Kabut Asap Membubung di Lautan, Nelayan Tapanuli Tengah Takut Melaut

Nelayan di Kecamatan Pandang, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara (Sumut) saat ini takut melaut

oleh Reza Efendi diperbarui 23 Sep 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2019, 08:00 WIB
Kabut asap/Reza Efendi
Sebagian besar nelayan di Tapteng merupakan nelayan tradisional yang tak memiliki alat navigasi memadai.

Liputan6.com, Tapanuli Tengah - Nelayan di Kecamatan Pandang, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara (Sumut) saat ini takut melaut. Sebabnya kemunculan kabut asap kiriman akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung.

Seorang nelayan bernama Ucok Pasaribu mengatakan, nelayan di Tapteng sudah lebih dari sepekan tidak melaut, karena kabut asap yang melanda wilayah mereka. Sebagian besar nelayan di Tapteng merupakan nelayan tradisional yang tak memiliki alat navigasi memadai.

"Nelayan di sini masih takut melaut karena kabut asap yang tebal, kami di sini takut nyasar," kata Ucok, Minggu (22/9/2019).

Ucok mengatakan, kabut asap di wilayah Tapteng semakin pekat. Kabut asap membuat jarak pandang mereka sebagai nelayan terbatas. Selama ini mereka hanya mengandalkan jarak pandang saat melaut, karena mereka tidak memiliki alat navigasi modern.

"Kami enggak bisa melaut. Alat tradisional tidak ada navigasinya di perahu kami," ungkapnya.

Ucok mengaku, mereka bisa saja melaut hingga ke tengah. Tetapi mereka khawatir dengan jarak pandang yang sangat terbatas, dan mereka takut tidak bisa pulang ke darat akibat jarang pandang sangat terbatas.

"Bisa nyasar, bahkan bisa sampai ke Samudera Hindia kalau tidak ada alat penunjuk arah," sebutnya.

Ketakutan nelayan di Tapteng untuk melaut saat ini cukup berasalan. Pada tahun-tahun sebelumnya, dengan kondisi udara yang sama, banyak nelayan tersesat. Belum lagi dengan kondisi cuaca saat ini yang mulai memasuki musim penghujan.

"Kadang hujan datang disertai angin kencang, sehingga gelombang laut cukup tinggi. Sebagain besar nelayan di sini, hanya menggunakan perahu-perahu kecil," ujarnya.

Akibat tidak melaut lebih dari sepekan beakangan, penghasilan nelayan di Tapteng menjadi berkurang. Mereka hanya berani menangkap ikan di pinggir laut.

"Daripada kami nekat ke tengah laut, nyasar dan tenggelam. Risikonya besar," kata Ucok.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya