Liputan6.com, Anambas - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti berdiri di atas speed boat. Puluhan perahu nelayan, baik besar maupun kecil mengiringinya seakan menjadi pengawal. Matanya memandang lurus ke depan, sejenak memandang berkeliling.
Bibirnya tersenyum. Ia merapikan rambutnya yang menutupi sebagian wajahnya karena tiupan angin.
"Foto saya sebagai menteri yang ngetop dari pulau Tarempa ini. Saya pakai baret Jendral Angkatan Laut yang dikasih presiden. Pakai kaca mata hitam, sambil minum kopi. Foto itu jelas dibikin di laut Tarempa," kata Susi.
Advertisement
Baca Juga
Perjalanan berlanjut. Susi Pudhiastuti memang sedang berkeliling di sekitar Anambas. Di pulau Mantang Susi Pudjiastuti menceritakan kenangannya.
"Saat itu saya tak sempat jumpa nelayan disini. Saya pulang ke Jakarta usai penenggelaman kapal. Itu adalah perintah pertama program penenggelaman kapal pencuri ikan di laut Indonesia. Di laut Tarempa inilah sejarah peperangan terhadap pencurian ikan kita dimulai," katanya.
Susi menyampaikan bahwa Anambas, Tarempa adalah tempat yang strategis bagi Indonesia. Kabupaten Anambas dan keamanannya serta sejarah masyarakatnya sangat penting untuk Indonesia. Mengapa?
"Karena Anambas adalah titik terluar, kabupaten terluar di Indonesia dan berbatasan dengan banyak negara," kata Susi.Â
Pusat penenggelaman kapal-kapal asing pencuri ikan dilakukan di Tarempa. Meskipun Papua juga berbatasan dengan negara lain, namun jumlahnya lebih sedikit. Sedangkan di Tarempa ada laut Cina Selatan, ada Vietnam, Singapura, Malaysia, Cina ,Philiphina, Thailand. Susi menekankan bahwa Tarempa memiliki posisi tawar sangat penting bagi Indonesia.
"Secara khusus saya ingin memberikan atensi dan menginginkan asistensi pemerintah pusat kepada masyarakat di kepulauan Anambas. Saya ingin kepulauan Anambas ada industri perikanan besar untuk mendukung industri pariwisata," kata Susi Pudjiastuti.
Â
Jangan Dirusak Sendiri
Syarat utama adalah adanya kenyamanan dan keindahan. Dan itu sebenarnya sudah ada modal besar, gunungnya harus hijau, lautnya harus biru dan banyak ikannya. Susi mengaku sedih karena ketika ia hendak berenang, snorkeling, dan padlling, Susi melihat kerusakan karang yang hancur karena bom ikan.
Karang-karang rusak itu bahkan di lautan yang dangkal, di kedalamanya 3 hingga 5 meter. Di pinggiran laut ia juga menemukan karang yang sudah mati karena racun apotas.
"Pengusaha disini tolong jangan terima suplay apotas maupun dinamit untuk menangkap ikan. Jika suatu saat saya mendengar ada bom disini, akan saya kunci ijin masuk kapal Hongkong masuk," kata Susi.
Susi menyebut bahwa ia total melindungi Tarempa, Anambas dari ilegal fishing bersenjatakan jaring. Sudah ratusan kapal asing berhasil dibikin kapok.
"Setelah dijaga keamanan dari luar masa di dalam mau dirusak pakai bom tidak boleh itu," kata Susi.
Menurutnya pengusaha perikanan dan nelayan penangkap ikan harus sama-sama taat aturan. Laut dan ikan adalah anugerah Tuhan. Diijinkan untuk mengambil secukupnya. Agar ikan-ikan itu tetap ada dan bisa berkembang biak.
"Jangan dibilang bu Susi lebih sayang sama ikan daripada sama nelayan. Karena ukuran 4-5 kilo dilepas untuk indukan. Justru itu karena sayang sama nelayan, agar ikannya tidak habis," kata Susi.
Dukungan pemerintah kepada nelayan juga ditunjukkan melalui pembebasan kapal di bawah 10 GT. Kapal-kapal ukuran itu tak perlu lagi mengurus perijinan yang rumit. Hanya perlu mendaftar saja.
"Tapi yang 10 GT keatas harus beres ijinnya. Jangan lagi pakai trol, jaring kecil," kata Susi.
Susi membagikan kenangannya dan pesannya itu bukan hanya kepada pejabat Kabupaten Anambas yang menyertainya. Namun juga kepada para nelayan yang mengikutinya.
Advertisement