Menilik Motif Pelaku Penganiayaan Bocah Merekam Aksi Sadisnya di Kandang Ayam

Beberapa foto ketika R terikat di kandang, disuruh berdiri satu kaki, leher dirantai, dan tangan serta kaki diikat tali.

oleh M Syukur diperbarui 11 Mar 2019, 01:02 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2019, 01:02 WIB
Penganiaya bocah berumur 11 tahun (baju biru) di Mapolsek Tenayanraya, Kota Pekanbaru.
Penganiaya bocah berumur 11 tahun (baju biru) di Mapolsek Tenayanraya, Kota Pekanbaru. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - JH alias Irwan terlihat santai digiring petugas Polsek Tenayanraya, Kota Pekanbaru. Seperti tak ada rasa sesal dari wajah pria berdarah Nias itu terhadap penganiayaan sadis yang dilakukannya kepada bocah berusia 11 tahun inisial R.

Sesekali, pemuda berumur 21 tahun ini mendongakkan kepala melihat sejumlah wartawan yang menyorotnya dengan kamera. Dia pun lalu menundukkan kepala setelah sebo dipasangkan polisi bersenjata lengkap ke kepalanya.

Dari penjaga kandang ayam itu, polisi menyita sejumlah benda yang digunakan Irwan untuk menganiaya R. Mulai dari rantai, tali, sendok, sepotong bambu, termasuk telepon seluler android.

Menurut Kapolsek Tenayanraya Komisaris Hanafi, telepon pintar itu sering digunakan Irwan untuk merekam penganiayaan yang dilakukannya terhadap R. Irwan juga memotret R ketika diikat di kandang ayam.

"Sebelum dianiaya korban ditelanjangi, lalu direkam," sebut Hanafi, Jumat petang, 8 Maret 2019.

Hingga kini, penyidik masih mendalami apa motif R merekam aksi kejamnya. Penyidik belum bisa memastikan apakah ada kepuasan dari Irwan ketika menganiaya R dan merekamnya.

Dari HP milik Irwan, petugas menemukan beberapa video penganiayaan.

Begitu juga dengan beberapa foto ketika R terikat di kandang, disuruh berdiri satu kaki, leher dirantai, dan tangan serta kaki diikat tali.

"Kalau dibilang gila tidak ya, pelaku ini normal, tidak ada gangguan kejiwaan," ucap Hanafi.

Sering Dilakukan Malam Hari

Anak korban penganiayaan di ruang isolasi Rumah Sakit Bhayangkara Polda Riau.
Anak korban penganiayaan di ruang isolasi Rumah Sakit Bhayangkara Polda Riau. (Liputan6.com/M Syukur)

Menurut Hanafi, korban banyak mengalami penganiayaan pada malam hari. Hal itu untuk menghindari kecurigaan masyarakat yang sering melintas di kandang ayam pada siang hari, sementara pada malam sepi karena agak jauh dari pemukiman.

"Ketika dianiaya, korban diikat dalam posisi berdiri, kaki sebelah diminta diangkat, lalu dipukul pakai kayu," terang Hanafi.

Hanafi menjelaskan, motif pelaku karena sakit hati kepada korban karena pernah kabur dari peternakan ayam yang dijaganya. Korban sendiri kabur karena tidak tahan dengan perlakuan kasar pelaku.

"Pengakuan pelaku, korban diperlakukan begitu untuk diberi pelajaran," ucap Hanafi.

Selama dikurung dan disiksa di kandang ayam, korban diberi makan seadanya oleh pelaku. Setiap hari korban dikasih air serta nasi tanpa lauk pauk, melainkan hanya dicampur garam.

"Ada dikasih makan tapi seadanya saja, saya memang sering memukul korban," jawab pelaku ketika ditanya sejumlah wartawan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya