Liputan6.com,Bontang - Persahabatan seorang pria asal Bontang, Kalimantan Timur dengan seekor buaya muara viral dan mengundang beragam reaksi khalayak luas. Video-video kebersamaan mereka beredar di media sosial.
Pria itu biasa dipanggil Ambo, 52 tahun, dan si buaya diberi nama Putri Riska. Hubungan keduanya seperti bapak dan anak. Seperti terlihat di video, dari atas perahu, tanpa takut Ambo memberi makan Riska yang berenang di dekatnya.
Kedekatan dan kebersamaan itu membuat Ambo mengganggap Riska seperti anak sendiri. Kapal miliknya pun diberi nama Riska.
Advertisement
Baca Juga
Ambo menegaskan tak memiliki hubungan darah dengan Riska -menjawab hoaks bahwa Riska kembaran anaknya.
"Kami murni bertemu di sungai. Tidak ada sangkut pautnya dengan keturunan," tegasnya saat ditemui di rumahnya.
Ambo mengisahkan awal mula pertemuan mereka sekitar 15 tahun lalu. Dia bersama dua temannya hendak memancing di muara, tak jauh dari area pabrik pupuk. Tiba-tiba muncul seekor buaya berukuran sekitar setengah meter mendekati perahunya.
Takut, Ambo dan temannya menghindari reptil ini. Namun buaya itu terus menerus mengikuti pergerakan kapal katingting Ambo.
Kejadian ini berulang tiap Ambo ke muara. Si buaya terus mendatangi Ambo, seolah memberi sinyal ingin berteman.
Akhirnya Ambo memberanikan diri berenang di muara. Tak lama, buaya itu muncul mendekatinya. Was-was, ia menyuruh si buaya mundur. Hewan yang habitatnya memang di muara ini pun menurut. Ambo dan si buaya pun berkenalan akrab.
"Kadang dia mencium lutut saya ketika berenang" ucapnya sambil tersenyum sembari memandangi muara yang terletak persis depan rumahnya.
Sejak itu Ambo merawat buaya yang diberi nama Putri Riska itu. Ambo rutin memberinya makan.
Terkadang juga Ambo tidak menyadari kedatangan hewan yang bisa hidup di darat dan di air ini. Sebab Riska kadang muncul pagi, siang, bahkan larut malam saat sedang lapar. Jika datang Riska menyibakkan ekornya ke perahu ataupun air.
Ambo mengaku sering rindu dengan Riska. Ketika sang buaya terlalu kenyang, ia tak muncul-muncul. Terkadang seminggu sampai dua minggu menghilang. Ambo kadang memimpikan Riska, lantas pergi mencarinya.
Saksikan Video Ini
Menolak Riska Dievakuasi
Ambo sekeluarga pernah meninggalkan Riska selama dua tahun saat mencoba peruntungan di Samarinda, sekitar 3-5 jam perjalanan darat. Selama itu Riska selalu bolak balik mencari Ambo.
Tingkah gelisah dari Riska disampaikan warga ke Ambo. Hingga akhirnya Ambo memutuskan kembali ke Guntung, Bontang Utara lagi. Melanjutkan persahabatannya dengan Riska.
Seiring persahabatannya itu, Ambo pernah didatangi oleh petugas dinas terkait untuk mengevakuasi Riska. Namun warga sekitar membela seraya menyebutkan tak pernah disakiti dan diganggu. Bahkan warga mencari-cari ketika Riska tak datang.
Setelah komunikasi panjang, pihak berwenang memberinya secarik kertas perjanjian. Isinya, suatu saat jika Riska berulah, maka Ambo bertanggung jawab.
"Nyawa saya taruhannya, kalau memang dia macam-macam. Saya selalu kasih tahu Riska, tidak boleh menyerang manusia," tuturnya.
Meski hidup bebas, Riska tak pernah menyakiti manusia. Warga sekitar di daerah Guntung, Bontang Utara memang sudah tak asing lagi dengan buaya. Sebagian besar masyarakat di sana merupakan nelayan. Mereka sudah terbiasa bertemu predator ini, bukan hanya Riska tapi juga buaya lainnya.
Kini Riska ditaksir berumur sekitar 24 tahun, panjang 4 meter lebih. Riska memiliki dua anak, oleh Ambo diberi nama Rara (sulung) serta Ristana (bungsu). Mereka kadang beriringan menghampiri Ambo.
Namun anaknya sedikit agresif. Ketika hendak diberi makan kedua anaknya memberontak, Riska pun menyuruh anaknya pergi dengan mendorongnya menggunakan moncong.
Tak sedikit orang yang penasaran melihat langsung interaksi Ambo dan Riska. Menurut Ambo, banyak yang datang mengunjungi Riska. Baik dari Bontang maupun luar daerah, terjauh dari Jakarta, Bandung, Bali dan lainnya. Mulai dari masyarakat biasa, media, hingga youtuber.
Riska juga sudah memiliki kanal YouTube sendiri, Fitriyani Riska, dengan subscriber 448 ribu. Kanal itu dikelola oleh anak kandung Ambo.
Advertisement
Menengok Ambo
Sore menjelang petang, langit senja Kota Bontang tampak indah. Saya berangkat ke Guntung, Bontang Utara. Tujuannya ingin bertemu Ambo. Ini kali pertama saya ke sana.
Saya pun mencari-cari tempat tinggal Ambo. Menyeberangi jembatan yang terbuat dari ulin, hingga akhirnya bertemu warga yang menunjukkan rumahnya.
Dari kejauhan, mata ini tertuju pada bangunan yang didasari kayu. Nampak lima orang sedang berbincang. Melirik area sekitar, terdapat sungai atau muara yang panjang tembus menuju laut.
Semakin dekat, bau amoniak kian menyengat. Pesing seakan menusuk hidung, masuk melalui celah-celah masker. Kampung tempat tinggal Ambo berada di kawasan pabrik pupuk terbesar se-Asia Tenggara.
Hai, sore, sapaku, memperkenalkan diri dengan mereka. Menjulurkan tangan satu per satu.
Ternyata tiga dari lima orang itu datang dari Bali, sebagian dari Prancis. Mereka ingin bertemu Ambo dan juga berharap dapat menjumpai buaya Riska. Ambo dan anaknya menerima mereka, dan saya, dengan hangat. Riska tak tampak, mungkin dia belum lapar.
Mirah Hayati, jurnalis Karebakaltim.com, peserta IMM Journalism Training 2021