erupsi Gunung Marapi. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya