Kisah Ratu Belanda Jadi Juru Kawin Anggrek Merapi di UGM

Ratu Belanda itu pun memindahkan organ kelamin jantan anggrek ke organ kelamin betina bunga anggrek.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 12 Mar 2020, 05:00 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2020, 05:00 WIB
Raja dan Ratu Belanda
Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Maxima berkunjung ke UGM Yogyakarta, Rabu (11/3/2020). (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Yogyakarta - Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Belanda Maxima berkunjung ke UGM Yogyakarta, Rabu (11/3/2020). Dalam kunjungan kerajaan 2020 itu mereka didampingi Menteri Luar Negeri Belanda, Stephanus Abraham Blok, dan Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Ambassador Swartbol.

Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, yang sebelumnya pernah mengemban tugas sebagai Duta Besar Indonesia untuk Belanda dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono, juga turut hadir. 

Ada pemandangan unik ketika di sela-sela pertemuan antara UGM dengan Raja dan Ratu Belanda. Ratu Maxima beranjak dari kursinya dan maju ke depan.

Di depannya terdapat anggrek di dalam pot. Dosen Biologi UGM sekaligus pakar anggrek, Endang Semiarti ikut mendampingi Ratu Maxima.

Ratu Belanda itu pun memindahkan organ kelamin jantan anggrek ke organ kelamin betina bunga itu. Anggrek merupakan tanaman hermafrodit atau berkelamin ganda.

Persilangan pada tanaman anggrek jarang terjadi secara alami. Oleh karena itu, salah satu cara penyerbukan dengan bantuan manusia.

"Anggrek yang disilangkan oleh Ratu Belanda adalah anggrek Vanda tricolor spesies anggrek endemik di kawasan lereng selatan Gunung Merapi," ujar Endang.

Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Maxima berkunjung ke UGM Yogyakarta, Rabu (11/3/2020). (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Anggrek ini memiliki keistimewaan tahan terhadap suhu panas. Terbukti, Gunung Merapi berkali-kali meletus, dan bunga ini tetap bertahan.

Bunga kebanggaan DIY ini juga menarik perhatian Ratu Belanda. Ratu Maxima tertarik untuk berkolaborasi mengembangkan anggrek ini.

Endang bercerita pernah ke Belanda dan melihat botanical garden di negara itu bagus, akan tetapi belum memiliki spesies anggrek ini.

"Kami setuju dengan kerja sama, mereka (Belanda) memiliki teknologi yang sangat bagus dan bisa memelihara untuk konservasi," ucapnya.

Anggrek yang sudah disilangkan oleh Ratu Belanda diberi nama Vanda tricolor Lindley "Queen Maxima". Nama Queen Maxima dalam tanda kutip merujuk pada orang yang menyilangkan. Sedangkan, Lindley diambil dari nama John Lindley, seorang botanis handal berkebangsaan Inggris yang menemukan spesies anggrek Vanda tricolor pada 1847.

Endang menjelaskan anggrek yang sudah disilangkan akan dipelihara lebih dulu di Fakultas Biologi UGM sampai bisa panen. Ia memperkirakan pembuahan akan terjadi dalam tiga sampai tujuh hari.

Setelah itu, tangkai bunga akan menghijau dan menghasilkan biji anggrek. Panen anggrek bisa dilakukan setelah satu bulan dan dapat menghasilkan lima juta biji.

 

 

Kerja Sama Hibah Penelitian

Raja dan Ratu Belanda
Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Maxima berkunjung ke UGM Yogyakarta, Rabu (11/3/2020). (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Anggrek Vanda tricolor adalah salah satu dari tiga presentasi disiplin ilmu yang disajikan peneliti UGM di hadapan Raja dan Ratu Belanda. Selain biologi, peneliti lain juga memaparkan bidang kesehatan dan hukum.

Untuk bidang kesehatan, perwakilan UGM menyajikan kerja sama yang telah dilakukan dengan berbagai institusi di Belanda, salah satunya dengan Queen Maxima Hospital. Sementara di bidang hukum, Belanda dan Indonesia juga memiliki kedekatan, mengingat banyak warisan hukum Belanda yang masih hidup di Indonesia.

Ada pula presentasi kolaboratif dari Belanda dan Indonesia untuk meluncurkan program hibah penelitian. Hibah ini memberi kesempatan kepada peneliti Indonesia dan Belanda untuk bekerja sama dalam penelitian dengan dana bersama dari kedua negara.

Dalam sambutannya, Rektor UGM Panut Mulyono menyampaikan Belanda lebih dari sekadar teman bagi Indonesia. Ikatan sejarah kedua negara sangat erat.

"Kami merasa terhormat dapat menjadi tuan rumah bagi kunjungan yang bersejarah dari Raja dan Ratu Belanda," ujarnya.

Seusai pertemuan formal di Balai Senat UGM, Raja dan Ratu Belanda mengunjungi pameran inovasi civitas akademika UGM di Balairung. Ada tujuh inovasi yang disajikan dan selama ini dikelola oleh Innovative Academy yang merupakan program dari Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi (PUI) UGM.

Ketujuh Inovasi itu adalah Gama-Inatek (Early Warning System untuk tanah longsor), Butimo (mesin batik tulis), Wujudkan (pengelolaan air), Bantu Ternak (penggalangan dana investasi untuk peternakan), Andil (platform investasi untuk pertanian), Jadibisa (startup bidang pendidikan), dan Indonesia Digital Museum (digitalisasi koleksi museum Indonesia).

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya