Belum Ada Vaksin, Kematian Babi di NTT Terus Meningkat

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Mauritz Da Cuncha, mengemukakan kasus kematian babi akibat serangan penyakit African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika di daerah itu mencapai 460 ekor.

oleh Ola Keda diperbarui 18 Jul 2020, 04:00 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2020, 04:00 WIB
Demam Babi
Foto: Ratusan ekor babi yang mati akibat serangan flu babi Afrika (Liputan6.com/Ola Keda)

Liputan6.com, Sikka - Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Mauritz Da Cuncha, mengemukakan kasus kematian babi akibat serangan penyakit African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika di daerah itu mencapai 460 ekor.

"Kasus kematian babi ini memang bertambah, tetapi intensitasnya mulai turun dibandingkan saat awal-awal serangan penyakit demam babi Afrika masuk Sikka pada Mei, Juni, lalu," ujarnya kepada wartawan, Kupang, Kamis, (16/7/2020).

Ia mengatakan, kasus kematian babi mencapai 460 ekor ini berdasarkan data yang diperoleh pihaknya dari laporan masyarakat maupun tim dari dinas yang turun ke lapangan.

Menurut dia, jumlah di lapangan sangat mungkin lebih dari yang tercatat ini karena banyak masyarakat yang tidak melaporkan kasus kematian babi milik mereka.

"Kami masih update terus datanya karena ada yang ternak babi yang sudah mati dari sebulan lalu juga baru melaporkan sekarang," katanya.

Dari data yang diperoleh, cukup banyak kasus kematian babi akibat serangan ASF melalui peredaran daging babi di masyarakat.

"Ada yang beli daging babi dikonsumsi, namun setelah dicuci, air cucian diberikan ke babi yang sehat sehingga terkena ASF, paling banyak seperti itu," katanya.

Ia menambahkan, serangan penyakit ASF ini cukup mencemaskan karena belum ada vaksin atau obat penawar, selain itu penularan juga cukup ganas yang bisa mematikan babi-babi dalam satu kandang dengan cepat.

Karena belum ada vaksin, lanjut dia, maka upaya penanganan yang diutamakan pihaknya adalah melakukan biosecurity dengan memperketat pengawasan lalu lintas ternak, terutama daging babi dengan melibatkan semua pihak hingga tingkat kecamatan dan desa.

"Kami terus melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi ke masyarakat agar mereka bisa memahami kondisi ini dan bersama-sama melakukan pencegahan," katanya.

Simak juga video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya