Menyusuri Tapak Gerombolan Bersenjata di Aceh

Polisi berhasil mengungkap keberadaan kelompok yang diklaim sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dipimpin seseorang bernama Nasir Agung (45). Komplotan ini terstruktur dan bersenjata api.

oleh Rino Abonita diperbarui 28 Apr 2019, 09:02 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2019, 09:02 WIB
Senjata yang diamankan aparat usai operasi menangkap Nasir Agung
Senjata yang diamankan aparat usai operasi menangkap Nasir Agung (Liputan6.com/Rino Abonita)

Liputan6.com, Aceh - Nota kesepahaman antara Pemerintah RI dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang ditandatangani pada 15 Agustus 2005 silam menandai lahirnya era baru di Aceh setelah Serambi Makkah dirundung konflik menahun. Namun, anasir-anasir berbau subversi belumlah lenyap sampai ke akar.

Kelompok-kelompok yang berniat menggoyang status quo tiba-tiba muncul. Walaupun akhirnya, tereduksi karena aparat keamanan bertindak cepat memotong mata rantainya.

Polisi berhasil mengungkap keberadaan kelompok yang diklaim sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dipimpin seseorang bernama Nasir Agung (45). Komplotan ini terstruktur dan bersenjata api.

Polisi mengamankan senjata api jenis senapan serbu tipe 56, avtomat kalashnikova 47 milik kelompok tersebut. Selain itu, juga ditemukan atribut yang menandakan kalau Nasir Agung Cs bukan sekadar hendak melakukan tindakan krimininal biasa.

Komplotan ini bergerak bukan dengan pepesan kosong tetapi ideologi. Ini terbukti dengan ditemukannya surat aturan teuntra mujahidin (semacam baiat) dalam penyergapan yang menewaskan Nasir Agung pada Rabu malam, 24 April lalu.

Nasir Agung tewas dalam baku tembak dengan polisi di Dusun Seuneubok Teungoh, Kecamatan Peureulak Timur, Kabupaten Aceh Timur. Saat itu, polisi juga mengamankan seorang anggotanya bernama Mahdi (34), sementara seorang lagi, Sofyan alias Apuy lolos.

Menurut sumber yang terverifikasi, gerombolan Nasir Agung Cs hendak mendirikan 'Kerajaan Islam Aceh Darussalam'. Rencananya, mereka hendak mengganggu pesta demokrasi 17 April lalu, namun gagal.

Nasir Agung Cs ditengarai punya hubungan dengan S dan N, yang ditangkap dalam sebuah operasi pada 14 Februari lalu. Sejumlah atribut seperti jubah, serban, sepucuk AK 56, serta 64 butir amunisi kaliber 7,56, milimeter turut diamankan saat menangkap S dan N.

Sosok S dan N ini muncul dalam video deklarasi negara Kerajaan Islam Aceh Darussalam yang diunggah di Youtube. Serban dan atribut yang dikenakan cocok dengan foto yang dirilis kepolisian.

Tidak Berafiliasi dengan Teroris

Diduga kelompok yang hendak mendirikan kerajaan Islam di Aceh.
Diduga kelompok yang hendak mendirikan kerajaan Islam di Aceh. (Liputan6.com/Rino Abonita)

Liputan6.com mencoba memverifikasi dari seorang sumber apakah kelompok ini berafiliasi dengan Acheh Sumatra National Liberation Front (ASNLF) atau tidak. Namun, sumber itu mengaku tidak memiliki informasi apa-apa mengenai Nasir Agung Cs.

Selain itu, kelompok yang digadang-gadang bercita-cita mendirikan negara berideologi Islam ini dinilai tidak berafiliasi dengan kelompok teroris tertentu. Menurut pengamat terorisme, Nasir Agung Cs hanyalah sempalan GAM atau ekskombatan yang kontra dengan nota kesepahaman antara RI dengan GAM, 13 tahun silam.

"Tidak terkait sama sekali dengan kelompok ISIS, Al-Qaeda, Jemaah Ansharut Daulah (JAD), Jemaah Ansharut Tauhid (JAT) atau kelompok-kelompok yang lain," sebut Pengamat Terorisme, Al-Chaidar, kepada Liputan6.com, Sabtu malam (27/4/2019).

Menurut Chaidar, kelompok Nasir Agung ini tergolong masih baru, namun, pergerakan mereka cepat terendus aparat. Pola yang tidak klandestin membuka peluang bagi polisi membongkar identitas dan keberadaan mereka.

"Seharusnya, bergerak klandestin dulu. Di bawah tanah dulu dalam beberapa tahun. Yang namanya gerakan radikal, bersenjata, begitu biasanya," jelas Chaidar.

Terlepas daripada itu, gerakan Nasir Agung Cs yang membawa embel-embel kerajaan Islam dinilai tidak popoler lagi saat ini. Konsep kerajaan dalam gerakan Islam, menurut Chaidar, telah lama ditinggalkan.

"Dan, sudah banyak yang anti dengan konsep kerajaan tersebut. Jadi, secara konseptual juga kurang. Intinya, bukan teroris. Tidak pernah membunuh warga sipil, dan menekan pemerintah, hanya kecewa dengan GAM. Dia kan berasal dari kelompol Abu Razak," ujar Dosen Program Studi Antropologi Universitas Malikussaleh itu.

Sebagai informasi tambahan, Tun Sri Muhammad Azrul Mukmin Al- Kahar alias Abu Razak yang dimaksud Chaidar punya kaitan dengan kelompok Din Minimi, dan dikabarkan kabur dari Lembaga Permasyarakatan kelas II A Lhokseumawe, pada Senin, 18 September 2017 lalu. Sampai saat ini, belum didapat informasi apakah yang bersangkutan telah tertangkap atau belum.

Murni Kriminal?

Nasir Agung, pimpinan KKB yang tewas ditembak aparat.
Nasir Agung, pimpinan KKB yang tewas ditembak aparat. (Liputan6.com/Rino Abonita)

Sementara itu, Pengamat Politik dan Keamanan Aceh, Aryos Nivada, menilai kelompok Nasir Agung Cs murni kelompok kriminal. Hanya saja, tindak kejahatan yang mereka lakukan dibungkus label perjuangan hendak mendirikan negara yang berasaskan Islam.

"Gaya-gaya perampok, yang larinya kriminalitas. Namun, coba dibungkus dengan isu dengan isu negara Islam. Yang coba dibangun itu semangat perjuangannya. Seolah-olah ini penting diperjuangkan, tapi, mereka, murni memang kriminalitas," ujar Aryos, kepada Liputan6.com, Sabtu (27/4/2019).

Pelabelan ini bertujuan membentuk persepsi orang-orang agar tindak kejahatan yang mereka lakukan diafirmasi sebagai tindakan nonkriminal. Strategi ini, bisa jadi juga sebagai framing untuk mendulang pendukung.

"Agar tidak malulah. Dalam cara-cara merompak," ucap Aryos seraya menambahkan, bahwa perlu juga dijajaki, apakah Nasir Agung Cs adalah mereka yang belum mendapat akses kesejahteraan.

Penyelundupan Senjata

Di awal, telah disinggung bagaimana Nasir Agung dan kelompoknya memiliki senjata yang terbilang lengkap. Lantas, dari dan bagaimana senjata-senjata tersebut masuk ke Aceh?

Menurut Aryos, kawasan Aceh Timur yang merupakan sentra gerakan Nasir Agung Cs dinilai memiliki geografi yang strategis. Secara teritorial, sangat memungkinkan memasok senjata api ke wilayah tersebut.

"Dia punya relasi ke luar. Ada Selat Malaka, Samudera Hindia, bisa masuk akses ke berbagai negara, ditambah lagi, pintu masuk ke Medan, Sumatera Utara," tukasnya.

Selain itu, tidak menutup kemungkinan, senjata-senjata tersebut adalah senjata peninggalan masa konflik. Senjata-senjata tersebut luput dari pemotongan senjata yang dikawal Aceh Monitoring Mission (AMM) di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh, pada 21 Desember 2005 silam.

"Yang belum terkumpul sepenuhnya, pada saat, masa-masa pemotongan senjata yang lalu," imbuh peneliti Jaringan Survey Inisiatif sekaligus Dosen FISIP Universitas Syah Kuala ini.

Sebagai tambahan, berdasarkan pemberitaan Liputan6.com tahun 2003 silam, GAM disinyalir memiliki banyak jalur untuk memasok senjata, di antaranya, Thailand, Kamboja, dan Malaysia. Utamanya menggunakan jalur laut, termasuk perairan Indonesia. 

Masih di berita tersebut, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), saat itu Jenderal Ryamizard Ryacudu mengungkap, senjata-senjata milik GAM dibawa dari arah utara, seperti Kamboja dan Thailand melewati Laut Selatan, lantas melintas ke Batam atau melingkar ke Pulau Jawa. 

Sementara itu, senior GAM di Komite Keamanan Bersama, Sofyan Ibrahim Tiba mengatakan, senjata-senjata tersebut dipasok dari Jakarta. Banyak sumber di ibukota yang bersedia memasok senjata, kata Tiba, saat itu.

 

Punya Hubungan dengan Komplotan 'Setan Botak'?

Polisi Tembak Pria Diduga Anggota 'Setan Botak'
Polisi menembak. seorang pria yang diduga terlibat pembunuhan anggota Polres Aceh Utara Bripka Anumerta Faisal pada Agustus 2018 lalu. (Liputan6.com/Rino Abonita)

Menurut polisi, Nasir Agung Cs tercatat sebagai warga Kecamatan Pante Bidari, Aceh Timur.

Ia disebut-sebut punya hubungan dengan Musliadi alias Aldi Rebon (43), salah satu anggota komplotan 'Setan Botak' yang terlibat penembakan anggota Reskrim Polres Aceh Utara, Bripka Anumerta Faisal, pada Sabtu, 25 Agustus 2018 lalu, di kawasan Pantai Desa Bantayan, Aceh Utara.

Musliadi pun bernasib sama dengan Nasir Agung. Ia tewas akibat terjangan peluru aparat saat polisi melakukan penangkapan di rumahnya, Desa Seuneubok Teupin, Kecamatan Peureulak Timur, Aceh Timur, pada 17 Februari lalu.

Hingga saat ini, belum diketahui hubungan seperti apa yang terbangun antara Nasir Agung Cs yang bercita-cita mendirikan negara berkonsep kerajaan Islam dengan Komplotan Setan Botak, perompak bersenjata yang suka menulis huruf R di lambung kapal mereka.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya