Cara Unik Warga Sukaluyu Bandung Olah Limbah Hewan Kurban

Warga Sukaluyu punya cara tersendiri dalam mengolah limbah hewan kurban.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 12 Agu 2019, 20:00 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2019, 20:00 WIB
Kompos
Warga RW 09 memanfaatkan sisa kotoran hewan kurban dengan cara dikumpulkan dan disimpan untuk nantinya diolah kembali menjadi pupuk. (Instagram @RW9sukaluyu)

Liputan6.com, Bandung - Pengelolaan limbah hewan kurban pada Hari Raya Idul Adha di setiap tempat tentulah berbeda-beda. Pemanfaatan kotoran sapi dan domba seperti yang dilakukan RW 09 Kelurahan Sukaluyu, Kota Bandung, misalnya. Cara mereka menangani kotoran hewan tersebut sangat efektif yaitu dengan memasukkan ke dalam bak khusus untuk dijadikan kompos.

Para pengurus RW 09 bersama panitia penyembelihan kurban memanfaatkan sisa kotoran ternak tersebut dengan cara dikumpulkan dan disimpan untuk nantinya diolah kembali menjadi pupuk pada Minggu, 11 Agustus 2019.

Ketua RW 09, Iwan Poernawan mengatakan, pada perayaan Idul Adha tahun ini panitia memotong 8 ekor sapi dan 7 domba. Anggaplah satu ekor sapi bisa membuang 30 kilogram kotoran atau domba 10 kilogram. Dengan demikian, bisa diasumsikan jumlah kotoran sapi dan domba tersebut mencapai 310 kilogram.

Sehingga, kata Iwan, asumsi jumlah kotoran sapi tersebut jika dibuang begitu saja akan menimbulkan masalah. Apalagi jika dibuang ke sungai yang dapat mencemari air dan mengakibatkan banjir.

Sebagai salah satu Kawasan Bebas Sampah (KBS) di Bandung, pihak RW 09 akhirnya bernegosiasi dengan panitia sebelum dilakukannya acara penyembelihan. Hasil koordinasi tersebut membuahkan hasil agar limbah dikelola ke dalam satu sistem pemilahan sampah.

"Kita punya sistem pemilahan sampah. Ada empat, yaitu bata terawang, lubang kompos, bedeng bambu, dan biodigester. Semuanya kita masukkan ke sana," kata Iwan, Senin (12/8/2019).

Meski tak mengetahui berapa volume pasti limbah tersebut, Iwan menilai saat Idul Adha seperti sekarang ini jumlah bak penampungan hingga biodigester menjadi signifikan. KBS Sapujagat RW 09 sendiri memang sudah empat tahun terakhir menerapkan pemilahan sampah.

"Kita kan coba memanfaatkan momen Idul Adha ini agar saling menjaga lingkungan. Apalagi di sini kawasan yang dilalui Sungai Cikapayang yang menyambung terus ke Cikapundung. Untuk pengolahan limbah kurban sendiri sudah berjalan sejak dua tahun terakhir," ujar Iwan.

Biogas Dipakai Buat Aktivitas Warga

Kompos
Warga RW 09 memanfaatkan sisa kotoran hewan kurban dengan cara dikumpulkan dan disimpan untuk nantinya diolah kembali menjadi pupuk. (Instagram @RW9sukaluyu)

Sementara itu, untuk teknologi biodigester, RW 09 memiliki lima unit. Namun pada saat kurban kemarin, hanya dua unit yang terisi penuh oleh kotoran hewan.

Seperti diketahui, teknologi biodigester bisa menghasilkan energi biogas dari kotoran hewan terutama sapi. Biogas dari kotoran sapi bisa jadi alternatif dan solusi kebutuhan energi seperti untuk memasak dan untuk penerangan yang selama ini selalu bergantung kepada gas elpiji atau listrik.

"Kapasitas biodigester kita maksimalnya 25 kilogram. Lima unit saja itu sudah cukup untuk satu RW," kata Iwan.

Iwan menjelaskan, biogas dapat menghasilkan api selama dua jam secara konsisten. Meski di luar momen Idul Adha sebenarnya setiap hari dia bersama warga lain rutin membuang sampah organik demi ketersediaan di biodigester.

"Kalau ibu-ibu di sini kan suka masak apa saja. Bikin gorengan, menanak nasi, masak air. Siapa saja boleh pakai biogasnya," ujar Iwan.

Selain biogasnya dapat dipakai untuk menyalakan kompor, cairan mikroorganisme hasil pengendapan kotoran hewan juga bisa jadi pupuk cair. Pupuk tersebut sangat efektif untuk menyuburkan tanaman.

"Momen Idul Adha ini banyak sekali yang bisa diambil manfaatnya," kata Iwan.

Simak video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya