Liputan6.com, Garut - Hari pertama masuk sekolah, puluhan ribu siswa Sekolah Dasar (SD), mendapat bimbingan langsung dari Bupati Garut, Jawa Barat, Rudy Gunawan.
Orang nomor satu di Kota Intan itu, memberi wejangan sekaligus petuah menyemangati siswa baru. Seperti apakah wejangan yang diberikan?
"Belajar yang baik, disiplin, hindari-hindari geng-gengan," ucap Rudy, dalam sambutan di depan ratusan siswa baru saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), SMPN 1 Cilawu, Garut, Senin, 16 Juli 2018.
Advertisement
Baca Juga
Menurutnya, siswa baru harus memiliki semangat dan pola disiplin yang tinggi dalam meraih cita-citanya. Pemenang Pilkada Garut 2018 ini kemudian mencontohkan rutinitas hariannya sebagai bupati.
"Bapak biasa jam 07.25 teng sudah masuk kantor, itu setiap hari. Nah, anak-anak siswa baru pun harus demikian, harus lebih disiplin dari bapak," papar dia mengajak siswa.
Dengan pola seperti itu, bakal terbentuk rutinitas harian yang baik dalam belajar untuk meraih prestasi. "Mau enggak diberangkatkan ke luar negeri karena kepintarannya?" ujar dia, yang disambut jawaban "mau" secara serentak oleh seluruh siswa baru.
Tahun ini ada sekitar 36 ribu siswa baru yang masuk kelas baru tingkat sekolah dasar (SD). Mereka tersebar di hampir 374 sekolah yang di seluruh Kabupaten Garut.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Curhatan Siswa Baru ke Bupati
Dalam kesempatan itu, bukan siswa baru namanya jika jawaban yang disampaikan terlihat polos tanpa rekayasa. Bupati Rudy yang bertanya kepada ratusan siswa baru, langsung mendapatkan jawaban beragam.
"Ayo siapa yang anak yatim tapi rangking satu, saya berikan hadiah sepeda," ujar dia yang disambut acungan tangan Fadlil, satu siswa baru.
Dengan sedikit malu siswa baru itu bergegas maju ke atas podium menagih janji sang bupati. "Sejak kapan rangking satu? tanya bupati. "Sejak kelas satu SD pak," ujar dia.
Tanpa sungkan Bupati Rudy pun langsung memberikan janji untuk memberikan janjinya. "Tunggu saja besok atau lusa, sepeda baru bakal saya antarkan ke sekolah buat Fadlil," ujar Rudy berjanji.
Menurutnya, reward atau penghargaan bagi anak berprestasi wajib diberikan untuk menambah motivasi belajar siswa. "Saya ini orangtua bagi 36 ribu siswa baru di Garut, jadi sudah selayaknya memerhatikan," kata dia.
Bukan hanya itu, Rudy yang bertanya mengenai siapa yang tidak mampu membeli sepatu baru, para siswa tanpa sungkan menjawabnya dengan polos.
"Saya tidak beli sepatu sebab ibu tidak punya uang," ujar salah seorang siswa yang ditanggapi kesiapan dia untuk memberikan bantuan sepatu.
Menanggapi hal itu, Rudy pun memanggil dua siswa baru ke atas podium untuk dijanjikan sepatu baru. "Nanti akan segera saya belikan, sekalian dengan sepeda baru," ungkap dia.
Rudy menambahkan, hari pertama MPLS, ratusan siswa baru langsung mendapatkan pengetahuan mengenai fasilitas sekolah, termasuk manajemen pendidikan yang diterapkan. Alhasil, tidak ada praktik perpeloncoan.
"Alhamdulillah hampir 99,8 persen lolos seluruh siswa SD di Garut lolos tidak ada yang gagal ujian," kata dia.
Advertisement
Tidak Ada Praktik Perpeloncoan
Sementara itu, Kepala SMKN 1 Garut Dadang Johar Arifin, memastikan seluruh kegiatan pengenalan siswa baru dipastikan bebas dari praktik perpeloncoan yang kerap dikeluhkan siswa.
"Saya jamin tidak ada, jadi tidak ada tindakan-tindakan yang merugikan siswa baru. Jika ada laporkan saja," kata dia.
Sebagai lembaga sekolah kejuruan, seluruh siswa baru bakal mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru mengenai keterampilan termasuk peluang dunia usaha.
"Bedanya kami dengan SMU kan di sana, jika mereka ke pengetahuan umum, kalau kami ke entrepreneurship atau kewirausahaan," ujarnya.
Dengan upaya itu, mereka bisa mengikuti alur pendidikan di sekolah kejuruan, yang menitikberatkan pada keahlian yang siap pakai di dunia kerja. "Makanya sekarang kita isi dulu dengan pemahaman itu, nikmati suasana dulu," tuturnya.
Saat disinggung soal penerapan zonasi sekolah yang banyak dikeluhkan siswa baru, Johan menegaskan jika hal itu tidak terlalu diterapkan di lembaganya.
"Masa ada anak dari Bungbulang (Salah satu kecamatan di Garut Selatan) mau sekolah di sini tidak bisa, padahal di sana tidak ada sekolah kejuruan," kata Dadang.