Tanah Tiba-Tiba Retak 300 Meter, Warga Banjarnegara Waswas

Tak hanya satu retakan, beberapa retakan zig-zag muncul sekaligus dengan panjang bervariasi membentuk tapal kuda di Banjarnegara.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 05 Nov 2018, 20:02 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2018, 20:02 WIB
Sejumlah retakan dengan sepanjang hingga 300 meter muncul di Desa Danareja, Purwanegara, Banjarnegara usai diguyur hujan lebat. (Foto: Liputan6.com/BPBD Banjarnegara/Muhamad Ridlo)
Sejumlah retakan dengan sepanjang hingga 300 meter muncul di Desa Danareja, Purwanegara, Banjarnegara usai diguyur hujan lebat. (Foto: Liputan6.com/BPBD Banjarnegara/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Hujan adalah berkah dan sangat ditunggu-tunggu usai didera kemarau panjang. Namun turunnya hujan deras secara tiba-tiba terkadang juga memicu bencana, seperti longsor, retakan tanah atau banjir.

Ini yang terjadi di RT 01 dan RW 03 RW 6 Desa Danareja Kecamatan Purwanegara, Banjarnegara, Jawa Tengah, Sabtu sore (3/11/2018). Hujan deras yang mengguyur memicu retakan tanah dan bikin waswas warga.

Bagaimana tidak, retakan tanah itu memanjang hingga 300 meter. Tak hanya satu retakan, beberapa retakan zig-zag muncul sekaligus dengan panjang bervariasi membentuk tapal kuda.

Kedalaman retakan bervariasi, antara beberapa centimeter hingga tiga meter. Retakan ini pun cukup lebar, kisaran 40 centimeter.

Berdasar penuturan ketua RT setempat, saat turun hujan lebat, air yang mengalir dari sekitar pekarangan dan perumahan warga langsung hilang meresap kedalam lubang dan retakan tanah.

"Titik retakan tanah berada di wilayah RT 1, satu bidang tanah milik Bapak Imam W (62) dan satu bidang tanah milik Slamet R (70)," kata Staf Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Anis Hamidi, Senin (4/11/2018).

Tak hanya itu, retakan tanah juga menyebabkan rumah keluarga Ahmad Sahroni (55) rusak. Dinding dan lantai rumah yang dihuni lima jiwa itu retak-retak dengan panjang bervariasi. Rumah ini memang terletak tepat di samping dan berada di lingkaran retakan tanah.

"Menurut keterangan pemilik rumah dan Ketua RT kejadian tersebut baru pertama kali terjadi di awal musim hujan tahun ini," kata Anis, menjelaskan kronologi tanah retak di Danareja.

Rekayasa Aliran Air

Sejumlah retakan dengan sepanjang hingga 300 meter muncul di Desa Danareja, Purwanegara, Banjarnegara usai diguyur hujan lebat. (Foto: Liputan6.com/BPBD Banjarnegara/Muhamad Ridlo)
Sejumlah retakan dengan sepanjang hingga 300 meter muncul di Desa Danareja, Purwanegara, Banjarnegara usai diguyur hujan lebat. (Foto: Liputan6.com/BPBD Banjarnegara/Muhamad Ridlo)

Kepala Pelaksana Harian BPBD Banjarnegara, Arif Rachman menduga perubahan mendadak itu menyebabkan tanah retak tiba-tiba. Tanah retak itu diduga juga disebabkan kontur tanah miring dan jenis tanahnya.

Akan tetapi, Arif tak berani menyebut bahwa retakan ini berpotensi memicu gerakan tanah atau longsor. Pasalnya, masih diperlukan kajian mendalam.

Karenanya, BPBD berencana mengundang Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi atau PVMBG untuk meneliti retakan yang membentuk tapal kuda ini. Retakan adalah salah satu tanda pergerakan tanah atau longsor.

Meski begitu, Arif pun meminta agar warga mewaspadai bertambah lebarnya retakan ini dengan menguruknya menggunakan tanah. Dengan begitu, air tak masuk ke rekahan tanah dan tak memicu potensi bencana lainnya.

Warga juga diminta untuk membuat saluran air agar tak mengalir ke kawasan tapal kuda. Hal itu dilakukan untuk menghindari bencana yang lebih fatal.

"Tindak lanjutnya kita akan mengundang PVMBG untuk melakukan kajian. Dengan posisi perubahan tadi, kemiringan tanah, jenis tanah, itu berpengaruh terhadap seperti itu (retakan)," ucap Arif menjelaskan.

Arif juga mengimbau warga di daerah lainnya untuk mewaspadai kemungkinan bencana longsor atau banjir seturut musim hujan yang telah tiba di Banjarnegara. Seperti diketahui, Banjarnegara adalah salah satu daerah denga tingkat risiko longsor tertinggi di Jawa Tengah.

"Banjarnegara yang rawan longsor ada 195. Memang sebagian berada di daerah pegunungan dengan tingkat kerawanan menengah tinggi," ucapnya.

Hujan deras di Kecamatan Purwanegara juga memicu banjir di Sungai Merden Desa Merden. Dilaporkan belasan hektare sawah dan lima rumah warga sempat terendam. Sejumlah kolam warga juga dilimpas air.

Akan tetapi, seperti sifat banjir di dataran tinggi, air cepat surut. Hanya saja, banjir bandang memang lebih berbahaya lantaran banjir terjadi secara tiba-tiba.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya