Liputan6.com, Yogyakarta- Warga Toino Pandowoharjo Sleman memiliki sebuah sendang atau mata air yang tidak pernah surut. Namanya, sendang atau mata air Toino. Pandowoharjo adalah sebuah desa di Sleman yang terdiri dari 22 padukuhan. Salah satunya, Toino.
Mata air Toino terletak tidak jauh dari Sungai Denggung Sleman. Jaraknya sekitar 100 meter.
Penamaan Toino tidak lepas dari mitos yang berkembang di masyarakat pada zamannya. Cerita soal mata air Toino diwariskan dari generasi ke generasi. Mereka yang ingin menikah, tetapi tak kunjung menemukan jodohnya bisa mendatangi mata air itu.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Mereka mandi di sana. Konon katanya, orang itu segera bertemu jodohnya.
Nama Toino juga tidak muncul begitu saja. Ada kisah di balik Toino yang lafalnya sepintas sangat jauh dari bahasa Jawa.
Toino dipercaya masyarakat setempat sebagai nama seorang dewi, Toh Ino. Dewi ini dianggap buruk rupa karena memiliki toh (tanda lahir berwarna hitam mirip tompel). Karena memiliki toh, ia pun dihina (ino).
Selain dianggap menggangu pandangan orang secara fisik, toh pada waktu itu kerap dianggap sebagai kutukan atau pembawa sial.
“Ceritanya saat itu, Dewi Toino mandi di mata air, dan tohnya hilang,” ujar Dukuh Toino Pandowoharjo Sleman, Prana Sakti Yogaswara, Minggu (13/12/2020).
Saksikan video pilihan berikut ini:
Jadi Sumber Air PAM
Sejak saat itu, mata air diberi nama Toino. Kawasan itu pun juga diberi nama yang sama karena memiliki mata air Toino.
Mata air Toino dikeramatkan. Masyarakat percaya, jika anak gadisnya tidak kunjung menikah, maka mandi di mata air Toino menjadi solusi.
Akan tetapi, kini mata air Toino Pandowoharjo Sleman tidak lagi dipergunakan untuk mandi dan beraktivitas. Mata air Toino sudah diubah menjadi sumber air minum (PAM) yang dialirkan ke rumah-rumah warga.
Advertisement