Menjaga Burung Rangkong agar Tetap Hinggap di Pulau Sempu

Populasinya kian menurun, perjumpaan dengan burung rangkong di kawasan Malang selatan semakin sulit.

oleh Zainul Arifin diperbarui 31 Jan 2019, 11:00 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2019, 11:00 WIB
Agar Tiga Jenis Burung Rangkong Langka Tetap Hinggap di Pulau Sempu
Burung rangkong jenis Kakareng Perut Putih di Pulau Sempu, Malang (BKSDA Jawa Timur)

Liputan6.com, Malang - Tiga jenis burung rangkong berhasil dijumpai di dalam kawasan Cagar Alam Pulau Sempu di Malang, Jawa Timur. Ini menunjukkan kawasan konservasi itu masih menjadi habitat yang baik bagi burung-burung langka tersebut.

Ketiga jenis burung Rangkong yang masih bisa dijumpai antara lain Kangkareng Perut Putih (Anthracoceros albirotris) sebanyak 12 ekor, Rangkong Badak (Bucheros rinoceros) 1 ekor, Julang Emas (Rhyticetos undulatus) hanya tinggal 2 ekor.

"Ini menunjukkan Pulau Sempu habitat yang baik untuk burung itu. Sekaligus menegaskan cagar alam itu harus kita jaga," kata Kepala Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BB KSDA) Jawa Timur, Nandang Prihadi Kepada Liputan6.com, Rabu (30/1/2019).

Saat tim BBKSDA Jawa Timur dan ProFauna melakukan pengamatan satwa di Pulau Sempu pada 19-20 Januari 2019, burung-burung langka itu masih bisa dijumpai. Paling banyak muncul di jalur Blok Telaga Dowo menuju Blok Telaga Sat yang relatih berlimpah sumber pakan berupa buah pohon gebang dan beringin.

"Ini kejutan buat kami, masih ada populasi rangkong dalam jumlah lumayan. Akan ada pengamatan berkala, untuk melihat berkembang biak dengan baik atau tidak," ujar Nandang.

Selama pengamatan itu, tim juga menjumpai beberapa satwa lainnya. Mulai dari Elang Ular Bido, Cucak Hijau, hingga Lutung. Ini sekaligus menegaskan kawasan Cagar Alam Pulau Sempu tak boleh ada aktivitas pariwisata.

"Kami juga meminta para pelaku jasa pariwisata tak memasukkan Pulau Sempu sebagai paket wisata mereka. Kawasan ini harus dilestarikan," ujar Nandang.

Nemun demikian, secara keseluruhan populasi ketiga jenis rangkong itu di Malang selatan kian menurun. Hasil survei ProFauna pada Desember 2018 lalu, ada penurunan sampai 60 persen. Penyebabnya adalah deforestasi dan degradasi hutan sampai penebangan besar-besaran pada 1998.

"Sudah sulit menjumpai rangkong di kawasan itu, ada penurunan drastis," kata Ketua ProFauna, Rosek Nursahid.

Dahulu, di kawasan hutan Malang Selatan, burung rangkong tiap bulan bisa dijumpai rata-rata 15 kelompok dengan individu mencapai 12 ekor per kelompok. Namun pada survei terakhir, burung Rangkong hanya dijumpai 6 kelompok dengan 4 ekor di tiap kelompok.

"Saat ini Rangkong dalam jumlah kecil masih bisa dijumpai. Tapi bisa hanya jadi kenangan kalau hutan-hutan terus hancur," ujar Rosek.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya