Liputan6.com, Jakarta - Tidak banyak orang yang tahu bahwa 14 September merupakan Hari Kunjung Perpustakaan. Ditetapkan pertama kali oleh Presiden Soeharto pada 14 September 1995, selain hari kunjung museum, pada saat itu juga dicanangkan Bulan Gemar Membaca. Hari ini, tepat 25 tahun peringatan Hari Kunjung Perpustakaan dan Bulan Gemar Membaca, perpustakaan di seluruh Indonesia diharapkan mampu berinovasi menjadi lokomotif peningkatan minat baca di tengah masyarakat.
Pandemi Covid-19 tengah mengubah sudut pandang banyak orang, dan mengukuhkan konsep revolusi industri 4.0 itu telah menjadi bagian penting yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia.
Saat ini ruang digital menjadi hal yang wajar dan efektif dalam mendapatkan segala sesuatu. Termasuk salah satunya pemenuhan kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan.
Advertisement
Hal itu juga yang yang diungkapkan Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan Nasional, Deni Kurniadi saat menjadi keynote speaker acara webinar '25 Tahun Hari Kunjung Perpustakaan dan Bulan Gemar Membaca Menuju SDM Unggul Indonesia Maju', yang digelar Senin (14/9/2020).
Deni menjelaskan, budaya membaca buku seharusnya ditanamkan sejak usia dini. Supaya generasi muda terbiasa dan mencintai literasi. Karena melalui membaca, cakrawala berpikir seseorang akan terbuka dan menyerap banyak ilmu pengetahuan.
"Minat baca akan memengaruhi kehidupan individu dan bangsa pada masa mendatang, juga pemahaman ekonomi untuk menentukan masa depan global," ujarnya.
Menurut Deni, yang menjadi tantangan saat ini, perpustakaan bukan satu-satunya sumber informasi bagi masyarakat. Perangkat gawai dan adanya mesin pencari raksasa bernama Google memungkinkan setiap manusia mendapatkan informasi dari belahan dunia mana pun.
"Karena itu perpustakaan pun harus mengikuti perkembangan zaman dan hadir di berbagai aplikasi digital tersebut," kata Deni.
Menjawab tantangan untuk melayani masyakarat Indonesia, sebelum pandemi Perpusnas sudah melakukan inovasi dengan menyediakan layanan informasi secara digital. Semua bisa diakses secara online, termasuk Indonesia OneSearch, ipusnas, kastara, pendaftaran secara online, isbn online, media social perpusnas dan call center 1500 yang Perpusnas selalu siap mendengarkan masyarakat.
Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas, Ofy Sofiana mengatakan, layanan digital menjadi solusi di tengah pendemi Covid-19 agar memuaskan apelayanan terhadap masyarakat.
"Dan langkah ini pun harus dilakukan oleh seluruh perpustakaan di Indonesia," katanya.
Sekretaris Jenderal Ombudsman Suganda P Pasaribu dan Asisten Deputi Pelaksanaan Kebijakan dan Evaluasi RB, Akuntabiltas Aparatur dan Oengawasan III, Kementerian PAN-RB, Napthalina Sipayung, juga sepakat bahwa inovasi perpustakaan di daerah akan terwujud jika pimpinan daerah, baik kepala daerah maupun DPRD bersama-sama memberikan prioritas untuk memajukan perpustakaannya.
"Harus ada komitmen bersama tidak hanya ini bukan hanya tugas Perpusnas, pemimpin daerah mulai Gubernur, walikota, bupati hingga kepala desa. Tapi seluruh masyarakat, termasuk kita para penggiat literasi. mempunyai kewajiban supaya masyarakat gemar membaca," kata Suganda.
Napthalina Sipayung memuji langkah cepat yang dilakukan Perpusnas, meskipun sedang tidak melayani pengunjung secara fisik, tapi tetap terus melakukan aktivitas penguatan literasi. Termasuk di dalamnya membuat berbagai webinar.
"Kegiatan ini membuat kita transparan dan bisa menjangkau seluruh Indonesia. kalau secara cara manual perlu biaya yang mahal. ternyata dengan forum seperti ini bisa menjakau seluruh indonesia," katanya.