Haru dalam Damai Natal di Pemakaman Massal Korban Gempa dan Tsunami Palu

Tak ada kesedihan apalagi tangis di wajah Andri kini, setelah bencana tsunami Palu berlalu lebih dari setahun lalu. Andri memilih ikhlas dan merelakan kepergian orang yang disayanginya meski jenazah ibunya belum ditemukan sampai saat ini.

oleh Heri Susanto diperbarui 25 Des 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 25 Des 2019, 12:00 WIB
Ziarah Natal di Pemakaman Massal Korban Gempa dan Tsunami Palu
Keluarga mendatangi kuburan massal korban tsunami dan gempa Palu jelang Natal kedua usai bencana tersebut pada September 2019. (Liputan6.com/Heri Susanto)

Liputan6.com, Palu - Ini tahun kedua bagi Andri (37) merayakan Natal tanpa ayah dan ibunya. Tahun kedua pula ia melakukan ziarah ke pemakaman massal korban gempa, tsunami, dan likuefaksi di bukit Kelurahan Poboya, Kota Palu.

Selasa sore, 24 Desember 2019, Andri datang ke pemakanan bersama tiga rekannya. Di hadapan makam yang tertulis nama ibunya ia berjongkok sambil mengusap batu nisan. Sesekali ia tampak berbicara ke makam yang telah ditegel hitam itu sambil menyiraminya. Dan tentu saja ada doa di antaranya.

"Ini makam ibu saya, korban tsunami Palu, September tahun 2018 lalu. Jenazahnya belum ditemukan sampai sekarang," kata Andri kepada sejumlah jurnalis di pemakaman massal Poboya.

Tak ada kesedihan apalagi tangis di wajah Andri kini, setelah bencana berlalu lebih dari setahun lalu. Andri memilih ikhlas dan merelakan kepergian orang yang disayanginya meski jenazah ibunya belum ditemukan sampai saat ini. Sedangkan, sang ayah, jenazahnya telah ditemukan dan dimakamkan di tempat lain.

"Sebelum bencana, biasanya kalau Natal selalu kumpul keluarga. Makanya saya datang ke sini untuk mendoakan ibu, semoga ibu tenang," ujar Andri haru.

Sama seperti para keluarga korban bancana lainnya di Palu, Sigi, dan Donggala, pria asal Sulawesi Selatan ini memilih membuat makam anggota keluarganya yang belum ditemukan jasadnya di lokasi pemakaman massal korban bencana di Petobo ini. Lokasi ini memang ditetapkan sebagai lokasi pemakaman khusus korban bencana yang terjadi pada 28 September 2018 lalu.

Warga yang membuat makam di tempat ini, seperti Andri. Mereka yakin bahwa jenazah anggota keluarga mereka telah ditemukan pihak lain dan dimakamkan secara massal. Mengingat, di lokasi ini terdapat ribuan jenazah tanpa identitas yang dimakamkan dari hasil evakuasi di sejumlah titik terdampak bencana tsunami di Kota Palu, Sigi, dan Donggala.

"Ya, saya yakin jenazah ibu saya di sini (TPM Poboya). Saya sudah cari ke mana-kemana. Kami sudah ikhlas," kata Andri dengan senyumannya yang masih terjaga.

 

Ratusan Korban Belum Ditemukan

Ziarah Natal di Pemakaman Massal Korban Gempa dan Tsunami Palu
Keluarga mendatangi kuburan massal korban tsunami dan gempa Palu jelang Natal kedua usai bencana tersebut pada September 2019. (Liputan6.com/Heri Susanto)

Berdasarkan dokumen laporan Gubernur Sulawesi Tengah September 2019, jumlah korban bencana yang belum ditemukan ada sebanyak 700 jiwa dari empat daerah terdampak bencana yakni Kota Palu, Sigi, Donggala, dan Parigi Moutong.

Banyak keluarga korban yang belum ditemukan tersebut membuat makam di TPM Poboya dengan keyakinan keluarga mereka yang menjadi korban telah dimakamkan di lokasi ini.

Sebagai pekuburan massal korban bencana, Andri dan para keluarga korban lainnya, berharap pemerintah membenahi TPM Poboya sebagai bentuk penghormatan terhadap para korban. Mereka berharap makam-makam dibuat menjadi rapi dan tertata. Sebab, jumlah makam di lokasi terus bertambah. Saat ini, telah ada ratusan makam di lokasi yang terletak di perbukitan ini.

"Tentu kami berharap kalau bisa pemerintah memperbagus lagi atau ditata pemakaman ini, biar nyaman. Di sini kan bisa jadi lokasi mengenang bencana dahsyat tahun 2018," Andri menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya