Kisah Pasangan Difabel dari Kediri, Melawan Batas demi Anak Bangsa

Tak hanya turut membantu belajar membaca Alquran, pasangan difabel ini juga aktif menyosialisasikan bahaya penyalahgunaan narkoba.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 04 Des 2018, 00:00 WIB
Diterbitkan 04 Des 2018, 00:00 WIB
Ilustrasi Anak-anak difabel
Ilustrasi anak difabel (iStockphoto)​

Liputan6.com, Kediri - Keterbatasan fisik yang dimiliki, tidak menjadi penghalang bagi Munawaroh, warga Kelurahan Tosaren, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur, untuk aktif mengikuti berbagai macam kegiatan organisasi kemasyarakatan maupun kelembagaan.

Perempuan berusia 46 tahun ini, baru saja didaulat oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya sebagai Perempuan Inspiratif 2018.

Perempuan yang juga menjabat sebagai Ketua Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia Provinsi Jawa Timur tersebut, terpilih pada saat acara Women Hero 2018. Ia dipilh karena eksistensinya mengikuti segala kegiatan yang berdampak positif pada masyarakat.

Di balik kesibukannya itu, ada seorang pria yang begitu setia. Sudah tujuh tahun ini pria itu selalu mendampinginya baik suka maupun duka. Dia adalah Muhammad Arif Purwadi (46), suami Munawaroh.

Pasangan suami istri ini, sama-sama memiliki kekurangan fisik pada bagian kaki. Sakit ini diderita dari kecil, hingga mengakibatkan keduanya tidak bisa berjalan layaknya orang normal.

Dengan kekurangan fisik yang dimiliki, tidak membuat mereka minder. Munawaroh menyandang status sebagai lulusan Strata 1 jurusan Ekonomi Manajemen. Sementara, suaminya M Arif Purwadi lulusan Strata 1 jurusan Teknik Elektro.

Layaknya pasangan suami istri, mereka berdua juga memiliki keinginan untuk memiliki momongan. Munawaroh sempat hamil. Namun, Tuhan berkehendak lain, pada usia kandungan empat bulan, Munawaroh mengalami keguguran.

Bukan Munawaroh namanya, jika hal ini membuatnya terus larut dalam kesedihan. Dalam motto hidupnya, ia ingin menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain meskipun ia memiliki keterbatasan fisik. Ia pun bangkit dari kesedihannya.

"Saya ingin bermanfaat bagi siapa pun," tutur perempuan yang juga aktif sebagai Seketaris muslimat NU ranting Kelurahan Tosaren, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri.

Dengan bekal ilmu agama yang dimiliki, Munawaroh juga membantu suaminya dalam mengelola Tempat Pendidikan Quran (TPQ) Al Kayat.

"Allhamdulilah sudah ada sekitar 80 anak yang mau belajar ngaji di sini. Kalau suami saya, tugasnya sebagai operator sekaligus administrasi," katanya.

 

Tanpa Mengharap Imbalan

Sepak Terjang Difabel Kediri
Sepak terjang difabel Kediri, aktif menjadi Sekretaris Muslimat NU hingga panitia pemungutan suara. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Dari pengabdiannya itu, ia mendapat intensif honor dari pemerintah daerah per bulannya Rp 300 ribu dan baru bisa dicairkan setiap enam bulan sekali senilai Rp 1,8 juta.

Selain itu, Munawaroh juga berperan aktif sebagai penggiat antinarkoba. Perannya kali ini adalah membantu tugas dari BNN Kota Kediri dalam hal menyosialisasikan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba di lingkungan masyarakat.

"Kalau ada pertemuan tingkat RT, saya masuk di sana untuk memberikan penyuluhan perihal bahaya penyalahgunaan pemakaian narkoba," ucapnya.

Sebagai penggiat antinarkoba, Munawaroh pun rela mendidikasikan waktu dan tenaganya tanpa berharap imbalan. Di samping aktif sebagai kepala TPQ, penggiat antinarkoba, serta sebagai Ketua Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia Provinsi Jawa Timur, perempuan kelahiran Malang Jawa Timur ini juga tercatat sebagai anggota Panitia Pemungutan Suara (PPS).

"Saya merasa mampu dan optimis bisa mengemban tugas tersebut. Dan saya menilai penyandang disibalitas mempunyai hak yang sama dengan warga yang lain," ujarnya.

Dalam keteranganya ketika itu, Munawaroh mengaku termotivasi untuk menjadi anggota PPS tingkat kelurahan karena dilandasi keinginannya menciptakan suasana baru untuk akses pemilu yang ramah terhadap penyandang disabilitas.

Pada kesempatan momentum hari disabilitas internasional, ia menitipkan pesan kepada masyarakat agar mengakui sepenuhnya jika penyandang disabilitas juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

Ia berharap di mana pun berada, bagi masyarakat yang bertemu dengan penyandang disabilitas hendaknya selalu memberikan kesempatan bagi mereka.

"Mengakui sepenuhnya penyandang disabilitas adalah masyarakat biasa. Makanya saya berharap, di mana pun berada masyarakat yang bertemu dengan penyandang disabilitas kasih lah ruang untuk bisa menginspirasikan apa yang menjadi bakat. Agar sifat minder disabilitas juga bisa berkurang terutama bisa meningkatkan SDM," dia menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya