Nelayan Madura Belajar Mencari Ikan Lewat Aplikasi Online

Nelayan di Bangkalan diajari cara menggunakan aplikasi buatan anak buah Mentri Susi di Pusat Riset Kelautan (Puriskel), Badan Riset dan Sumberdaya Manusia, KKP,

oleh Musthofa Aldo diperbarui 13 Jul 2019, 13:00 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2019, 13:00 WIB
Perahu Madura
Perahu Nelayan tradisional Madura di Desa Lobuk, Kecamatan Blutoh, Kabupaten Sumenep. (liputan6.com/Musthofa Aldo)

Liputan6.com, Bangkalan - Nelayan Indonesia beruntung diurus Menteri Susi Pudjiastuti. Tak hanya memberangus para pencuri ikan dan kemudian menenggelamkan kapal-kapalnya. Kementerian Kelautan dan Perikanan juga membuatkan aplikasi berbasis android yang akan memudahkan nelayan menemukan ikan di lautan.

Diluncurkan sejak 2016, aplikasi bernama Sistem Informasi Kenelayanan, di Android disingkat SI Kenelayanan, baru tahun 2019 disosialisasikan kepada nelayan di Pulau Madura.

Dan nelayan di Bangkalan diajari cara menggunakan aplikasi buatan anak buah Menteri Susi di Pusat Riset Kelautan (Puriskel), Badan Riset dan Sumberdaya Manusia, KKP, Jumat 14 Juli 2019.

Di play store android, aplikasi ini mendapat 4,5 bintang, menandakan banyak pengguna yang merasakan manfaatnya. Menurut Denny Wijaya Kusuma, seorang peneliti di Puriskel, aplikasi memang kaya manfaat bagi nelayan.

Menu-menu di dalam mengintegrasikan banyak hal tentang kelautan yang berguna bagi nelayan saat melaut. Ada perkiraan cuaca, kondisi gelombang, kecepatan angin, hingga titik-titik potensial untuk menangkap ikan.

"Lengkap dengan prediksi bahan yang diperlukan untuk pulang pergi," kata Denny usai bertemu nelayan di Dinas Kelautan dan Perikanan Bangkalan.

Pada 2018, menu dalam aplikasi SI Kenelayanan terus dikembangkan. Ada informasi tentang pelabuhan di Indonesia, jumlah tangkapan plus harga ikan terbaru. Nelayan juga bisa melaporkan langsung hasil tangkapannya hari itu.

"Memakai aplikasi ini, nelayan akan memperoleh informasi yang cepat, tepat dan murah," ungkap Denny.

Akurasi Informasi Pergerakan Ikan

Denny Wijaya Kusuma
Denny Wijaya Kusuma, Peneliti Pusat Riset Kelautan, Kementrian Keluatan dan Perikanan saat berada di Kabupaten Bangkalan. (liputan6.com/Musthofa Aldo)

Selama satu jam sosialisasi, diskusi berlangsung menarik. Seorang nelayan misalnya bertanya tentang akurasi 'peta ikan' yang muncul dalam aplikasi.

Menurut Denny tingkat akurasi peta ikan itu mencapai 80 persen, meski sebenarnya sangat akurat karena dikirim berdasarkan hasil citra satelit.

Namun sejak citra satelit dibuat lalu nelayan berangkat ke titik itu, ikan-ikan pasti bergerak menjauh dari titik semula. Maka itu, dibuatlah prediksi-prediksi pergerakan ikan dengan mengamati kecepatan arus dan suhu air.

"Kalau melawan arus, pergeseran ikan kemungkinan tidak jauh dari titik semula. Tapi kalau ikut arus, sangat mungkin lebih jauh dari titik semula," jelas Denny.

Seorang peserta sosialisasi juga melontarkan pendapat bahwa ada dampak buruk dari aplikasi itu yaitu ikan akan cepat habis karena penangkapan besar-besaran.

Denny tidak menampik penilaian itu karena sangat mungkin terjadi. Namun dia menyarankan agar nelayan lebih arif dengan menangkap sesuai kebutuhan.

Kelemahan Aplikasi

nelayan Madura
Nelayan di Desa lobuk, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, sedang memperbaiki jala yang rusak di atas perahunya. (liputan6.com/Musthofa Aldo)

Seberapa pun besar manfaat keberadaan aplikasi SI Kenelayanan bagi nelayan, pasti ada kelemahan. Salah satunya tidak berfungsi karena tak ada sinyal di tengah laut.

Denny juga tak menampik kelemahan ini, maka dia menyarankan semua informasi yang dibutuhkan sudah dicari dalam aplikasi sebelum berangkat melaut.

Cara menggunakan aplikasi ini pun mudah. Setelah mendownload di play store. Lalu mendaftar menggunakan kartu nelayan. Bila tak punya, dapat diganti dengan mendaftat menggunakan nomor kartu tanda penduduk.

Penggunaan kartu identitas resmi untuk mencegah aplikasi digunakan oleh nelayan asing untuk menangkap ikan di perairan Indonesia.

"Aplikasi ini bisa juga digunakan para mancing mania kalau sekedar ingin tahu keberadaan ikan".

"Tapi seberapa efektif terhadap hasil tangkapan, saya tidak tahu. Sebab pancing dan jala, dua alat tangkap yang berbeda, maka berbeda pula efektivitasnya," tutur Denny.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya