Gempa Guncang Palu dan Donggala, Begini Aksi Kemenpar Jaga Pariwisata

Menteri Pariwisata Arief Yahya telah menyiapkan langkah-langkah penanganan pasca-gempa dan tsunami yang melanda Palu dan sekitarnya.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 03 Okt 2018, 20:00 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2018, 20:00 WIB
Sulawesi Tengah
Pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah. (dok. Instagram @asjunroy/Asnida Riani)

Liputan6.com, Palu - Menteri Pariwisata Arief Yahya telah menyiapkan langkah-langkah penanganan pasca-gempa dan tsunami yang melanda Palu dan sekitarnya. Namun saat ini Kemenpar masih menunggu proses evakuasi dan tanggap darurat yang dilakukan pemerintah pusat.

"Untuk pariwisata memang belum kita mulai, saat ini masih dalam masa tanggap darurat di Palu dan sampai saat ini masih mengutamakan proses evakuasi," kata Arief Yahya.

Saat ini fokus penanganan masih untuk evakuasi, kalau semua sudah stabil baru akan kembali ke pariwisata. Arief Yahya menegaskan akan melakukan penanganan seperti apa yang terjadi di Bali dan Lombok pasca-bencana.

Saat proses pemulihan pariwisata sudah bisa dimulai, maka Kemenpar akan fokus pada penanganan sumber daya manusia setelah itu penataan destinasi yang terdampak serta pemasaran atau promosi. Termasuk menyiapkan dana pemulihan seperti yang disiapkan di Bali dan Lombok.

"Sekarang evakuasi dulu nomor satu," kata Arief Yahya.

Arief Yahya juga menjelaskan, bencana gempa tentunya akan berdampak pada tingkat kunjungan wisatawan. Tidak hanya ke kunjungan daerah lokasi bencana, tapi Indonesia secara keseluruhan.

Seperti saat erupsi Gunung Agung di Bali, di mana dampak langsung ke Bali mencapai 500 ribu wisatawan namun secara nasional juga mencapai 500 ribu wisatawan.

Begitu juga saat gempa Lombok, dampak yang langsung kunjungan wisatawan ke Lombok mencapai 10 ribu namun secara nasional mencapai 100 ribu wisatawan yang membatalkan perjalanannya ke Indonesia.

"Itu bisa dimengerti, karena wisatawan tidak tahu dimana lokasi Bali atau Lombok. Tapi yang mereka tahu adalah Indonesia," ungkap Arief Yahya.

Terkait dengan Travel Advisory yang dikeluarkan sejumlah negara, Arief Yahya mengatakan, itu adalah hal yang wajar bila banyak negara mengeluarkan peringatan jika terjadi satu bencana di satu negara.

"Kita menghargai negara-negara yang keluarkan travel advisory dan kita memang berkewajiban untuk tidak mempromosikan destinasi yang terkena bencana. Sama sekali kita drop semua terkait promosi," kata Arief Yahya menjelaskan.

Dia juga menjelaskan, selain Palu dan Donggala yang menjadi lokasi bencana saat ini, destinasi lain di Indonesia aman untuk dikunjungi.

"Pulau Jawa secara umum, Bali aman dan silakan ke Indonesia. Wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia dan rata-rata 1,5 juta tiap bulannya," kata Arief Yahya.

Sementara Ketua Tourism Crisis Center (TCC) Kemenpar Guntur Sakti, mengatakan, dalam fase tanggap darurat ini Kemenpar memberikan layanan informasi yang dibutuhkan ke semua pihak, baik terhadap media maupun terhadap sejumlah negara melalui perwakilan VITO di luar negeri yang membutuhkan holding statement dan official statement.

"Semua layanan informasi diberikan ke semua pihak sejak tanggal 28 September malam," kata Guntur Sakti.

Informasi yang disampaikan, jelas Guntur, adalah berdasarkan pusat informasi yang ditunjuk pemerintah. Dalam hal ini BNPB terkait korban dan juga BMKG.

"Saat ini dari Kemenpar telah menugaskan dari zonasi terdekat dengan Palu, yaitu Poltekpar Makassar. Mereka melakukan observasi, kedua memastikan apakah korban yang berada di semua amenitas terutama hotel-hotel untuk kita minta data," kata Guntur menambahkan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya