Liputan6.com, Garut - Keberanian Budi memang patut diacungi jempol. Untuk mengenalkan olahraga ini, ia rela membuka jalur baru ke puncak bukit berketinggian 1.450 meter di atas permukaan laut (MDPL).
"Nanti suatu saat kawasan itu tidak hanya terkenal paralayangnya, tapi bakal jadi pusat wisata baru," ujar dia memprediksi projek prestisiusnya itu.
Ia ajak dan libatkan masyarakat sekitar, mulai pembangunan jalan Rekonfu yang menantang dengan panorama gunung Cikuray, kota Garut, hingga landasan untuk penerjunan paralayang.Â
Advertisement
Baca Juga
Hasilnya, sejak pertama kali dikenalkan awal tahun ini, animo masyarakat untuk mengenal lebih jauh olahraga yang satu ini langsung melesat.
Puluhan hingga ratusan orang mulai pelajar, mahasiswa bahkan masyarakat umum, seolah terpanggil mendatangi bukit Parama Satwika (PS) kawasan Gunung Putri, Garut setiap minggunya, hanya untuk menyaksikan dari dekat persiapan terbang paralayang.
"Saya baru pertama kali ke sini, ternyata ada olahraga paralayang juga di Garut, bagus lah," ujar Obar Sobarna (42), warga Samarang yang sengaja gowes ke atas bukit.
Menurutnya, trek perjalanan menuju bukit cukup menantang, selain medan yang berpasir dan berdebu, juga memiliki tanjakan dan turunan yang menantang pula. "Tapi buat sepeda dunhill, medan itu sangat cocok," kata dia.
Selain itu, pembukaan jalur baru di area bukit PS, dianggap tepat karena bisa mengenalkan olahraga paralayang ke depan. "Saya sendiri jika ada kesempatan ingin mencoba terbang meskipun tandem," harap dia sambil tersenyum lebar.
Hal yang sama disampaian Ade Hatta, (50). Warga Bungbulang ini mengaku tertarik menaiki bukit PS, sejak pertama kali olahraga paralayang dikenalkan.
"Kan sudah beberapa kali muncul di TV (televisi), makanya saya ingin melihat lebih dekat dengan datang langsung ke bukit ini," kata dia yang ditemani lima anggota keluarganya sambil berwisata alam.
Budi berharap, rintisannya mengenalkan olahraga ekstrem paralayang di Kabupaten Garut, mampu menghasilkan penerjun andal nasional untuk mengharumkan nama Indonesia. "Potensi atlet Garut itu sangat melimpah, tinggal bagaimana kita mengenalkan pada mereka," ujar dia.
Â
Â
Â
Pola Pendekatan Polisi
Sejak pertama kali didapuk memimpin Garut November akhir tahun lalu, mental Budi sebagai orang pertama di Polres Garut memang langsung diuji.
Dimulai dengan pilkada Garut yang dikenal memiliki masyarakat yang kritis, kemudian aksi hoaks penganiayaan kiai atau ulama yang menjadi perhatian nasional, hingga kasus lain yang lumayan menguras energinya, dapat diselesaikan dengan cepat.
"Saat hoaks itu (pengeroyokan marbut masjid), saya benar-benar diuji, alhamdulillah lancar dan tidak terbukti, akhirnya masyarakat serta tokoh Garut semua mendukung saya," ujar dia.
Bagi sebagian masyarakat Garut, kehadiran Kapolres Budi memang pengecualian dibanding sebelumnya, meskipun dikenal tegas dan displin, namun jangan salah perwira melati dua ini, justru sebaliknya, lebih dekat dengan warga.
Terlahir dengan trah leluhur asli Garut dari jalur ibu, kota Intan memang seolah kampung halaman kedua baginya. Sehingga kegiatan blusukan seolah santapan wajib yang tidak boleh dilewatkan. "Kita kan pelayan masyarakat, lakukan yang terbaik yang kita mampu," ujarnya.
Tak pelak, hampir satu tahun masa dinasnya di Garut, sebagian besar dihabiskan di lapangan. "Saya keluar mulai 07.00 pagi briefing, lanjut ke lapangan, paling jam 11.00 malam baru pulang rumdin (rumah dinas)," ujar Budi membuka rutinitas kesehariannya.
Menurutnya, pola polisi mendekati masyarakat dengan berbagi, dirasa lebih efektif saat melakukan pembinaan, sehingga masyarakat memiliki tanggung jawab moral untuk bersama memelihara kamtibmas.
"Terakhir kita berikan air bersih gratis buat masyarakat Wanaraja dan Cibatu, kita bantu lah, kan itu kewajiban kita juga," ungkap dia bangga.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement