Jadi Area Blank Spot, Gubernur Ganjar Beri Apresiasi Desa Sepakung yang Fasilitasi Jaringan Internet

Jaringan internet bahkan sudah masuk ke seluruh wilayah RW di desa itu. Tahun depan, rencananya jaringan internet akan bisa dinikmati di tingkat RT.

oleh stella maris pada 29 Jul 2020, 18:11 WIB
Diperbarui 29 Jul 2020, 18:51 WIB
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Liputan6.com, Jakarta Pembelajaran daring saat pandemi sering menjadi problem masyarakat yang tinggal di area blank spot atau tidak ada signal. Namun di Jawa Tengah, ada contoh desa hebat untuk menyelesaikan persoalan itu.

Desa Sepakung namanya. Desa yang terletak di Kabupaten Semarang ini mampu membuat Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo takjub. Bagaimana tidak, meski terpencil dan tidak ada signal, namun proses belajar mengajar secara daring di desa itu berjalan lancar.

Hal itu karena kepiawaian kepala desanya, Ahmad Nuri. Saat paparan di hadapan Ganjar ketika rapat membahas problematika pembelajaran jarak jauh di Gedung A lantai 2 kantor Pemprov Jateng, Rabu (29/7), Ahmad Nuri menerangkan telah mengoptimalkan dana desa untuk menjadikan desa Sepakung menjadi desa pintar lengkap dengan jaringan internet yang tersedia.

Tidak hanya di kantor kelurahan, jaringan internet bahkan sudah masuk ke seluruh wilayah RW di desa itu. Tahun depan, rencananya jaringan internet akan bisa dinikmati di tingkat RT.

"Jadi meskipun area kami susah signal, anak-anak tetap bisa belajar dengan nyaman saat proses belajar daring saat ini. Semua anak-anak di desa kami bisa belajar dengan nyaman, dengan fasilitas internet yang lancar," kata Ahmad Nuri.

Tak tanggung-tanggung, kuota sebesar 30 Mbps disiapkan untuk menjamin kelancaran berselancar masyarakatnya di dunia maya. Dan khusus bagi siswa, pihaknya memperbolehkan mereka mengakses secara cuma-cuma.

"Itu dikelola BUMDes pak, jadi sementara yang siswa gratis. Tapi tahun depan kalau sistem daring masih berjalan, kami akan kenakan tarif 50 persen dari tarif biasanya. Kalau biasanya per kepala rumah tangga Rp50.000 per bulan, maka diminta membayar Rp25.000 saja," terangnya.

Bagi siswa yang tidak memiliki gadget, pihak sekolah lanjut Ahmad Nuri menerjunkan gurunya ke desa untuk melakukan proses belajar mengajar dengan cara tatap muka. Siswa yang tidak memiliki peralatan daring, dikumpulkan dengan jumlah maksimal 10 orang untuk diajari guru yang datang.

"Tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat. Kami kerahkan Satgas Jogo Tonggo untuk mengawal program ini, sekaligus memastikan protokol kesehatannya berlangsung dengan baik," pungkasnya.

Paparan Ahmad Nuri itu membuat Ganjar takjub. Ia mengatakan, cara yang dilakukan desa Sepakung adalah cara jitu menyelesaikan persoalan daerah blank spot saat belajar jarak jauh berlangsung.

"Ini contoh keren, pak Kades membuat jaringan wifi di mana-mana bahkan bisa mengcover 100 persen sampai wilayah RW. Sekarang mau ditingkatkan lagi sampai ke RT. Hebat ini," kata Ganjar.

Selain itu, bagi siswa yang tidak punya gadget, ada guru yang mendatangi ke desa untuk proses belajar mengajar. Pihak desa mengawasi ketat dengan Satgas Jogo Tonggonya, maka protokol kesehatannya bisa terjaga.

"Ini sudah jalan dan bagus banget. Dana desa dioptimalkan untuk hal positif, satgas Jogo Tonggo bisa berjalan maksimal, ini keren dan menurut saya, ini solutif. Saya sih yakin, pasti ada solusi dari setiap persoalan yang ada, tinggal kita mau atau tidak menemukan solusi itu," tutupnya.

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya