Pesona Galeri Tenun Ikat NTT di Perbatasan RI-Timor Leste

Kepala Perwakilan BI Provinsi NTT, Naek Tigor meresmikan Galeri Tenun Limarasan Diak di Kelurahan Manumutin, Kota Atambua, NTT.

oleh Amar Ola Keda diperbarui 06 Des 2018, 17:00 WIB
Diterbitkan 06 Des 2018, 17:00 WIB
Tenun Ikat NTT
Gedung Galeri Tenun ikat di Atambua, Kabupaten Belu, NTT (Liputan6.com/Ola Keda)

Liputan6.com, Kupang- Kepala Perwakilan BI Provinsi NTT, Naek Tigor meresmikan Galeri Tenun Limarasan Diak di Kelurahan Manumutin, Kota Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin 3 Desember 2018.

Galeri Tenun ini merupakan bentuk Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) dan salah satu bentuk dukungan Bank Indonesia terhadap Program Nawacita.

"Ini menegaskan pemerintah berkomitmen terhadap pembangunan karakter dan pengembangan pariwisata, serta ekonomi kreatif di Indonesia dan khususnya di Kabupaten Belu," ujar Tigor kepada wartawan, Rabu (5/12/2018).

Pembangunan Galeri Tenun atas sinergi yang baik dengan Pemerintah Provinsi NTT, Pemerintah Kabupaten Belu dan Dekranasda Kabupaten Belu. Gedung Galeri Tenun dinamakan 'Limarasan Diak' dalam bahasa tetun berarti karya kerajinan tangan yang bagus.

Melalui Galeri Tenun, kata Tigor, pengrajin tenun ikat di Kabupaten Belu dan wilayah perbatasan lainya dapat memiliki wadah untuk memamerkan dan memasarkan tenun ikat yang dapat menjadi daya tarik pariwisata di Provinsi NTT.

"Semoga gedung yang megah dengan arsitektur menarik ini dapat menjadi Icon Kota Atambua yang menjadi cermin Indonesia di mata di negara tetangga," katanya.

Dia mengatakan, galeri tenun bisa dikembangkan menjadi Pusat Informasi Tourism di Kabupaten Belu bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Belu sebagai salah satu prasyarat pelayanan kepada wisatawan. Dengan berkembangnya pariwisata, kata Tigor, akan meningkatkan cadangan devisa dan membantu mengurangi defisit neraca berjalan di Indonesia.

 

Ritual Adat Menolak Bala

Tenun ikat khas NTT
Mahasiswi NTT saat mengikuti festival tenun ikat (Liputan6.com/Ola Keda)

Peresmian Galeri Tenun Limarasan Diak diawali dengan ritual adat suku Kemak yang merupakan salah satu suku asli di Belu. Penyematan tanda mata oleh tokoh adat diiringi tarian Likurai. Ritual adat dilanjutkan dengan Hasai Tidan Hodi Ran Fahi yaitu pemotongan hewan yang kemudian diambil darahnya lalu dipercik di sekitar gedung yang akan diresmikan, sebagai tanda penolak bala oleh tokoh adat.

Bupati Belu, Willybrodus Lay menyampaikan apresiasi kepada Bank Indonesia yang telah bersinergi dengan pemerintah Kabupaten Belu melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) untuk membantu masyarakat Kabupaten Belu membangun galeri tenun.

Menurut Lay, galeri tenun sangat bermanfaat dan membantu para penenun untuk memamerkan dan mempromosikan hasil tenunyang telah dihasilkan.

Galeri tenun juga akan menjadi titik berkumpulnya para penenun yang tidak saja dari Belu tetapi juga dari Kabupaten tetangga seperti Kabupaten Malaka dan Timor Tengah Utara.

"Saya berharap Dekranasda memanfaatkan sebaik mungkin demi kesejahteraan pengrajin tenun ikat," tandas Lay.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya