Liputan6.com, Kebumen - Seekor paus sperma terdampar dalam kondisi membusuk di Pantai Jogosimo, Kebumen, Minggu, 4 November 2018. Diduga, mamalia laut bernama latin Physeter macrocephalus ini mati di tengah laut sebelum terdampar ke pantai.
Diduga paus nahas ini masih muda. Ukurannya baru 3,75 meter. Dewasanya, panjang paus sperma bisa mencapai belasan meter.
Usai geger paus sperma terdampar, warga Kebumen kembali dihebohkan oleh informasi terdamparnya seekor hiu tutul atau hiu paus di Pantai Ayam Putih Kecamatan Buluspesantren, Jumat (9/11/2018). Kabarnya, hiu tutul ini ditemukan pertama kali pada pukul 09.30 WIB.
Advertisement
Petugas BKSDA wilayah Kebumen, Wahyono mengaku sedang dalam perjalanan menuju lokasi hiu paus terdampar di pantai Ayam Putih. Karenanya, ia belum bisa mengetahui kondisi bangkai ikan secara detail.
Baca Juga
Dari informasi awal yang diperolehnya, hiu paus ini memiliki panjang sekitar empat meter. Namun, untuk memastikannya, ia harus menelitinya di lokasi.
Wahyono membenarkan terdamparnya hiu paus di pantai Ayam Putih ini adalah kali kedua pada pekan ini, setelah terdamparnya anakan paus sperma di Jogosimo.
"Ini memang lagi musim ini ya, ikan terdampar. Kalau Kebumen, yang kemarin paus sperma," dia menjelaskan saat dihubungi Liputan.com, Jumat siang.
Namun, ia belum mengetahui pasti penyebab paus terdampar. Untuk mengetahui penyebab kematiannya, perlu penelitian mendalam.
Serangan Mamalia Laut?
Koordinator Polisi Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah III Pemalang-Cilacap, Rahmat Hidayat juga membenarkan informasi tersebut. Akan tetapi, ia mengaku belum memperoleh informasi detail mengenai hiu paus yang terdampar di Ayam Putih, Kebumen.
Petugas BKSDA Kebumen saat ini tengah menuju ke lokasi dan baru akan kembali pada Jumat sore, atau malam. Karenanya, ia belum bisa memastikan penyebabnya.
"Ini teman baru meluncur. Sepertinya hiu tutul. Tetapi, saya juga belum bisa memastikan, karena baru ada teman yang meluncur ke lokasinya ya," ujarnya.
Terkait paus sperma yang terdampar, Rahmat Hidayat mengemukakan, ada beberapa kemungkinan penyebab paus terdampar. Salah satunya adalah persaingan atau kompetisi dengan mamalia atau ikan besar lain di laut.
Dugaan itu muncul lantaran paus sperma yang terdampar kehilangan satu sirip ekor. Ada kemungkinan, hilangnya ekor itu lantaran serangan hewan lainnya.
"Itu persaingan. Tapi ini kemungkinan ya," dia menerangkan.
Tak tertutup kemungkinan, anak paus sperma juga terdampar lantaran cuaca buruk. Dalam kondisi cuaca ekstrem atau gelombang tinggi, anak paus sperma sakit dan akhirnya mati di tengah laut.
Untuk mengetahui penyebab kematian, BKSDA masih menunggu hasil penelitian dokter hewan yang sebelumnya memeriksa bangkai paus sperma ini. Akan tetapi, Rahmat mengaku belum memperoleh laporan lengkapnya.
Dia mengemukakan, pemeriksaan paus sperma ini juga cukup sulit lantaran bangkai sudah dalam keadaan membusuk dan rusak. Diperkirakan, anakan paus sperma ini sudah mati lima atau enam hari sebelum ditemukan.
"Kita belum mengetahui hasil pemeriksaanya bagaimana," Rahmat menambahkan.
Lantaran menimbulkan bau menyengat, bangkai ikan paus itu akhirnya dikubur oleh perangkat desa dan masyarakat.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement